Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Literasi

Ibrahim a.s. Meminta Allah SWT Menunjukkan Cara Menghidupkan Sesuatu yang Mati

×

Ibrahim a.s. Meminta Allah SWT Menunjukkan Cara Menghidupkan Sesuatu yang Mati

Share this article

Oleh: Abd. Rakhim Nanda

QS Al Baqarah/2: 260

اعوذ بالله من الشيطان الرجيم

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِىۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ ٱلطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ ٱجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ٱدْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًاۚ وَٱعْلَمْ أَنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Dalam ayat ini, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ingin melihat bukti nyata selain bukti-bukti yang telah diketahuinya, seraya memohon kepada Allah ﷻ agar memperlihatkan untuknya bagaimana Allah ﷻ menghidupkan yang sudah mati. Maka Allah ﷻ berfirman kepadanya, اَوَلَمْ تُؤْمِنْ “Belum yakinkah kamu?” untuk menghilangkan syubhat (keragu-raguan) pada ke-kasihNya, (Nabi Ibrahim). Dia قَالَ “berkata,” yakni Ibrahim ‘alaihissalam, بَلٰى “Tentu aku telah meyakininya” wahai Rabb, sungguh saya telah beriman bahwa Engkau Kuasa atas segala sesuatu, dan Engkau menghidupkan yang telah mati dan Engkau akan membalas semua amal hamba-hamba. Akan tetapi saya ingin *agar hatiku tenang* dan agar saya sampai kepada derajat keyakinan yang sebenar-benarnya.

Maka Allah ﷻ menjawab permohonannya sebagai kemuliaan baginya dan rahmat bagi hamba-hambaNya, فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung,” dan tidak dijelaskan burung apakah itu. Ayat ini bisa terjadi dengan jenis burung apa pun dan itulah yang dikehendaki, فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ “lalu cincanglah semuanya olehmu,” artinya, kumpulkanlah dan sembelihlah mereka dan cincanglah mereka. ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah ﷻ Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Maka Nabi Ibrahim melakukan itu, dan beliau memisah-misahkan bagian-bagiannya pada beberapa gunung yang ada di sekitarnya lalu beliau memanggil mereka dengan nama-nama mereka dan akhirnya mereka kembali kepadanya dengan sangat cepat. Karena kata سَعْيًا berarti cepat, dan bukanlah yang dimaksudkan burung-burung itu datang dengan berjalan dengan kaki-kaki mereka, akan tetapi mereka datang dengan terbang dalam kondisi hidup yang paling sempurna.

Allah ﷻ mengkhususkan burung dalam hal itu karena menghidupkan mereka lebih mantap dan lebih jelas dari selain mereka. Demikian juga dalam hal ini Allah ﷻ menghilangkan semua dugaan yang batil yang terbersit dalam hati orang yang membantah. Maka menjadikan jumlah mereka empat ekor, mencincang-cincang mereka, dan meletakkan setiap bagian itu di atas gunung-gunung, agar hal itu nampak nyata dan jelas hingga dapat disaksikan dari dekat maupun dari jauh, dan menjauhkan potongan-potongan dengan jarak yang banyak agar tidak dikira bahwa hal itu adalah sebuah tindakan tipu daya. Dan Allah ﷻ juga memerintahkan kepadanya agar memanggil mereka hingga mereka datang dengan segera.

Maka ayat ini menjadi bukti nnyata yang paling besar terhadap kesemlurnaan kemuliaan Allah SWT dan hikmahNya. Dalam ayat ini terdapat peringatan bahwa kebangkitan itu menunjukkan keperkasaan Allah SWT, hikmahNya, keagunganNya, luas kekuasaanNya, kesempurnaan keadilan dan karuniaNya.
Demikian dinukil dari Tafsir As-Sa’di karya Syaik Abdurrahman bi Nashir as-Sa’di

* Wakil Sekretaris PWM Sulsel dan Wakil Rektor I Unismuh Makassar

 

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply