Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaTokoh

AMM Harus Amanah, Hindari Konflik, dan Giatkan Pola Dakwah Rasul

×

AMM Harus Amanah, Hindari Konflik, dan Giatkan Pola Dakwah Rasul

Share this article
Wakil Ketua PWM Sulsel, Mawardi Pewangi

KHITTAH.CO, Makassar- Ada yang sedikit demi sedikit pudar dari kepribadian angkatan muda Muhammadiyah (AMM), yaitu sikap amanah.

“Saya lihat yang sekarang pudar di angkatan muda, ya itu, amanah. Mereka tidak serius jika diberikan kepercayaan, Ini kelemahan kader kita,” demikian kata Mawardi Pewangi.

Karena itulah, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan ini menekankan, kepercayaan itu harus dijaga sekuat mungkin.

“Jaga kepercayaan. Itulah sehingga saya selama di Muhammadiyah Sulawesi Selatan, saya tidak pernah tidak rangkap. Saya di Sekretaris LP2AIK, waktu itu belum ada Wakil Rektor 4, saya sudah rangkap sebagai wakil kepala sekolah di Gombara, 1992,” ungkap dia.

Mawardi juga pernah menjabat Wakil Dekan 3 di Fakultas Agama Islam (FAI) Unismuh Makassar, saat itu dirinya merangkap jabatan lain.

“Waktu saya Dekan FAI juga saya merangkap Bendahara BPH Unismuh. Sebenarnya kita tidak mau, tapi itu kepercayaan dan itu harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan,” ungkap dia.

Tidak hanya itu, Ia juga menekankan, dalam Muhammadiyah, seharusnya tidak ada kelompok-kelompok konflik.

“Karena di Muhammadiyah ini tidak ada watak dan kepribadian yang tidak dibutuhkan. Karena itu, jangan membenci orang. Ini yang selalu dipesankan KH Djamaluddin Amien,” ujar dia.

“Ada orang yang hanya bisa mengkritik tidak bisa kerja, itu dibutuhkan juga. Ada juga yang bisanya cuma berpikir, mengonsep, jangan suruh dia kerja, karena pasti tidak bisa, tapi itu dibutuhkan juga,” kata Mawardi.

Karena itu pulalah, ia mengimbau, dalam Muhammadiyah, sebaiknya, jangan berambisi. Ia mengutip pesan KH Djabbar Asysyiri, Mantan Ketua PWM Sulsel.

“Sebagai kader, jangan meminta jabatan, kemudian jangan menolak kalau dikasih jabatan, selama kita masih mampu dan tidak ada yang terbengkalai salah satunya dari situ,” kata Mawardi mengutip Kiai Djabbar.

Hal tersebut ia sampaikan saat Khittah menemuinya di Lantai 16 Menara Iqra Kampus Unismuh Makassar, pada Selasa, 31 Januari 2023.

Selanjutnya, ia menekankan, kader itu harus berlapang dada. Kader tidak boleh lari dari jemaah jika pendapatnya tidak diterima.

“Boleh kita berpendapat, tapi kalau pendapat kita tidak diterima, kita ikuti pendapat yang telah disepakati. Intinya, jangan konflik. Boleh berbeda tapi jangan konflik. Jangan membenci orang,”tegas Mawardi.

Hal itu karena ber-Muhammadiyah sesungguhnya adalah beribadah. Hal ini, kata Mawardi, juga merupakan pesan yang selalu ditekankan KH Djamaluddin Amien.

“Beliau pernah itu sampaikan ke saya. Saya ini, alhamdulillah, kata beliau, seluruh doa saya sudah dikabulkan di Muhammadiyah. Kecuali satu, yaitu saya belum dimatikan oleh Allah dalam keadaan mengurusi Muhammadiyah,” ujar dia mengutip pernyataan Kiai Djamal.

Karena itulah, lanjut Mawardi, Allahuyarham KH Djamaluddin Amien mendirikan SMP Unsimuh Makassar, selepas amanahnya sebagai Ketua PWM Sulsel.

“Beliau juga mendirikan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Talasalapang dan menjadi ketua ranting. Harapannya, mudah-mudahan beliau tidak mati dalam keadaan tidak mengurusi Muhammadiyah,”

Ini juga sejalan dengan prinsip S Madjidi bahwa mati dalam mengurusi Muhammadiyah adalah mati dalam ibadah.

Alhamdulillah, mereka semua itu wafat dalam keadaan masih mengurusi Muhammadiyah, dalam keadaan beribadah.

Kedisiplinan dan Strategi Dakwah

Mawardi Pewangi juga menekankan kedisiplinan. Muhammadiyah inilah, menurut dia, organisasi yang paling mengutamakan kedisiplinan.

“Pengaderan kita itu kan seharusnya membuat kita disiplin karena semuanya tertata rapi, organisasi kita juga begitu, tersistem dengan baik, modern,” ujar Mawardi.

Dengan kedisiplinan, ia yakin, seseorang bisa menempatkan dirinya di mana saja. Seseorang yang disiplin tidak akan mudah terombang-ambing, tapi tetap terbuka dengan perubahan dan perbedaan.

Dirinya mengaku bergaul dengan siapa saja. “Dengan pendeta, dengan tokoh-tokoh NU, terkadang kita berdiskusi, biasa saja itu. Yang penting jangan menyalah-nyalahkan orang. Menghargai semua ulama,” kata dia.

Ia mengisahkan, dirinya pernah ke Soni, Toli-Toli untuk berdakwah. “Tokoh masyarakat di sana mengatakan, langkahi dulu mayat saya baru bisa berdakwah Muhammadiyah,” kisah Mawardi.

Namun, selang waktu, karena dakwah disampaikan dengan ramah dan santun, tokoh masyarakat tersebut menerima Muhammadiyah.

“Alhamdulillah, bahkan, setelah kita kembali, justru dia berwakaf tanah untuk Muhammadiyah, memberi wakaf untuk TK ‘Aisyiyah,” ungkap Mawardi sambil tersenyum.

Menurut dia, keterbukaan dan ketabahan juga merupakan sikap yang harus dimiliki oleh kader Muhammadiyah dalam berdakwah.

Di Malaysia, dirinya pernah berdakwah di tengah kondisi orang Sulsel terstigmakan oleh masyarakat setempat. Karena itulah, sebelum dirinya berceramah, dirinya harus ditatar dengan ketat terlebih dahulu oleh otoritas di sana.

“Saya harus pakai baju gamis, pakai tongkat, diantar dengan salawat. Tapi, kita ikuti saja. Jangan kita tolak, wah, ini tidak sunah! Jangan kita begitu! Wah, tidak bisa itu. Dakwah kita tidak bisa jalan kalau kita langsung menolak begitu,” kata dia.

Ia menekankan, pola Rasulullah dalam berdakwah harus selalu diingat dan diaplikasikan. Pertama, ketika baru datang ke suatu komunitas, harus langsung bersilaturahmi dengan pihak setempat.

“Persaudaraan dulu. Jangan singgung hukum dulu. Kemudian, kita menawarkan ide-ide yang bisa diterapkan,” kata dia.

“Waktu di Balikpapan itu, saya sampaikan ide dulu, bagaimana kalau kita training remaja masjid. Gampang bagi kita itu, kita ini kan instruktur IMM. Alhamdulillah, mereka jadi semangat sekali,” ungkap Mawardi.

Setelah itu, melakukan bimbingan. Kata dia, bimbingan itu, jangan pakai kata ‘haram’. Untuk larangan, ganti dengan ‘sebaiknya ditinggalkan’. Kalau perintah, ganti dengan ‘sebaiknya dikerjakan’.

“Jangan, oh, ini wajib, oh ini haram. Jangan. Apalagi bagi orang baru. Nanti kalau sudah mereka ikut, baru kita halal-haram,” kata dia.

Lebih lanjut, ia mengisahkan, dirinya pernah diberikan gelas besar berisi air untuk ia minum saban usai memberikan ceramah.

“Kenapa ini saya selalu diberikan gelas besar. Rupanya, itu keyakinan mereka, sesudah kita minum, kan tidak habis airnya kan? Mereka perebutkan air minum kita,” kisah dia.

Kisah dia, seorang ibu juga pernah meminta supaya mulut anaknya diludahi dengan liur Wakil Ketua PWM Sulsel ini.

“Kita memang tidak boleh katakan itu boleh, tapi, nanti di belakang baru kita jelaskan. Ini sebenarnya hukumnya begini, begini. Jangan langsung kita tolak, karena itu akan mengecewakan. Kalau orang sudah kecewa, jangan harap dakwah bisa masuk kepadanya,” tegas Mawardi.

Mawardi berharap, angkatan muda Muhammadiyah dapat melatih diri lebih giat untuk memperbaiki hal-hal yang kini dianggap mulai pudar dalam diri generasi pelanjut Persyarikatan.

Ia menekankan, selama masih ada kemauan dan hayat masih di kandung badan, perbaikan diri masih selalu memungkinkan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply