KHITTAH.CO, Wajo- Pimpinan Daerah (PD) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Wajo menggelar malam refleksi milad ke 61 IPM, Ahad, 31 Juli 2022 di Rumah Jabatan Bupati Wajo.
Dalam sambutannya, Harisma Nurul Fahimah selaku Ketua Umum PD IPM Wajo mengatakan, di usia IPM yang sudah menginjak 6 dekade ini, IPM telah banyak mencatatkan tinta emasnya.
“Tentunya, ini tidak terlepas dari peran IPMawan dan IPMwati, Ayahanda, Ibunda yang tentu masih Istikamah bergerak dan mengawal langkah IPM di Wajo,” kata dia.
Ia melanjutkan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang berdiri sejak 18 Juli 1961 ini dikenal eksis sebagai basis gerakan spirit Muhammadiyah di kalangan pelajar untuk membangun semangat kepeloporan, keberlangsungan, dan penyempurnaan gerakan Muhammadiyah.
Refleksi milad ini di hadiri langsung oleh Ketua IKA IPM/IRM Wajo yang juga Bupati Wajo, Dr. Amran Mahmud.
Dalam sambutannya, Amran berpesan kepada para IPMawan dan IPMawati untuk terus bergerak dan melakukan aksi nyata sebagai organisasi platfrom pelajar di Indonesia.
“Sudah sepatutunya, IPM menjadi arus utama Pelajar Indonesia. Kiprahnya nyata dirasakan dan terlihat di negeri ini,” kata Amran.
Terlebih, lanjut dia, di usia 61 tahun ini, IPM tetap eksis menanamkan nilai-nilai pelajar berkemajuan bagi penerus bangsa ini.
Dalam momentum ini, beberapa Demisioner Ketua PD IPM Wajo juga hadir.
Muh. Arfi Amin selaku Ketua PD IPM Wajo 1994-1996 yang juga menyampaikan refleksi milad mengatakan, hari ini adalah momentum yang tepat untuk melakukan evaluasi secara mendalam atas semua aktivitas IPM.
“Apa yang adik-adik kerjakan selama estapet kepempinan yang kita cintai ini, dinamika dalam berorganisasi, sudah seharusnya membuat kita tidak gampang baper,” tegas Arfi.
Ia mengingatkan, kader IPM harus selalu siap menerima kritik dan saran. “Selalu tanamkan di diri kit bahwa pengkritik ituberarti teman berpikir,” ujar Arfi.
Ia juga mengomentari Resepsi Milad kali ini yang dirangkaikan dengan Dialog Sejarah IPM Wajo yang mengangkat tema “Restorasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah.”
Menurut dia, dialog tersebut tidak hanya berfokus kepada sejarah. Ia mengatakan, dialog tersebut harus menjadi pemantik nagi senior IPM yang tergolong ayahanda untuk memberikan nasihat kepada kader IPM.
“Dan senior yang masih tergolong kakanda, berbicara bagaimana agar IPM di Kabupaten Wajo ini, tidak mati. Jadi singkatnya, yang tua berbicara refleksi gerakan, yang muda berbicara arah gerakan,” kata dia.
Ia melanjutkan, Muhammadiyah mencetak 3 Kader, yakni Kader Persyarikatan, Umat dan Bangsa.
“Jika hari ini ada 50 Kader, besok tinggal seperdua, berarti kader tersebut terbagi, seperdua menjadi kader persyarikatan, seperduanya lagi bisa saja menjadi kader umat ataupun kader bangsa,” kata dia.
Ia menegaskan IPM harus selalu memastikan Muhammadiyah tidak pernah kehilangan kadernya. “IPM harus terus berupaya, memastikan, Muhammadiyah tidak kehilangan kader, dan IPM adalahpermulaannya,” tutup Muh. Arfi Amin.