Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Refleksi HUT ke-78 RI, Irwan Akib Berorasi dan Baca Puisi

×

Refleksi HUT ke-78 RI, Irwan Akib Berorasi dan Baca Puisi

Share this article
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Irwan Akib saat berorasi dan membacakan puisi dalam acara Malam Refleksi Kemerdekaan Indonesia yang dihelat Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Makassar dan Politeknik Muhammadiyah Makassar (sumber foto: SR)

KHITTAH.CO, MAKASSAR- Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Irwan Akib berbicara terkait harapan terwujudnya Indonesia Emas 2045. Ia menekankan bangsa ini harus mewujudkan visi tersebut dan mencegah terjadinya hal yang bertolak belakang, yaitu Indonesia cemas.

“Sekarang Indonesia sudah merdeka 78 tahun, yang artinya, 22 tahun lagi akan memasuki 1 abad kemerdekaan bangsa kita. Mudah-mudahan Indonesia benar-benar bisa menjadi Indonesia Emas, bukan malah Indonesia cemas,” kata dia.

Irwan berorasi bahwa Indonesia Emas bisa tercapai jika tujuan bangsa yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dapat terwujud. Ia menegaskan, nilai-nilai luhur itu harus selalu menjadi pondasi dan orientasi tindakan negeri ini.

Ia mengingatkan ungkapan Soekarno, bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas. “Tapi, sekarang ke mana ujung jembatan emas itu? Jangan sampai, kita sudah lewati jembatan emasnya, tapi yang malah kita dapati adalah besi rongsokan. Kita berharap, ketika kita melewati jembatan emas yang kita dapati ujungnya juga adalah emas. Emas itu tidak akan kita gapai jika cita-cita, tujuan bangsa ini tidak kita upayakan untuk capai,” tegas Irwan.

Menariknya, untuk menguatkan argumennya itu, Irwan membacakan puisi yang ia tulis sendiri. Berikut puisinya:

Indonesia Emas– Indonesia Cemas

Di sana, anak-anak negeri berkreasi dan berekspresi dengan bebas berdasar nilai-nilai Pancasila.

Di sana, negeri menentukan nasib sendiri tanpa tekanan pihak lain.

Indonesia Cemas

Di sana kebebasan berkreasi dan berekspresi anak-anak negeri terbelenggu oleh kuasa

Di sana arah kebijakan negeri ditentukan oleh pihak asing dan para pemodal
Indonesia Emas
Di sana hukum tegak seadil-adilnya
Di sana kemakmuran negeri dan kesejahteraan rakyat hadir

Indonesia Cemas
Di sana Hukum tumpul ke atas tajam ke bawah
Si Miskin semakin miskin dan si kaya semakin rakus menguasai
kekayaan negeri


Indonesia Emas
Disana para elit negeri hidup dalam kebersaahajaan
Disana para pemimpin negeri satu kata dengan perbuatan

Indonesia Cemas
Di sana para elit hidup bergaya hedonis dari kekayaan perut bumi negeri
Di sana, janji-janji elit hanya menjadi bibir pemanis bibir

Irwan Akib menyampaikan orasi pendidikan dan kebudayaan, juga puisinya itu dalam acara Refleksi Kemerdekaan ke 78 Republik Indonesia yang dihelat Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Makassar pada Rabu, 16 Agustus 2023 malam.

Acara itu terselenggara atas kerja sama dengan Politeknik Muhammadiyah Makassar. PoltekMu Makassar menjadi tuan rumah pelaksanaan acara yang diisi dengan pembacaan puisi oleh sejumlah kader Persyarikatan itu.

Setelah membacakan puisi, Irwan Akib kembali berorasi bahwa pendidikan adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai Indonesia emas itu. Ia menekankan pendidikan yang harus diterapkan adalah pendidikan yang berlandaskan pada Pancasila.

“Filosofi pendidikan kita harus berlandaskan Pancasila, jangan yang lain. Ada banyak persoalan dalam dunia pendidikan kita karena kita mengambil semua yang kita studi banding di luar itu, padahal tidak sesuai dengan konteks budaya kita. Itu yang kita tiru mentah-mentah, padahal kita yang sangat beragam ini, berbeda, tidak bisa disamaratakan begitu saja,” kata dia.

Lebih lanjut, Irwan juga mengajak para elite negeri ini untuk meresapi makna perjuangan para pahlawan yang berhasil memerdekakan bangsa ini. Dengan begitu, Ia menekankan, para elite kini juga harus menjadi contoh untuk masyarakat, utamanya generasi masa depan.

“Mereka yang harus jadi contoh bagaimana berbangsa dan bernegara. Saya selalu mengatakan kepada teman-teman politisi, kalau sudah duduk di DPR atau pemerintahan, lepas bendera partai politikmu. Buang baju parpolnya lalu pasang baju negarawan, supaya pikirannya adalah pikiran negarawan, yang memikirkan kepentingan rakyat, kepentingan bangsa,” kata dia.

“Partai itu kita gunakan hanya sebagai alat untuk meraih kekuasaan. Ketika kekuasaan sudah di tangan, kekuasaan itu harus untuk kepentingan bangsa dan negara. Maka dengan begitu, kita hadir sebagai seorang negarawan. Kalau sudah duduk, berhenti jadi politisi, dan beralih jadi negarawan,” tegas dia.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply