KHITTAH.CO, MAKASSAR – Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhamamdiyah (Unismuh) Makassar, Erwin Akib Ph.D menjadi salah satu narasumber dalam Madrasah Politik dan Siber Pemuda Muhammadiyah (PM) Sulsel. Acara ini digelar di Hotel Jolin, Jl Pengayoman, Makassar, Jumat–Ahad, 29–31 Oktober 2021.
Dua Bupati di Sulsel juga sempat mengisi acara ini, yakni Bupati Wajo Amran Mahmud, dan Bupati Enrekang Muslimin Bando. Wakil Ketua DPRD Sulsel Ni’matullah dan Legislator Sulsel dari Partai Gerindra, Muchtar Mappatoba juga hadir sebagai pembicara.
Dalam ulasannya, alumni Program Doktor Universitas Teknologi Malaysia ini membawakan materi tentang ‘Personal Branding’.
“Saya berharap PM perlu melakukan dan memahami strategi dalam melakukan branding, baik pada individu pengurus, maupun secara kelembagaan. Targetnya tentu saja, agar ajaran dakwah Pemuda Muhamamdiyah lebih berterima di tengah masyarakat,” ungkap dia.
Erwin mengulas beberapa langkah membangun personal branding, yakni Vision (visi), Value (nilai), Autenticity (autentisitas), Personality (kepribadian), Commitment (komitmen), dan Diffrerentiation (perbedaan).
Mengawali pemaparannya, nakhoda FKIP ini menunjukkan keberhasilan brand produk air kemasan ‘Aqua’.
“Di masyarakat, semua jenis air kemasan disebut ‘Aqua’. Tentu membangun brand itu tidak dalam semalam, perlu kerja keras dan konsistensi selama puluhan tahun,” jelas Erwin.
Erwin juga mencontohkan apa yang telah dilakoninya sebagai Dekan. Beberapa media pernah menyebutnya sebagai ‘Dekan Bencana Alam’.
“Kami tidak pernah membangun brand peduli kemanusiaan seperti itu, tapi kami memang menjadikan Gerakan Taawun sebagai bagian tak terpisahkan dari denyut nafas pendidikan tinggi. ‘Empowering minds into humanity, itulah yang menjadi etos Pendidikan yang kami bangun,” pungkas Erwin.
Erwin juga menceritakan, selama menjadi Dekan FKIP, ia hanya fokus menggerakkan civitas akademika untuk memberikan kinerja terbaik.
“Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas, tanpa kami sadari, ternyata 5 tahun memimpin FKIP, ada 5 prodi yang berhasil meraih akreditasi A. Jadi, branding perlu ditopang dengan karya nyata,” jelas dia.
Branding, lanjut Erwin, akan berbanding lurus dengan kapasitas dan kinerja. Oleh karena itu, visi besar, menjadi starting poin untuk membangun karya besar. Visi perlu dilanjutkan dengan komitmen untuk terus bergerak dan berkarya.
“Dalam proses berkarya itu diperlukan autentisitas dan perbedaan dari apa yang dilakukan orang. Kalau dilakukan secara konsisten, akan melahirkan branding yang kuat,” terang Erwin.
Namun, ia mengingatkan, bahwa personal branding juga perlu ditopang dengan kepribadian dan nilai. Branding yang dibangun dengan susah payah, akan sirna, jika mengabaikan nilai integritas.
Erwin juga siap berkolaborasi dalam memperkuat branding organisasi maupun individu kader Pemuda Muhammadiyah.