Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Hamim Ilyas: Pengalengan Daging Lazismu Sesuai Tradisi Nabi

×

Hamim Ilyas: Pengalengan Daging Lazismu Sesuai Tradisi Nabi

Share this article
Rendangmu, daging rendang Lazismu (sumber foto: Lazismu)

KHITTAH.CO, Yogyakarta – Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Hamim Ilyas menyebut pengalengan daging kurban yang dilakukan Lazismu sebagai representasi tradisi Nabi Muhammad SAW.

Diketahui, Lazismu memiliki produk yang dinamai RendangMu. Itu merupakan daging dengan bumbu rendang yang telah dikemas dalam kaleng.

Hamim Ilyas menyampaikan itu pada Pengajian Umum PP Muhammadiyah yang bertajuk ‘Transformasi Nilai Ibadah Kurban’. Pengajian itu ditayangkan di akun You Tube TV Muh Channel pada hari Jumat, 16 Juni 2023 lalu.

Pada pengajian itu, Hamim menjelaskan tentang Islam sebagai antitesis agama-agama bangsa terdahulu.

Dahulu, ungkap dia, terdapat beberapa kelompok manusia yang menganut agama dengan menjadikan Dewa-Dewa sebagai sesembahan. Pada momen tertentu, mereka menjadikan manusia sebagai objek yang harus dipersembahkan kepada dewa mereka.

Persembahan itu berupa darah dan daging, dimana manusia harus dibunuh agar mereka mendapat keberkahan dari Dewa yang mereka sembah.

Hamim menyebut peristiwa penggantian Ismail dengan seekor domba saat hendak disembelih menyiratkan kasih sayang Allah.

Kasih sayang itu adalah wujud cinta dari Islam sebagai agama Allah untuk manusia. Kasih sayang dalam Islam itu berupa pemotongan tradisi lama yang menjadikan manusia sebagai objek persembahan.

“Tuhan menunjukkan kebaikan kepada manusia, agama yang jahat pada manusia itu simbolnya adalah kurban persembahan kepada tuhan dengan manusia,” tutur Hamim.

Dalam materi yang ia sajikan, Hamim menjelaskan, beberapa bangsa terdahulu adalah penganut agama demoniak. Suatu kepercayaan yang aktivitasnya dipandu oleh setan.

“Misalnya, masyarakat yang mendiami Pantai Laut Tengah, memiliki kepercayaan bahwa Dewa mereka cenderung tidak mengenal kaidah moral dan tidak acuh pada manusia,” kata Hamim.

“Sementara agama Ibrahim itu agama etis, yaitu agama yang mengajarkan bahwa Tuhan itu baik kepada manusia, disimbolkan dengan digantikannya Ismail menjadi seekor domba,” imbuh Hamim.

Hamim menerangkan, Ibrahim melakukan perenungan setelah mendapat perintah untuk mengurbankan anaknya.

Perenungan itu terjadi tepat pada 8 Dzulhijjah. Dua hari setelahnya, Ibrahim dengan ikhlas menjalankan perintah yang telah sampai kepadanya.

“Ibrahim meyakini bahwa menyembelih putranya adalah perintah Allah dan terjadi pada tanggal 10 Dzulhijjah,” papar Hamim.

Hamim kemudian menerangkan ritual ibadah kurban pelaksanaannya tidak hanya pada 10 Dzulhijjah.

“Dalam agama kita, tidak hanya tanggal 10 dilakukan penyembelihan, tapi juga dalam hari-hari Tasyrik. Itu dikarenakan dulu, kebanyakan daging kurban yang diterima oleh masyarakat dikeringkan terlebih dahulu, jadi tidak dimasak sekaligus pada tanggal 10 tapi dikonsumsi sepanjang tahun dengan cara di-tasyrikkan (dijemur),” jelas dia.

Hamim menyebut tradisi itu sebagai spirit Lazismu melakukan hal yang sama dengan metode yang berbeda.

Setiap pelaksanaan kurban, Lazismu menyelenggarakan pengalengan daging kurban di waktu yang sama.

“Sehingga sekarang, ketika Lazismu melaksanakan pengalengan Kurban, dan melakukan pembagian sepanjang tahun, itu sebetulnya sesuai dengan Sunah yang berlaku pada zaman Nabi dulu, dikeringkan, dan dikonsumsi sepanjang tahun,” terang Hamim.

Hamim menyebut pengalengan daging saat kurban adalah program ketahanan pangan Lazismu.

Selain bermanfaat untuk masyarakat, daging kaleng itu biasanya disalurkan saat terjadi bencana.

“Dan itu di Lazismu kan menjadi program ketahanan pangan, manfaatnya amat sangat luar biasa. Ketika Indonesia terjadi bencana, Lazismu siap memberi bantuan kepada korban dengan makanan bergizi, yakni daging yang dikalengkan, manfaatnya sangat jelas,” tutup Hamim.

Reporter: Agus Umar Dani

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply