Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Di Baitul Arqam PWM Sulsel, Haedar Nashir Harap Dokumen Resmi Persyarikatan Kembali Dibaca

×

Di Baitul Arqam PWM Sulsel, Haedar Nashir Harap Dokumen Resmi Persyarikatan Kembali Dibaca

Share this article

KHITTAH.co, Maros- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir menjadi pembicara dalam “Baitul Arqam Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan”, Ahad, 10 Oktober 2021 di Kawasan Wisata Alam Bantimurung, Maros.

Ia berpesan berpesan agar anggota, kader, pimpinan, dan mubaligh Muhammadiyah kembali membaca dokumen-dokumen resmi Muhammadiyah. “Hal ini penting untuk  tetap membawa semangat tajdid Kiai Ahmad Dahlan sehingga kita tidak terjebak pada gerakan yang bukan corak dari Muhammadiyah,” tegas Prof. Haedar.

Prof. Hedar juga berbicara terkait tujuan dibentuknya Persyarikatan Muhammadiyah. Ia menegaskan bahwa Persyarikatan ini lahir tidak hanya untuk pemurnian akidah, tetapi juga sebagai upaya memajukan atau mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

“Jujur, dulu, saya waktu IPM baca seluruh buku Kemuhammadiyahan, termasuk yang ditulis di tingkat Pusat. Kok hanya pemurnian, mungkin dulu rujukannya belum mendalam dan tidak hasil dari penelitian yang dilakukan Kiai Dahlan sejak awal,” kata Haedar

Karena itulah, Haedar berani menulis, bahwa Kiai Dahlan tidak hanya membentuk Muhamamdiyah untuk permurnian. Malahan, lanjut Haedar, ada islah atau pembaharuan.

Hal ini, kata  Haedar  berdasarkan pada penelitian panjang para peneliti lokal, peneliti asing, hingga dirinya sendiri. Ia mengaku secara teliti telah merunut, mengkaji, dan membedah hal ihwal Muhammadiyah.

““Bahkan peneliti-peneliti asing yang menemukan itu. Jadi Dr. Alfian menulis disertasi Muhammadiyah di zaman Belanda hingga akhir itu, menulis bahwa Kiai Dahlan sebagai religious reformist, seorang reformis keagamaan. kemudian dia social changes, pembawa perubahan sosial,”  jelas Haedar.

Tidak hanya itu, kata Haedar lebih lanjut, dalam konteks pergerakan Ke-Indonesiaan Kiai Dahlan menjadi political power, yang punya kekuatan dalam gerakan kebangsaan. “Karena itu, tidak mungkin hanya dalam pemurnian. Kalau hanya dalam pemurnian itu, ya nanti pada urusan-urusan yang terbatas saja,” tutup Haedar.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply