Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Mengenang Yose Rizal Faisal, Sang Aktivis dan Intelektual ‘Pinggiran’

×

Mengenang Yose Rizal Faisal, Sang Aktivis dan Intelektual ‘Pinggiran’

Share this article
Yose Rizal Faisal. (Sumber Foto: HZ)

Oleh: Syarifuddin Jurdi – Dosen UIN Alauddin Makassar

Opini – Pagi hari, 21 September 2024 sekitar pukul 05.30, seorang guru, intelektual dan aktivis gerakan Islam Yose Rizal Faisal mengembuskan nafasnya yang terakhir. Dalam hidupnya, Yose Rizal merupakan aktivis yang istiqamah dan selalu bersemangat dalam setiap momen kegiatan organisasi.

Saya ingin memulai catatan singkat ini dari perkenalan awal saya dengan beliau dan konteks yang mengantarkan kami untuk bersama dalam setiap kegiatan di dunia pergerakan.

Pada Mei 1998 merupakan tahun-tahun yang sangat sibuk bagi para aktivis gerakan sosial dan aktivis mahasiswa, tahun itu sebagai tahun peralihan kekuasaan dari Soeharto ke B.J. Habibie, pemerintahan Orde Baru berakhir, era baru muncul yang ditandai dengan kebebasan sipil dan politik yang dijamin oleh konstitusi. Bukti kebebasan itu, tumbuh dan berkembang bak jamur di musim hujan. Partai-partai politik baru didirikan oleh elite-elite politik untuk merespons perubahan politik, ormas tumbuh, laskar-laskar rakyat berkembang, front-front mekar mewarnai era perubahan politik itu. Banyak aktivis dan intelektual yang mulai tergoda untuk terlibat dalam politik, pengaturan mengenai boleh dan tidaknya PNS berpolitik belum ada, selama masa Orde Baru PNS secara tidak langsung berafiliasi dengan Golkar, kekuatan politik pendukung utama rezim. Kondisi itu, masih berlangsung pada masa awal reformasi, pembentukan partai politik level daerah diinisiasi oleh sejumlah akademisi dan aktivis yang memiliki orientasi politik yang sama.

Sebagian intelektual yang juga aktivis mengambil peran terlibat dalam politik meski berstatus sebagai PNS, Yose Rizal Faisal tetap berkomitmen pada program penguatan masyarakat sipil dan pemberdayaan umat. Pak Yos biasa disapa, tetap memilih terlibat dalam kegiatan sosial keagamaan daripada terlibat dalam pembentukan partai politik, meskipun sebagian kawannya memilih untuk “mencoba” berpolitik. Pada situasi perubahan politik itulah pertama kali saya secara intens berkomunikasi dengan Pak Yos, belajar berbagai hal mengenai organisasi. Sebagai aktivis senior yang cukup berpengaruh, Pak Yos memiliki peran strategis dalam kepengurusan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah, kala itu beliau menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi.

Intensitas komunikasi saya dengan Pak Yos meningkat, ketika sama-sama terlibat sebagai pemantau pemilu 1999, kebetulan AMM Sulsel membentuk semacam organisasi sukarela untuk melakukan pemantauan terhadap tahapan proses pemilu 1999, pemilu pertama pasca Orde Baru yang sangat penting bagi eksistensi demokrasi Indonesia. Pemilu yang akan menyeleksi partai politik yang berjumlah 48 mengikuti pemilu 1999. Pada masa itu, antara pemain, penyelenggara dan pemantau relatif sukar dibedakan secara jelas, banyak yang mengambil peran ganda, misalnya sebagai pemain sekaligus pemantau, ada pemain juga penyelenggara, karena keanggotaan PPD (Panitia Pemilihan Daerah) kala itu berasal dari partai politik, sebagaimana keanggotaan KPU yang terdiri dari wakil pemerintah dan wakil-wakil partai politik. Organisasi pemantau kala itu banyak, ada forum rektor, ada Jaringan Pendidikan Politik untuk Rakyat (JPPR) hingga kini masih eksis sebagai pemantau, ada Anfrel dan berbagai wadah lainnya. 

Semangat warga terlibat secara sukarela dalam memantau pemilu sangat tinggi, implikasi dari keterlibatan itu menghasilkan konfigurasi politik yang jauh lebih baik dan akuntabilitas hasilnya pun tinggi dengan tingkat partisipasi sadar warga yang tinggi, partisipasi tanpa mobilisasi, partisipasi tanpa pemberian uang, barang atau apapun.

Pasca pesta demokrasi pemilu 1999, kami jarang kontak, karena saya hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi dan akhirnya berdomisili di Yogya. Pasca Muktamar Muhammadiyah tahun 2010, PP membentuk satu lembaga baru untuk menangani secara serius mengenai cabang dan ranting, maka terbentuklah LPCR pasca Muktamar Yogyakarta sebagai lembaga baru dengan visi untuk mendorong cabang dan ranting dapat bergerak bersama, bukan hanya sekedar nama dan simbol. Saya mendapat amanah sebagai Sekretaris LPCR PP dan Pak Yos, memperoleh amanah sebagai ketua LPCR PWM Sulsel, kami kembali intens berkomunikasi dan membicarakan banyak agenda penguatan cabang dan ranting. Sebab, kala itu, sebagian besar Cabang dan Ranting Muhammadiyah hanya tinggal nama saja.

Intensitas komunikasi kami semakin tinggi ketika awal Tahun 2012, saya resmi mutasi kerja dari UIN Suka ke UINAM, praktis perjumpaan dengan beliau semakin sering dan membicarakan banyak hal berkaitan dengan kegiatan organisasi. Posisi saya di LPCR bergeser menjadi Wakil Ketua, yang akhirnya tidak terlalu banyak kegiatan LPCR PP yang dapat saya ikuti secara langsung pasca hijrah ke Makassar, Pak Yos tetap menggerakkan LPCR PWM hingga akhir periode. Pada periode inilah mulai dilakukan pemetaan terhadap kondisi cabang dan ranting Muhammadiyah, semula dimulai dari pemetaan di Kota Makassar, hasilnya mengonfirmasi bahwa cabang dan ranting lebih banyak yang tidak aktif daripada yang aktif, untuk kategori hijau jumlahnya terbatas artinya cabang dan ranting itu normal, memiliki kegiatan rutin, pengurusnya aktif, musyawarah rutin dilaksanakan, dan lain-lain. Sementara untuk kategori kuning dan merah sangat tinggi.

Rintisan periode Pak Yos ini menjadi dasar pengembangan cabang dan ranting periode berikutnya. Pak Yos memulai program dengan konsolidasi dan koordinasi intensif dalam rangka menggerakkan cabang dan ranting, ada satu prinsip bahwa kalau cabang dan ranting bisa eksis dan menjadi sumber penggerak organisasi terdepan, maka Muhammadiyah memiliki modal sosial yang sangat penting bagi penguatan masyarakat Islam.

Pasca Musywil 2015, saya dan Pak Yos sama-sama terlibat dalam satu Majelis yakni MPK PWM Sulsel, majelis yang paling sibuk mengurusi kegiatan pengkaderan dan penguatan komitmen berorganisasi bagi para kader. Pernah sama-sama bertugas mengelola BA di kampus Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR), sama-sama mengikuti kegiatan tingkat nasional dan lain sebagainya. Dalam kebersamaan itu, terdapat satu komitmen beliau bahwa amanah menjalankan tugas organisasi harus ditunaikan dengan baik, karena prinsip itu, Pak Yos tidak meninggalkan setiap forum dalam pertemuan organisasi.

Dalam merespons persoalan keumatan dan kebangsaan, Pak Yos selalu bersifat kritis, penguasaan terhadap ideologi bangsa, geo politik dan nilai-nilai luhur bangsa serta politik belah bambu yang dilakukan oleh para agitator dan dan propagandis menghasilkan suatu analisis yang mendalam mengenai kondisi bangsa.

Suatu kali kami terlibat dalam suatu diskusi kecil mengenai kondisi politik bangsa, Pak Yos menyebut bahwa bangsa kita ini sedang menghadapi situasi sulit akibat kepemimpinan yang tidak pro kepentingan publik. Kegelisahan mengenai kondisi bangsa diungkapkan Pak Yos dalam berbagai forum dan ruang dialog. Pemahaman akan sejarah bangsa dan tentu saja ideologi dan keyakinan Muhammadiyah yang telah membentuknya menjadi faktor kunci yang mengantarkan beliau menjadi pribadi yang sederhana dan penuh dengan dedikasi.

Pak Yos bukanlah pemikir populis atau intelektual yang menyebarkan ide dan gagasannya ke ruang-ruang publik melalui media massa ataupun forum-forum ilmiah yang berskala luas, tetapi beliau hadir dalam ruang-ruang terbatas, melalui pengkaderan, forum-forum dialog terbatas. Meski begitu, gagasannya sangat menginspirasi dan mendorong kaum muda terlibat aktif mengambil peran dalam arus perubahan bangsa.

Pak Yos dapat disebut sebagai intelektual “pinggiran” yang menyebarkan ide dan gagasannya bukan pada ruang-ruang intelektual yang berskala besar, melainkan melalui ruang yang terbatas, tetapi gagasannya itu menggerakkan dan menghidupkan.

Selamat jalan Pak Yos, warisan intelektualmu, keteladananmu, dan dedikasimu akan selalu menjadi inspirasi bagi generasi muda. Insyaallah engkau akan memperoleh tempat terbaik disisiNya, aamiin.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply