KHITTAH.CO, Makassar- SMP Muhammadiyah 13 dengan berbagai program unggulannya dan spirit muda kepala sekolahnya diharapkan mampu bergerak dan bertumbuh sesuai khittah pergerakan Muhammadiyah.
Bagusnya, saat ini, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar bagi siswa, tapi juga dirasakan manfaat keberadaannya bagi masyarakat sekitar.
“Sekolah juga bisa hadir sebagai pintu kaderasasi kultural bagi Muhammadiyah,” ungkap Ibrahim Kepala SMP Muhammadiyah 13 Makassar.
Kata Ibrahim, SMP Muhammadiyah 13 Makassar memang menargetkan untuk menjadi pintu kaderisasi kultural dalam rangka memperluas jangkauan mengenalkan Muhammadiyah di masyarakat.
Hal ini, kata dia, mulai dibangun dengan membangun silaturahim dan dialog dengan orang tua siswa. Kemudian hasil silaturrahim inilah yang menjadi bahan need assessment awal bagi pengembangan sekolah.
Silaturahim yang digiatkan sekolah ini merupakan kultur baru. Ini berangkat dari tujuan untuk membangun silaturahim antara pihak sekolah dan orang tua siswa.
Silaturahim ini berupa pertemuan dan pengajian bersama orang tua siswa dan stakeholder sekolah.
Hal ini dilakukan dalam rangka mengetahui keinginan melalui assesmen kepada orang tua oleh sekolah terkait anaknya. Pertemuan dilaksanakan dalam minimal satu hingga tiga kali persemester.
Dari pertemuan inilah, muncul berbagai program unggulan bagi sekolah. Salah satu contoh adalah keinginan orang tua agar anak bisa fokus pada baca tulis Quran serta beberapa ekstrakurikuler lainnya. Demikian pula terkait pengadaan program Tahfidz.
Pada pertemuan yang sama, diupayakan juga penyelenggaraan pengajian sebagai media mengenalkan Muhammadiyah.
Pengajian ini menghadirkan mubalig Muhammadiyah. Termasuk bagi tenaga pendidik dan staf sekolah di sekolah, dilaksanakan pula pengajian yang serupa setiap bulannya.
Tidak hanya itu, hasil dari pengajian bersama orang tua siswa ini juga adalah kesepakatan bersama untuk kesediaan orang tua siswa membayar SPP.
“Sebelumnya, selalu gratis. Alhamdulillah, semua sepakat membayar SPP, ada yang Rp25 ribu, ada yang Rp50 ribu. Ini juga sebagai tindak lanjut kami atas edaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar bahwa tidak boleh lagi ada sekolah Muhammadiyah gratis dalam rangka peningkatan kualitas, walau jumlahnya tergolong kecil,” ungkap dia.
Karena itulah, Ibrahim juga menyampaikan, pihaknya mendamba gedung sekolah yang lebih representatif. Pihaknya akan melakukan renovasi sekolah yang ia pimpin.
Ia berharap para dermawan, terlebih warga Muhammadiyah yang memegang teguh spirit al-Ma’un, ta’awun, dan al-birr untuk membantu pembangunan sekolah ini. Insya Allah menjadi amallan jariyah bagi kita.
Program Tahfidz
Program Tahfidz adalah salah satu program unggulan yang berangkat dari keinginan orang tua siswa. Program ini telah berjalah selama dua bulan sejak berita ini diterbitkan.
Penanggung jawab program adalah Wakasek Ismuba yang dibantu oleh siswa – siswa yang juga sementara sekolah hafidz.
Siswa tahfidz ini kemudian disebut Tutor Teman Sebaya yang menjadi fasilitator sekaligus memberikan pendampingan kepada teman – temannya.
Bagusnya, hal ini juga menumbuhkan semangat dan membangun kebersamaan antar siswa yang mengikuti program tersebut.
Siswa – siswa tahfidz di SMP Muhammadiyah 13 belajar dengan pola murajaah. Setiap siswa diminta menghafalkan 5 ayat persurah tiap harinya.
Mereka senantiasa murajaah di setiap pergantian mata pelajaran. Meskipun program ini masih dikategorikan baru, sekolah menargetkan minimal mampu menuntaskan Juz 29 – 30.
Kondisi Sekolah
SMP Muhammadiyah 13 yang berlokasi di Jalan Kemauan Raya, merupakan tanah bekas tempat perjudian dan sabung ayam.
Sesuai namanya, sekolah ini adalah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah ke-13 yang didirikan di Kota Makassar. Sekolah ini berdiri pada 1985.
Sekolah saat ini berbenah dalam banyak hal, termasuk diantaranya adalah menyiapkan sarana dan prasarana sekolah.
Sekolah saat ini memiliki 7 ruang kelas, 1 ruangan guru serta Kantor Kepsek yang masih berbagi dengan MI Muhammadiyah 8 Makassar.
Selain kelas Tahfidz, ada ekstrakurikuler lain di sekolah ini, yaitu Tapak Suci, Hizbul Wathan, dan Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah yang semakin diintensifkan aktifitas serta pendampingannya.
Tenaga pendidik bersama staf dan bujang sekolah di SMP Muhammadiyah 13 saat ini berjumlah 23 orang.
Sementyara itu, siswa berjumlah 277 siswa yang terdiri atas 7 rombongan belajar dari tiga tingkatan kelas sesuai dengan data Dapodik.
“Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolajh ke depan untuk mampu mempertahankan jumlah siswa di tengah munculnya juga sekolah negeri baru di Kecamatan Makassar,” kata Ibrahim Kepala SMP Muhammadiyah 13 Makassar.
Ia mengungkapkan, lokasi sekolah baru yang menjadi pesaing sekolah yang ia pimpin tersebut yakni SMPN 47 Kecamatan Makassar & SMPN 52 di Kecamatan Panakukang.
“Pada dua kecamatan inilah yang menjadi mayoritas asal domilisi siswa SMP Muhammadiyah 13,” ungkap Ibrahim.
Notabenenya, dahulu, Kecamatan Makassar adalah satu-satunya kecamatan di Kota Makassar yang tidak memiliki sekolah menengah negeri. Sementara itu, mindset masyarakat di Sulawesi selatan, umumnya lebih memilih sekolah negeri.
Tantangan berikut adalah kebijakan pemerintah di beberapa sekolah yang menerapkan Outing Class, yang membuat siswa masuk sekolah dalam dua sesi dalam satu hari.
Karena kebijakan ini, pilihan masyarakat untuk bersekolah di sekolah negeri menjadi lebih luas lagi dengan program tersebut.
Sekolah saat ini berfokus pada implementasi kurikulum merdeka yang menjadi kewajiban setiap sekolah oleh Kementerian Pendidikan.
Dalam prosesnya, sekolah melaksanakan in-house training, yakni pelatihan bagi tenaga pendidik dalam menerapkan kurikulum merdeka.
“Sejauh ini, penerapan kurikulum merdeka telah diterapkan pada kelas VII saja , lengkap dengan buku paket,” ungkap Ibrahim.
Kepala Sekolah Muda
Sejarah SMP Muhammadiyah 13 adalah sejarah anak muda. Pasalnya, pendirian sekolah ini juga diinisiasi oleh semangat anak muda, yakni Nurdin Massi (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Makassar saat ini), Sukri Pasangki, Jamaluddin Laba, dan seorang Ayahanda Pate’Nonci.
Bukanlah hal asing lagi, ketika SMP Muhammadiyah 13 saat ini kembali dipimpin oleh anak muda, yakni Ibrahim.
Ibrahim merupakan salah satu aktivis sosial kepemudaan di Kota Makassar dengan berbagai latar belakang organisasi.
Ibrahim adalah Mantan Ketua Umum Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kota Makassar tahun 2016 – 2018, BKPRMI Cabang Makassar. Ia juga baru saja dilantik sebagai Ketua DPK KNPI Kecamatan Makassar.
Laki-laki kelahiran 1995 ini diamanahi sebagai Kepala SMP Muhammadiyah di usia 27 Tahun, usia yang masih tergolong muda.
Ia mengepalai sekolah yang tenaga pendidiknya adalah senior. Bahkan, tenaga pendidik itu, notabenenya merupakan guru Ibrahim ketika sekolah menengah, saat Ibrahim masih remaja.
Ibrahim memulai mengajar di SMP Muhammadiyah 13 Makassar sejak 2017. Sementara itu, ia bekerja sebagai kepala sekolah sejak Januari 2022.
Menjadi kepala sekolah yang tergolong masih muda, menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya. Salah satunya adalah rasa canggung, ketika dirinya berhadapan dengan guru – guru senior.
Di satu sisi, ia juga harus mampu memosisikan diri dengan baik, tidak hanya sebagai kepala sekolah, namun juga sebagai anak.
Ibrahim menyampaikan bahwa yang cukup berat bagi dirinya adalah ketika harus menyampaikan sesuatu yang sifatnya instruksional kepada guru – guru senior.
“Tidak enak sekali itu memberikan instruksi ke guru-guru yang bahkan seusia dengan ibu saya,” ujar Ibrahim tersenyum kecil.
Prinsip yang ia pegang teguh adalah pintar – pintar bersikap menempatkan diri. “Ketika disekolah sebagai kepala sekolah dan ketika di luar sekolah sebagai ananda,” ungkap Ibrahim.
Lebih lanjut, Ibrahim menyampaikan bahwa sejak awal, sebelum diamanahi sebagai kepala sekolah, ia berharap senantiasa didampingi dan diarahkan oleh kepala sekolah sebelumnya.
“Saya siap diangkat sebagai kepsek, tapi tolong diajari dan dibimbing. Jangan ditinggalkan, bahkan harus siap sebagai konsultan bagi saya,” ucap ibrahim kepada kepala sekolah sebelumnya.
Tantangan berikutnya, Ibrahim adalah lulusan Sastra Arab Universitas Hasanuddin. Hal ini membuat dia asing jika bicara seputar kurikulum dan pola pendidikan. Namun, hal ini tidak memberinya banyak batasan.
Latar belakang sebagai fasilitator dalam berbagai pengaderan dan pelatihan ketika masih aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi modal besar.
Tidak hanya itu, sebagai upaya menunjang tugasnya sebagai kepala sekolah, saat ini ia sedang menempuh Program Magister di UIN Alauddin Makassar Prodi Pendidikan Agama Islam.
(Ikhwan Aulia)