Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Muhammadiyah

Selamat Milad 114 Tahun Muhammadiyah, Semoga Anggotamu Tidak Lupa Bayar Iuran

×

Selamat Milad 114 Tahun Muhammadiyah, Semoga Anggotamu Tidak Lupa Bayar Iuran

Share this article
Ilustrasi (sumber gambar: muhammadiya.or.id)

KHITTAH.CO- Semoga kita tidak lupa, hari ini, 8 Zulhijah, 114 tahun lalu, Persyarikatan Muhammadiyah dihadirkan untuk berkhidmat bagi peradaban. Alhamdulillah, hingga kini, bakti itu masih terlaksana.

Satu abad lebih, Persyarikatan telah menunjukkan kemajuan. Secara administratif, Muhammadiyah telah memiliki, paling tidak 1,4 juta orang. Angka itu dilihat dari kepemilikan Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah (KTAM).

Namun, ada hal menarik terkait KTAM itu. Belakangan ini, pengurus Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Muhammadiyah Sulsel sedang gencar memperadakan KTAM, sebagai syarat administratif pengurus majelis/lembaga Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel.

Saat salah satu pengurus mengaku KTAM-nya tercecer. Ia juga sudah lupa nomor KTAM itu, sehingga ia meminta Staf Sekretariat PWM Sulsel untuk melacak nomornya agar bisa dicetak kembali. Sontak, Staf Sekretariat itu berseloroh, silakan bayar dahulu iuran anggota, lalu kami lacak nomornya.

Pertanyaannya, adakah di antara kita yang masih rutin membayar iuran anggota Muhammadiyah? Jika iya, sungguh itu hal yang harus disyukuri. Alhamdulillah.

Terkait KTAM, tentu, sebelum memiliki kartu itu, kita mengisi blanko pendaftaran. Jika kita tidak lupa hari lahir Muhammadiyah, mungkin kita lupa bahwa di formulir KTAM itu ada perjanjian yang ditandatangani.

Perjanjian itu adalah kesediaan kita untuk membayar iuran anggota. Jumlah yang harus dibayarkan lebih besar daripada biaya belanja kuota internet. Bayangkan, iuran yang harus kita bayar hanya Rp10 ribu perbulan.

Uang Rp10 ribu itu, jika dibayarkan setiap bulan, tentu akan berdampak besar bagi Persyarikatan. Pasalnya, iuran itu diserahkan kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah. Ada juga jatah ranting di situ. Dengan iuran yang terkumpul, insya Allah, cabang-ranting akan lebih leluasa bergerak.

Aktivis Muhammadiyah sangat paham, cabang dan ranting merupakan fondasi gerakan Persyarikatan. Mulut aktivis Muhammadiyah bahkan berulang kali bersabda terkait pentingnya menggerakkan cabang-ranting. Namun, apakah kita telah memastikan itu dengan membayar iuran anggota Muhammadiyah?

Jika dipandang dari sisi agama, iuran yang tidak terbayarkan itu juga menjadi utang. Bukankah utang wajib dibayar? Lantas bagaimana jika kita wafat dalam keadaan tidak membayar iuran (utang)? Naudzubillah.

Jika benar fikihnya bahwa iuran yang tidak terbayarkan itu adalah utang, maka berdasarkan penjelasan K.H. Abbas Baco Miro, Wakil Ketua PWM Sulsel, orang yang berutang, dalam hal ini, iuran anggota, sebaiknya mendahulukan kewajibannya daripada menjalankan sunah muakkad, yaitu berkurban di Iduladha. Wallahu a’lam.

Beberapa waktu lalu, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan telah meramu pedoman pengelolaan keuangan Muhammadiyah di Sulsel.

Dalam pedoman itu, mengatur besaran-besaran atau persentase alokasi dana iuran anggota yang diterima. Pertanyaannya, apakah iuran itu ada?

Belakangan ini, Ketua PWM Sulsel, Ambo Asse beberapa kali mengingatkan terkait gerakan infak yang menjadi ciri kuat Muhammadiyah di masa awal.

Ia menekankan, di masa kini, gerakan infak itu harus dimasifkan lagi, termasuk iuran-iuran anggota. Ia mengenang sejumlah amal usaha yang berdiri dari pengelolaan iuran dan infak para kader Muhammadiyah.

Kini, bukanlah sesuatu hal mustahil massifnya gerakan infak dan bayar iuran itu. Karakter orang Muhammadiyah memang penolong, dermawan, dan sadar akan kemestian ber-ta’awun, berjihad dengan harta, pikiran, dan tenaga.

Maka, dalam momentum Milad ke 114 hari ini, tidakkah menjadi momentum tepat untuk bersilaturahim dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah kita untuk membayar infak?

Jika jumlahnya menggunung, semoga ada keringinan untuk mencicilnya atau untuk yang berlalu telanjur lama, kita putihan, semacam tax amnesty, lalu kita mulai lembaran tagihan baru.

Tampaknya, saudara-saudara kita yang meninggalkan kita lebih dahulu, sangat membutuhkan tax amnesty itu. Jika benar, bahwa tidak membayar iuran anggota Muhammadiyah juga adalah utang. Wallahu a’lam.

Demikianlah renungan Milad ke 114 Muhamamdiyah ini, Selamat Milad! Semoga selanjutnya, kita lebih giat lagi membayar iuran. Semoga iuran kita dimanfaatkan dengan baik oleh Cabang-Ranting sehingga semakin maju Persyarikatan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply