KHITTAH.CO, Musyawarah Wilayah (Musywil) ke 40 Muhammadiyah-‘Aisyiyah Sulawesi Selatan akan dihelat pada, Jumat–Ahad, 3–5 Maret 2023 di Enrekang.
Daerah yang lekat dengan julukan “Bumi Massenrempulu” ini dikenal sebagai area basis Muhammadiyah. Namun, tentu ini tidak begitu saja terjadi.
Lantas, bagaimana sejarah sehingga Muhammadiyah bisa berkembang di daerah ini? Berikut ulasan singkatnya!
Sejarah Muhammadiyah Enrekang sangat lekat dengan sejarah Persyarikatan di Rappang, Sidrap. Ini karena semula, Enrekang merupakan ranting dari Muhammadiyah Cabang Rappang.
Di Enrekang, Muhammadiyah berdiri pada 1933. Tiga tokoh perintis Muhammadiyah Enrekang adalah seorang penghulu Enrekang bernama Ismail Ambo Sakki bersama dua pedagang Haji Ibrahim dan Ibrahim.
Sebagaimana di daerah lain, Muhammadiyah Ranting Enrekang juga memulai kiprah dakwah dan gerakannya dengan mengadakan sejumlah agenda tablig.
Tidak hanya itu, Muhammadiyah Enrekang juga mendirikan amal usaha berupa lembaga pendidikan. Amal usaha pertama yang didirikan adalah sekolah Muallimin.
Sekolah ini mendatangkan guru pembina dari Batusangkar, Sumatera Barat bernama M. Arifin. Dari sinilah, perkembangan pesat Muhammadiyah bermula.
Muhammadiyah Pasui disebutkan sebagai salah satu daerah yang pertama kali menerima Persyarikatan ini.
Selain itu, dua ranting Muhammadiyah yang berhasil didirikan di masa awal, yaitu Buntu Lamba dan Kalosi. Muhammadiyah Buntu Ramba berdiri pada 1934, sementara Kalosi berdiri pada 1935.
Muhammad Thala, dikutip dari Kamaruddin dan Mahsyar Idris mengatakan, Muhammadiyah masuk di Kalosi melalui aktivitas perdagangan.
Kalosi dikenal sebagai daerah lalu lintas para pedagang dari Bugis menuju Tana Toraja. Terlebih, pedagang Bugis yang datang dari Rappang.
Karena itulah, para pedagang yang merupakan anggota Muhammadiyah tersebut mengajak warga Kalosi untuk bergabung ke Persyarikatan.
Berdasarkan artikel yang ditulis Kamaruddin dan Mahsyar Idris, beberapa orang yang tercatat sebagai anggota Muhammadiyah Kalosi di awal berdirinya, antara lain: Manrudda, H. Dara, H. Lanta (Puang
Paita), Sahali, Ambe Dama, Liba (Ambe Suba), M. Darmawi, H. Lajamma, Muhammad Dewa’, H. Madani, Burhanuddin, dan Puang Barahia.
Muhammadiyah Kalosi era awal sangat gencar mengembangkan gerakan Persyarikatan. Ini terbukti dengan pengutusan sejumlah pemuda Kalosi untuk belajar di Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang.
Pemuda Kalosi yang berguru kepada KH Muhammad As’ad di MAI yang berdiri pada 1930, adalah Muhammad Hanafie DAS dan Muhammad Madani.
Tidak hanya itu, ada juga pemuda Kalosi yang diutus belajar di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Rappang, pada 1936. Mereka adalah Bunyamin, Panji, Yusuf, dan Hanafi (tidak tamat).
Hebatnya, sepulang dari belajar, para pemuda ini mendirikan sekolah Muhammadiyah pertama di Kalosi.
Pasui dan Buntu Lamba juga mengutus pemudanya untuk belajar Islam Ke-Muhammadiyahan di Muallimin Muhammadiyah Rappang.
Disebutkan bahwa merekalah yang pulang ke Pasui dan Buntu Lamba untuk mendirikan Muhammadiyah di kedua daerah tersebut.
Perlu diketahui, di kedua daerah ini, Muhammadiyah berdiri tidak karena aktivitas perdagangan.
Muhammadiyah Pasui, Kalosi, dan Buntu Lamba masih menjadi bagian Muhammadiyah Rappang sampai pada 1963.
Bersambung…