KHITTAH.CO, Warga Muhammadiyah dari segala penjuru Sulawesi Selatan akan berkumpul di Enrekang. Ini mirip dengan sejarah penyebaran Persyarikatan di Kalosi, melalui pertemuan para saudagar di jalur lalu lintas perdagangan.
Hanya saja, di masa kini, berkumpulnya warga Muhammadiyah Sulsel di Enrekang dalam rangka Musyawarah Wilayah ke 40 Muhammadiyah-‘Aisyiyah, pada 3–5 Maret 2023 mendatang.
Ulasan sejarah Muhammadiyah Enrekang sebelumnya, menyebut bahwa Persyarikatan ini masuk ke Bumi Massenrempulu, pertama kali pada 1933.
Ada juga sumber lain yang menyebut, bahwa warga Enrekang telah bergabung dengan Persyarikatan sejak 1934.
Waktu itu, baru segelintir orang yang bergabung. Mereka adalah Manrudda dan H. Dara. Keduanya adalah ayah dari tokoh Muhammadiyah Enrekang, Muhammad Madani dan Muhammad Hanafie DAS.
Kedua orang tetua inilah yang mengutus putra-putranya untuk belajar keluar Enrekang, lalu mendirikan Muhammadiyah, sepulang dari belajar. Ini sebagaimana disebutkan pada ulasan sebelumnya.
Selanjutnya, pada 1946, sejumlah tokoh agama dari Pasui, Enrekang menyambangi Pimpinan Muhammadiyah Cabang Rappang untuk meminta izin pendirian Persyarikatan di Pasui.
Saat itu, tokoh Pasui yang berangkat ke Rappang adalah Palangi, Usman (Iekna Lahi), Malang, dan Sialla. Syukurlah, harapan mereka disambut baik oleh Pimpinan Muhammadiyah Cabang Rappang.
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut, Pimpinan Muhammadiyah Cabang Rappang yakni Ketua H Zaini dan BS Baranti bertandang ke Pasui untuk meresmikan pendirian ranting.
Susunan pengurusnya adalah Sialla (Ambe Marahiba) sebagai penasihat, yang merupakan ayah dari Zainuddin Sialla (tokoh Muhammadiyah Sulsel).
Pengurus selanjutnya yaitu Palangi sebagai ketua, Malang (Ambe Lahuseng) sebagai wakil ketua, dan Usman (Iyekna Lahi) sebagai sekretaris.
Muhammad Ali (Ambe Suha) sebagai pembantu 1 bertugas mengembangkan Muhammadiyah ke Buntu Lamba.
Pengurus selanjutnya adalah Sialla yang bertugas mengembangkan Muhammadiyah ke Matarin, dan Ambe Padang, yang mengembangkan Muhammadiyah ke Bonebone dan sekitarnya.
Dikutip dari Kamaruddin dan Mahsyar Idris, Daming Manyampak menuturkan bahwa Ranting Muhammadiyah Enrekang Cabang Rappang Daerah Sulawesi Selatan Tenggara berdiri pada 1957.
Saat itu, tercatat beberapa nama simpatisan Muhammadiyah yang pertama di Enrekang; yaitu: Ambo Sakki, Muhammad Tala, Latonro, dan Lasok (ayah Mannan Tuppu).
Sementara itu, Muhammadiyah Enrekang benar-benar melepaskan diri dari Rappang tertanggal 15 Mei 1963.
Cabang Muhammadiyah Enrekang Daerah Sulawesi Selatan Tenggara saat itu, diketuai oleh H. Arifin Ali. Ia dibantu oleh tiga bersaudara, yaitu H. Sulaiman, M. Bone Kosong, H.M. Yasin, dan Lahida Kosman.
Atas wakaf dari tiga orang bersaudara itulah, Masjid Taqwa Muhammadiyah Enrekang, Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK-ABA), dan Panti Asuhan Ridha Muhammadiyah Enrekang dapat berdiri.
Masjid Taqwa Muhammadiyah Enrekang, hingga kini, menjadi ikon kebanggaan masyarakat Enrekang, bukan hanya oleh warga Persyarikatan.