KHITTAH.co — Sebagaimana dilansir dari portal berita resmi Arab Saudi, m.aawsat.com, pada Jumat, 2 Agustus 2019, Mahkamah Agung Arab Saudi mengkonfirmasikan bahwa bulan sabit Zulhijah telah terlihat dan Iduladha jatuh pada tanggal 11 Agustus 2019.
Kementerian Agama (Kemenag) RI melalui sidang isbat yang digelar di Kemenag RI, pada Kamis, 1 Agustus 2019, juga menetapkan 11 Agustus 2019 sebagai hari perayaan Iduladha.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) Dr. Mustari Bosra, sangat bersyukur karena perayaan Iduladha tahun ini bisa digelar serentak di seluruh dunia.
“Alhamdulillah, Muhammadiyah jauh hari sudah mengumumkan, semoga bisa (perayaan hari besar islam diseleggarakan serentak) terus berlanjut,” tuturnya kepada Khittah.co
Menurut Mustari, hal yang menjadi pemicu perbedaan selama ini karena metode yang diterapkan berbeda. Ada yang memakai metode melihat langsung bulan dan ada yang memakai sistem perhitungan atau ilmu astronomi.
Tidak ada masalah dari perbedaan penggunaan kedua metode itu, karena sama-sama punya dalil yang kuat. Hanya saja kata Mustari, penting dipikiran satu metode yang bisa menyatukan semua perbedaan.
“Sampai hari ini hanya metode hisab yang potensi menyatukan perbedaan penanggalan di seluruh dunia,” paparnya.
“Saya kira Umm Al-Qura juga menggunakan metode hisab dalam penanggalannya, hanya ada kekhususan pada tiga hari besar ummat Islam yaitu 1 Ramadan, 1 Syawal, dan 1 Zulhijah. Ketiganya menggunakan metode rukyatulhilal,” tambahnya
Olehnya, Ia berharap agar penetapan hari besar ummat Islam bisa tetap menggunakan metode hisab.
“Saya berharap kelak semua penanggalan menggunakan metode hisab, karena hanya dengan begitu meniscayakan adanya persatuan ummat di seluruh dunia,” tukasnya.