Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaPendidikanTokoh

Kisah Hidup Kader IMM, Kaprodi di Universitas Mega Buana Palopo

×

Kisah Hidup Kader IMM, Kaprodi di Universitas Mega Buana Palopo

Share this article

KHITTAH.CO, KOTA PALOPO – Berasal dari latar belakang keluarga yang sederhana, tak menyurutkan semangat Muh Ramli dalam menempuh pendidikan. Anak terakhir dari 4 (empat) bersaudara ini, selalu punya sikap optimis, yang menghantarkannya pada pencapaian sebagai Ketua Prodi Kewirausahaan di Universitas Mega Buana Palopo.

Muh Ramli yang ditemui di kantornya, mengungkapkan bahwa kehidupan keluarganya sangat biasa-biasa saja. Lahir di Gowa 10 Oktober 1989, dengan Ayah yang bekerja sebagai petani, dan ibunya pedagang kecil yang menjajakan makanan di pasar.

Ia menuturkan bahwa Ibunya yang membantu biaya sekolahnya mulai dari sekolah tingkat dasar (SD) hingga sampai Magister S2 Unismuh Makassar. Bahkan setelah Ayahnya meninggal, sosok ibulah yang membantu biaya pendidikannya.

“Keluarga saya bukan berasal dari background Muhammadiyah,” ungkapnya.

“Saya baru mengenal Muhammadiyah setelah menjalani proses kaderisasi TM I di IPM sewaktu SMA. Setelah itu saya masuk di Universitas Muhammadiyah Makassar. Di sinilah saya mulai memahami apa itu Muhammadiyah, melalui jenjang kekaderan di IMM mulai dari DAD hingga Darul Arqam Paripurna,” jelasnya.

Latar belakang pendidikannya dimulai dari SD Negeri Panaikang, SMP Negri 1 Bontomarannu, SMA Negri 1 Bontomarannu, S1 Unismuh Makassar dan S2 di Unismuh Makassar jurusan Managemen.

Menyelesaikn S1-nya dalam waktu 3 tahun 6 bulan dengn IPK 3.92. Jenjang S2 ia tempuh hanya dengan waktu 1 tahun 8 bulan dengan IPK 4.00.

Sejak di bangku SMP ia sudah menjadi Ketua OSIS, sampai SMA pun tetap menjabat sebagai Ketua OSIS. Tak hanya itu, ia juga menjabat di organisasi IPM.  Di bangku kuliah, ia kembali mendapat amanah di komisariat IMM.

Sempat menjabat sebagai sekretaris bidang kader IMM Gowa dan Sekretaris bidang Kewirusahaan di cabang IMM Kota Makassar. Di luar Ortom Muhammadiyah, pernah aktif di Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Makassar, dan sekarang masih menjabat di KNPI cabang Bontomarannu Gowa.

Setelah menyelesaikan S1 di Unismuh tahun 2013, ia langsung bergabung dan membantu bagian kepegawaian di Fakultas Ekonomi Unismuh Makassar.

Ia juga sempat menggeluti bisnis berdagang barang campuran,  membantu ibunya jualan di pasar, dan mengelola perkebunan peninggalan almarhum ayahnya.

Setelah menyelesaikan S2 di Unismuh, sempat menjadi dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh, tahun 2019-2020.

“Akhir tahun 2020, sebuah keputusan berat diambil untuk merantau ke Palopo. Saya memutuskan bergabung Universitas Mega Buana Palopo dan diberi amanah menjabat sebagai Ketua Prodi Kewirausahaan,” ungkapnya.

Berbagai macam faktor penghambat dan pendukung telah dirasakannya, mulai dari keterbatasan biaya hidup, orang tua yang mulai sakit-sakitan, tidak mampu secara ekonomi.  Namun justru faktor itulah yang mendorongnya untuk membantu teman atau juniornya yang kadang kekurangan ekonomi karena pernah berada pada titik tersebut.

“Alhamdulillah berkat perjuangan dan doa orang tua serta keluarga saya bisa berada pada titik saat ini, yakni diterima dan diberi amanah menjadi dosen di UMB Palopo dan amanah itu harus dijaga,” terangnya.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa sampai detik ini, nilai-nilai yang pernah ia dapatkan di IMM masih terus berupaya dipegang teguh.

“Di IMM saya mendapatkan kebersamaan, bagaimana di ajari hidup mandiri dan sederhana, bagaimana kita bisa berfastabiqul khaerat (berlomba-lomba dalam kebaikan) di manapun berada.

Sebagai seorang kader Muhammadiyah, kita harus tetap istiqomah minimal tidak meninggalkan shalat lima waktu, puasa senin kamis, sedekah, dan sosial kita.

Karena di IMM itu yang di utamakan adalah spritual, Humanitas, dan Intelektual hal inilah yang saya bawa  sampai sekarang.  bagaimana saya menjaga spritual, intelektual dan bagaimana menjaga humanitas saya.

Ramli mengemukakan bahwa untuk sampai pada titik yang ia capai sekarang, banyak hal yang dilalui, berkat informasi yang ia dapatkan dari temannya serta dari sosmed bahwa Universitas Mega Buana Palopo yang pada saat itu masih bernama STIKES Mega Buana Palopo tengah membutuhkan Dosen dengan kriteria S1 dan S2 managemen. Tanpa pikir panjang setelah salat ia langsung mengirim berkas lamarannya dan berselang 2 hari ia dipanggil untuk ikut seleksi dan wawancara oleh pihak kampus.

“saya masih ingat waktu itu di bonceng oleh teman seperjuangan di IMM, sampai di palopo saya tidak punya teman atau keluarga yang bisa ditempati sementara waktu, setelah selesai seleksi dan wawancara besoknya saya langsung pulang kemakassar, perjalanan yang panjang antara gowa-palopo yang ditempuh kurang lebih 9 jam, keterbatasan biaya hidup menjadi suka duka untuk bisa pada titik hari ini”

Satu bulan berselang kabar yang saya tunggupun datang, pihak kampus kembali menghubungi dan meminta datang ke palopo, sesampainya di sana tak tanggung-tanggung sebuah amanah besar langsung diberikan yakni menjadi Ketua Prodi Kewirausahaan, awalnya ada keraguan karna merasa diri yang tak punya kapabilitas dan kemampuan untuk berada pada posisi itu.

Secara pribadi saya sangat berterima kasih kepada pihak kampus Universitas Mega Buana (UMB) Palopo terutama kepada ibu Rektor UMB Palopo DR. Hj. Nilawati Uly, Apt, M.Kes, yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan untuk menjadi bagian kampus serta diberi amanah sebagai ketua prodi.

“UMB Palopo secara tidak langsung menjadi penyelamat hidup serta karir, penyelamat masa depan sehingga bisa berjuang, awalnyapun sempat bingun mau tinggal dimana namun Alhamdulillah pihak kampus menyediakan asrama bagi dosen-dosennya”

Terakhir, sebuah kesyukuran  kepada Allah SWT, karna dengan dibukannya fakultas bisnis ini selain juga bisa membantu saya dan keluarga, juga bisa membantu dan menyelamatkan orang-orang sekitar, karna Fakultas Bisnis UMB Palopo ini bertujuan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, bagaimana mahasiswa bisa menciptakan lapangan kerja, dan tentu dengan biaya kuliah yang sangat terjangkau dan bisa di angsur.

Pesan saya kepada seluruh kader Muhammadiyah yang tengah berjuang memperbaiki status sosialnya, tetaplah berusaha dan jangan pantang menyerah, organisasi itu memang penting, tapi organisasi bukan tujuan hidup, yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan yang kita dapat di organisasi, lalu bagaimana kita bisa bermanfaat, ciptakanlah pelangimu sendiri dari usahamu. (*)

 

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply