KHITTAH.CO, GORONTALO- Haedar Nashir mengungkapkan rasa syukurnya atas kolaborasi yang terjalin oleh seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) sehingga tercapai sejumlah keunggulan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan itu saat meresmikan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO).
Haedar Nashir juga hadir di UMGO, untuk membuka forum Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah pada Selasa, 31 Oktober 2023. Dalam kesempatan itu, ia juga meresmikan gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGO).
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMGO bisa berdiri berkat kolaborasi sejumlah perguruan tinggi. Atas itu, Haedar mensyukuri dan mendorong PTMA utnuk terus mengakselarasi kolaborasi sehingga kemajuan dapat diraih bersama.
“Saya yakin dengan begitu, yang besar-besar tidak berkurang kemajuannya ketika berbagi dengan yang di tengah dan di bawah. Bahkan, saya yakin sebaliknya, yang besar-besar akan semakin besar ketika mau berbagi, berkolaborasi, mendukung yang di bawahnya, karena mendapat berkah dari Allah,” kata dia.
Ia juga meyakini, kiprah Muhammadiyah yang panjang sehingga memasuki usia abad kedua seperti kini, selain karena buah dari ikhtiar, juga disebabkan oleh berkah Allah karena kebaikan-kebaikan, amal bakti Persyarikatan yang tulus.
Karena itulah, Haedar mendorong, ke depan, PTMA harus membuat regulasi yang lebih masif dan sistemik agar kolaborasi tidak lagi bersifat alamiah semata. “Tidak lagi karena relasi atau hubungan tertentu antar pimpinan PTMA, rumah sakit, amal usaha, tapi karena sistem itu sudah within bahwa kolaborasi sudah bergerak dalam sistem,” ungkap dia.
Haedar bahkan mengungkapkan, tidak tertutup kemungkinan, nanti, dalam pengangkatan rektor, PP Muhammadiyah tidak hanya mempertimbangkan capaian prestasi, tapi juga kemampuan adaptasinya atas kolaborasi. “Calon rektor harus punya komitmen yang besar, selain untuk menjalankan kebijakan-kebijakan PP, juga adaptif dan selalu punya ruang bagi yang lain untuk berkolaborasi, mengembangkan kerja sama,” tutur dia.
Ketum PP menekankan, Persyarikatan dan amal usahanya akan semakin besar jika memiliki regulasi sistem konsolidasi, baik manajemen, keuangan, dan agenda-agenda strategis. “Dan memang, kita di Muhammadiyah punya modal itu, kita kuat di situ,” tegas dia.
Sosiolog itu mendorong agar Muhammadiyah terus mengedepankan etos kerja, kegigihan, kemauan untuk berubah, dan sifat pantang menyerah. Dengan itu, Muhammadiyah bisa menjadi sebesar sekarang, yang semula, semuanya berawal dari nol.
“Karena itu, saya sering beri penguatan. Jangan merasa terganggu kalau di luar kita, ada yang tiba-tiba kelihatan besar karena menunggangi ini, menunggangi itu. Apalagi, menunggangi agenda lima tahunan. Mungkin memang dapat banyak, tetapi itu tetap rapuh,” kata Haedar.
Lanjut dia, Muhammadiyah punya kekuatan kemandirian. “Jangan pernah kita menyesal punya kemampuan kemandirian, punya etos kerja sendiri, dan jangan pernah terganggu atau tergoda untuk jadi benalu. Karena itu nanti akan seperti buih, banyak tapi rapuh,” ujar dia.
Meski demikian, Haedar menekankan, kemandirian tidak berarti bersikap eksklusif, melainkan inklusif. Membuka ruang untuk bekerja sama, berkolaborasi, berkomunikasi dengan berbagai pihak, terlebih dalam konteks membangun negara. “Kita mesti bekerja sama dengan pemerintah dari pusat hingga ke bawah, dengan swasta, berbagai lembaga. Karena memang, yang diperlukan adalah mobilitas untuk memperluas jaringan,” tandas dia.