KHITTAH.CO, Dalam usia Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang memasuki paruh kedua dari abad pertamanya, sesungguhnya dibutuhkan ijtihad panjang di dalam mendefinisikan ulang dirinya.
Tidak hanya itu, identitas gerakan IMM seharusnya bukan lagi hanya sebagai tempelan megah dalam sorak sorai kegiatan seremonial.
Namun, dijiwai oleh nalar intelektualisme yang menghendaki organisasi ini bergerak dalam arah yang lebih maju mendahului usianya.
Ketidakjelasan mendefinisikan identitas gerakan memasuki era baru ini menjadikan IMM kehilangan jati dirinya untuk diperkenalkan ke khalayak umum.
Sehingga acap kali membuat organisasi besar ini terombang-ambing dalam derasnya arus perkembangan zaman.
Identitas Ikatan mengandaikan kepribadiaan yang dengannya, organisasi ini dikenal oleh zaman. Karenanya perubahan zaman meniscayakan pembaharuan identitas sebagai kesadaran baru yang merefleksikan semangat zaman.
Jihad kepemimpinan sesungguhnya tidak lepas dari ijtihad panjang di dalam mencari dan mengidentifikasi jenis kesadaran kolektif.
Kesadaran kolektif yang dibutuhkan di masa kini dan mendatang, yang dengan itu, Ikatan akan dikenali sebagai apa oleh zaman hari ini.
Karenanya, nalar kepemimpinan harus dibangun atas kebutuhan pembaharuan yang akan menyelamatkan ikatan dari stagnasi berkepanjangan.
Yang stagnasi itu, lebih banyak diakibatkan oleh kecintaan berlebih kita untuk sekadar mengulang dan merawat memori sejarah lama yang sama pada zaman yang seluruhnya berbeda.
Identitas baru yang dibutuhkan oleh Ikatan bukan lagi terpaut pada kesadaran simbolik yang statis, melainkan menjelma sebagai “Nalar Intelektualisme” yang proyektif dan memiliki rumusan rancang bangun gerakan yang dapat diterjemahkan secara kreatif ke semua lini bidang kehidupan organisasi.
Identitas baru ikatan ini mengandaikan visi besar Ikatan yang berdimensi jangka panjang melampaui batas-batas periodesasi kepemimpinan.
Pembacaan terhadap realitas zaman aktual serta proyeksi arah perkembangan zaman mendatang harus menjadi referensi utama yang menuntun Ikatan di dalam merumuskan nalar identitas barunya sebagai konsentrasi kepemimpinan hari ini dan di masa mendatang.
Keseriusan kolektif semua pihak dibutuhkan. Utamanya para pimpinan, khususnya di tingkat pusat dan daerah untuk lebih banyak duduk bersama dan melibatkan banyak ahli serta mendengarkan aspirasi akar rumput.
Sehingga, ikhtiar bersama ini menjadi kesadaran pembaharuan arah gerakan di semua level kepemimpinan.
Kebutuhan untuk menemukan identitas baru ini sebagai “kalimatun sawa” atau titik temu yang disepakati secara kolektif, tidak lantas melupakan realitas keragaman potensi yang melimpah di setiap daerah.
Kebutuhan yang sama pula di dalam membumikan nalar identitas ikatan ini menjadi arus utama kepemimpinan dan pengaderan.
Tidak hanya itu, hal tersebut juga mereformasi kaderisasi dan kepemimpinan sebagai usaha organisasi untuk sampai pada visi besar bersama Ikatan.
Menghendaki perubahan arah organisasi tanpa ikhtiar pembaharuan identitas sebagai visi besar bersama, berarti membiarkan Ikatan ini terlempar jauh keluar dari jalan raya peradaban global.
Karena itu, kepemimpinan semestinya kita pandang dengan cara yang lebih serius, dengan pandangan yang lebih jernih, dengan harapan yang sungguh-sungguh untuk bersama-sama melayani negeri, agama, Persyarikatan, serta Ikatan.
Ditulis oleh : Taufiqurrahman
Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Sulawesi Selatan