Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Efektivitas Pembukaan Jalan Baru Desa Wora dalam Usaha Tani Masyarakat

×

Efektivitas Pembukaan Jalan Baru Desa Wora dalam Usaha Tani Masyarakat

Share this article

Oleh: Asfi Waraihan*

KHITTAH.CO, – Desa Wora merupakan desa yang di dalamnya mayoritas masyarakat tani, yang di mana sumber utama pemasukan ekonominya adalah dengan bertani. Dalam usaha bertani, masyarakat Desa Wora sangat beragam jenis dan bentuk tanaman yang ditanam petani. Misalnya, dengan menanam kacang tanah, jagung, kedelai, padi, dan bawang merah. Tetapi masyarakat Wora mayoritas cenderung menanam kacang tanah yang mana dilakukan dalam dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Pada musim kemarau, masyarakat Desa Wora tidak semuanya bisa menanam kacang tanah, disebabkan hanya sebagian saja yang mempunyai ladang sawah atau tanah yang mampu diakses dengan air untuk kelangsungan proses pertumbuhan tanamannya. Dari seluruh masyarakat Wora, yang bertani kacang tanah hanya 45% yang bisa bertani di musim kemarau, selain itu sebagian sumber mata pencarian ekonomi adalah sebagai buruh tani, bangunan dan lain sebagainya.

Proses penanaman pada musim kemarau itu dilakukan tidak secara maksimal yang disebabkan keterbatasan air dari sungai maupun sumur bor yang tidak mampu mengakses kebun dan sawah masayarakat setempat. Maka, hanya sebagian kecil saja yang menanam kacang tanah, di luar dari pada itu ada yang tanam padi, bawang merah, cabe dan sayur-sayur lainnya untuk keberlangsungan hidup sehari-hari menunggu musim hujan.

Sedangkan pada musim hujan, 99% masyarakat Wora rata-rata semuanya menanam kacang tanah, baik di sawah sampai pada pelosok tanah pegunungan tinggi. Hampir semua masyarakat memiliki kebun kacang tanah sendiri atau pun disewa pada orang lain. Rata-rata kebun tersebut banyak di daerah pegunungan, yang di mana dalam keberlangsungan bertani tersebut tidak terlalu memerlukan air sungai atau air bor, hanya dengan air hujan saja. Dalam keberlangsungan bertani di pegunungan selama bertahun-tahun masyarakat Wora ketika bercocok tanam dan panen di pegunungan tidak menggunakan alat transportasi melainkan hanya dengan berjalan kaki dan naik kuda bagi sebagian yang lain.

Setelah beberapa tahun silam, masyarakat tani tidak menggunakan alat transpotasi untuk memudahkan bertani baik itu pulang pergi di tempat bertani maupun ketika sedang panen hasil, semuanya dikerjakan secara manual ataupun berjalan kaki, berkuda sebagaimana disebutkan di atas. Seiring berkembangnya zaman, maka hadirlah beberapa alat transportasi baik itu motor maupun mobil untuk mempermudah akses kebun masyarakat tani.

Setelah berkembangnya zaman, sebagian masyarakat sudah memiliki alat transportasi baik itu motor maupun mobil. Tetapi, meski alat transportasi telah ada, itu sama sekali tidak mengubah pilihan bagi masyarakat tani yang bertani di pegunungan ataupun pelosok, dalam hal ini mempermudah keberlangsungan bertaninya, atau sama sekali tidak memberikan kemudahan dalam mengakses kebun dan sawah para petani. Sebab pada saat itu tidak adanya pembukaan jalan baru atau jalan kebun untuk mempermudah jalannya alat transportasi sehingga walaupun masyarakat memiliki alat transportasi tetapi masih bekerja dan bepergian dengan cara yang manual, jalan kaki maupun berkuda.
Nah, di sinilah yang menjadi awal keluhan masyarakat tani, ada alat transportasi tetapi tidak digunakan dengan cara yang maksimal. Misalnya, ketika masyarakat panen, hasil panen itu tidak diangkut menggunakan alat transportasi melainkan dengan cara manual, memikul satu persatu, atau menyewa buruh tani untuk memikulnya dengan harga yang tidak sesuai, banyak waktu yang terbuang, mahalnya gaji buruh tani dan sedikitnya hasil pekerjaan yang dikarenakan jarak yang cukup jauh.

Setelah mendapat keluh kesah masyarakat mengenai ketidakefektifannya dalam kegiatan bertani yang disebabkan penggunaan alat transportasi tidak secara maksimal. Sehingga diadakan musyawarah oleh pemerintah desa yaitu dalam rancangan program kerja desa yang dihadiri oleh seluruh masyarakat Desa Wora. Pada saat itu masyarakat mengeluarkan semua seluruh keluhan maupun masukannya dalam bertani sehingga mengusulkan untuk membuka jalan baru atau jalan menuju kebun sehingga memudahkan masuknya alat transportasi baik motor maupun mobil. Lalu pemerintah setempat menyepakati seluruh apa yang ditawarkan masyarakat tersebut.

Sulitnya akses masuk alat transportasi tersebut sangat menghambat perputaran ekonomi masayarakat tani sekitar, maka dipandang perlu segera untuk membuka jalan baru. Jalan adalah salah satu bagian dari infrastruktur yang sangat vital, jalan yang baik akan memudahkan kita untuk melakukan akses pada suatu tujuan dan begitu pula sebaliknya jalan yang buruk atau tidak adanya jalan akan menghambat dalam mengakses suatu tujuan. Dalam hal ini, jalan menjadi kunci memperbaiki situasi ekonomi masyarakat tani, selain memudahkan akses juga dapat membuat perekonomian masyarakat berjalan dengan baik. Untuk itu sekali lagi untuk menegaskan, pembukaan jalan dalam suatu daerah itu dipandang perlu selain dari mempermudah mengakses kebun, juga akan mempermudah perputaran ekonomi masyarakat setempat.

Daerah yang memiliki potensi ekonomi akan mengundang daya tarik kita untuk mengelolanya, infrastruktur mesti hadir untuk mendukung itu. Bagai dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sebab, dengan adanya pembukaan jalan, lahan pertanian juga kebun akan menjadi pusat pertumbuhan dan peningkatan perekonomian daerah tersebut. Dalam pembukaan jalan baru, sangat didukung penuh oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Dengan dibukanya jalan baru masyarakat bisa dengan leluasa dalam bertani dimanapun dan mampu mengakses dengan cara yang sangat efektif dalam keberlangsungan bertani.

Program kerja yang ditawarkan oleh masyarakat, mulai dikerjakan pada tahun 2019 dan 2021. Pada tahun 2019 pemerintah Desa Wora mulai memprogramkan dan membuka jalan baru dengan nama “jalan ekonomi” di “So Wela Parongge”, dan dikerjakan selama 1 tahun penuh dengan rincian anggaran yang dikeluarkan atau uang pembangunan dalam pembukaan jalan baru sebesar Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah), dengan luas jalan sekitar 3,5 m dan panjang 1,800 km.

Sedangkan untuk pembukaan jalan baru pada tahun 2021, pemerintah membuka lagi proyek “jalan usaha tani” di “So Dana Bura” dan dikerjakan selama 1 tahun, dengan luas jalan 4 m, panjang 1,200 km. Dengan rincian anggaran dalam pembukaan jalan baru ini sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta rupiah). Program pembukaan jalan baru tersebut adalah program kerja tahunan, yang dimana anggaran keseluruhannya dari dua jalan tersebut sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah).

Pembukaan jalan baru tersebut, yaitu anggaran yang digunakan pemerintah desa sepenuhnya diambil dari dana Desa Wora itu sendiri. Program kerja ini menjadi program kerja wajib setiap tahun atau setiap periode bagi pemerintah Desa Wora (berdasarkan laporan Pemerintah Desa Wora). Selama berjalannya pembukaan jalan baru oleh pemerintah, antusias masyarakat sangat tinggi, tidak ada satupun masyarakat yang mengeluh ketika tanahnya dijadikan atau digusur untuk pembukaan jalan baru tersebut, malah masyarakat sangat meminta supaya tanahnya dijadikan jalan sehingga memudahkan mereka dalam bertransportasi di tempat bertaninya, menurut pengakuan salah satu pegawai pemerintah Desa Wora.

Pada umumnya, petani di sini adalah petani yang membudidayakan tanaman kacang tanah sebagaimana dijelaskan di atas, walaupun ada satu dan dua orang yang menamam selain dari kacang. Sebagian kecil mereka juga menanam tanaman jagung dan bawang merah pada tanah yang telah diperbaiki dan dibuka pemerintah dengan baik, akibatnya kebun tani terakses pula secara baik. Seiring dengan adanya jalan, selain membudidayakan tanaman kacang tanah mereka juga memperluas lahan dan memperbanyak menanamnya, sebab proses mengakses lahan dan transportasi pun sudah bisa dijalankan secara maksimal. Dengan hadirnya akses jalan, ternyata menjadi faktor utama pendorong kemauan masyarakat (motivasi). Selain menjadi motivasi, jalan juga membuat proses pertanian menjadi lebih efektif dan efesien.

Dengan adanya pembukaan jalan baru atau jalan kebun, menjadi motivasi yang sangat besar pada petani/pekebun untuk bertani/berkebun. Dulu sebelum adanya jalan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas masyarakat hanya bertani dan berkebun secara kecil-kecilan saja. Dalam hal bercocok tanam padi, menanam padi sesuai dengan kebutuhan masing-masing target keluarga tiap musim, baik sawah maupun kebun. Sebagian masyarakat setempat menjadi buruh bangunan, buruh tani dan yang paling disayangkan adalah banyaknya pengangguran.

Hal ini, membuat lahan pertanian yang ada di Desa Wora tidak terlalu dimanfaatkan yang luasnya cukup besar dibandingkan kampung lain yang diakibatkan sulitnya mengakses lahan pertanian. Selain itu, masyarakat setempat banyak yang berkebun di kampung tetangga disinyalir dengan alasan mudah untuk mengakses dibandingkan kampung sendiri dan lebih-lebih ada yang merantau bekerja di daerah lain seperti perkebunan kelapa sawit di Kalimantan dan Sumatera, atau di daerah lain di Indonesia.

Sekarang dengan adanya pembukaan jalan baru kebun, semangat masyarakat untuk membangun lahan yang sudah lama tidak digunakan dan akan digunakan secara keseluruhan karena akses untuk transportasi menjadi lebih mudah. Perluasan lahan pun lebih meningkat, pembukaan lahan pun juga meningkat lebih baik dari sebelumnya.

Pembukaan jalan kebun menjadi proses pertanian yang efisien. Yaitu efesiensi waktu dan tenaga. Waktu menjadi sangat efisien terutama durasi perjalanan untuk mengakses kebun. Sebelum adanya jalan untuk mengakses kebun, petani berjalan kaki menuju kebun masing-masing dalam jangka waktu yang relatif lama sekitaran 1 sampai 2 jam perjalanan, kebun petani biasanya berjarak 2-3 km dari kampung. Di samping menguras waktu juga ikut menguras tenaga sebelum harus memulai aktivitas tani.

Dengan adanya jalan kebun seperti saat ini, pemborosan waktu dan tenaga sudah berkurang, petani lebih leluasa untuk mengakses dari dan menuju kebun. Masyarakat tani menggunakan kendaraan bermotor dan kendaraam jenis lainnya. Jika sebelumnya menghabiskan waktu 1-2 jam, maka kini hanya memakan waktu menjadi 10-15 menit saja. Sebelumnya banyak sapi pembajak atau ternak yang terkuras tenaganya akibat jalan kaki dengan jarak 2-3 km, namun sekarang berbeda, meskipun tenaga digantikan dengan pengeluaran biaya bensin kendaraan, tetapi hal itu tidak menjadi masalah besar dan tidak sebanding dengan meningkatnya produktifitas hasil kebun tani.

Pembukaan jalan kebun, menjadikan proses pertanian lebih baik dan efektif. Efektif dalam hal pengangkutan bahan pertanian yaitu pupuk, mulsan, bibit dan hasil panen pertanian lainnya menjadi efektif dikarenakan transportasi yang mudah dengan kendaraan motor maupun mobil. Bahkan bisa dikatakan sangat efektif setelah adanya infastruktur (jalan), yang mana pada awalnya petani menggunakan tenaga manusia. Misalnya, bahan pertanian seperti bibit kacang tanah, pupuk, obat-obatan dan perlengkapan lainnya yang diperlukan; semuanya dibawa dengan cara yang manual yaitu dengan memikulnya hingga kiloan meter dan postur situasi jalan yang menanjak, paling bisa tiap orang memikul 20-35 Kg pupuk atau bibit tanaman, begitu juga dengan pengangkutan hasil pertanian. Tetapi setelah dibukanya jalan menjadi lebih efektif.

Memang di kampung dan desa lain sekitarnya, peningkatan ekonomi masyarakat belum bisa dikategorikan maju, tetapi peningkatannya baru mencapai tahap berkembang, setelah dibukanya infrastruktur (jalan). Perkembangan ekonomi petani disebabkan adanya infrastruktur (jalan) menjadi batu loncatan bagi masyarakat desa Wora dan masyarakat petani di daerah lain di Bima.
*Pemerhati petani

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply