Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaMuhammadiyah

Abbas Baco: Karena Tak Terikat Mazhab, Muhammadiyah Menguatkan Manhaj Tarjih

×

Abbas Baco: Karena Tak Terikat Mazhab, Muhammadiyah Menguatkan Manhaj Tarjih

Share this article
Wakil Ketua PWM Sulsel, Abbas Baco Miro dan tim sosialisasi Manhaj Tarjih Muhammadiyah di Bantaeng. (Sumber Foto: AUD)

KHITTAH.CO, BANTAENG – Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sulawesi Selatan (Sulsel) Abbas Baco Miro meminta warga Persyarikatan untuk memperkuat pemahaman tarjih. Pasalnya, beberapa waktu lalu, ada seliweran informasi di grup WhatsApp (WA) menyebut kelompok yang tidak bermazhab adalah sesat.

Abbas menyampaikan itu saat mensosialisasikan Manhaj Tarjih Muhammadiyah di Baitul Arqam Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantaeng di Masjid Nurul Marhamah Muhammadiyah Dongkokang, Kecamatan Eremmerasa, Ahad, 29 September 2024.

“Ada postingan di grup WA menyebut kelompok yang tersesat adalah mereka yang tidak mengikatkan diri kepada mazhab. Tulisan itu bahkan menyinggung kalau kelompok yang tidak mengikatkan diri kepada mazhab itu mengaku ormas Islam,” tutur Abbas.

Menurut dia, pesan itu memang ditujukan untuk menyindir Muhammadiyah. Meski begitu, sindiran itu hanya perlu direspons dengan mensosialisasikan manhaj tarjih kepada warga Persyarikatan secara keseluruhan.

“Nah mereka juga menyebut kalau yang tidak bermazhab itu hanya mentarjih, atau memilih-milih mana yang paling kuat. Padahal tarjih memang memilih dalil yang paling kuat, tapi orang yang menulis pesan berantai itu menyederhanakan definisi tarjih ala Muhammadiyah,” kata Abbas disambut senyum peserta Baitul Arqam.

Padahal, kata dia, Muhammadiyah menggunakan metode tarjih tidak sekadar memilih yang paling kuat, tapi juga dengan basis argumentasi yang tepat.

Di sisi lain, manhaj tarjih Muhammadiyah menggunakan cara berpikir masa kini dan masa depan atau lebih dikenal dengan tajdid. Sehingga, Muhammadiyah tidak pernah mempersoalkan amalan individu atau kelompok yang tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad dan sahabat.

“Muhammadiyah membedakan amalan ibadah, sosial, dan budaya. Sehingga tidak menggampangkan persoalan, sekaligus tidak mempersulit. Semua bergantung konteks dan tujuan,” tutur dia.

“Sebagai contoh, soal takziah, barazanji, maulid dan urusan lainnya. Bagi Muhammadiyah, amalan ini masuk kategori sosial dan budaya. Sehingga tak perlu dipersoalkan pelaksanaannya. Apalagi jika maulid itu isinya adalah ceramah rohani,” imbuh Abbas.

Artinya, kata Abbas, sebelum masuk tahap memilah dalil yang paling kuat, Muhammadiyah terlebih dahulu melakukan manhaj. Abbas menyebut manhaj memuat empat unsur penting yang harus diketahui publik secara khusus bagi warga Persyarikatan.

“Manhaj tarjih ada pokok-pokoknya, yakni Wawasan atau Orientasi, Sumber Ajaran, Pendekatan dan Metode Ijtihad atau Prosedur Teknis,” kata dia.

Respons Peserta Baitul Arqam

Salah satu peserta sosialisasi manhaj tarjih yang juga Wakil Ketua PDM Bantaeng, Kaharuddin mempertanyakan cara mudah memahami materi itu. Sebab, menurutnya, beberapa peserta kesulitan memahami penjelasan manhaj tarjih jika dipaparkan hanya satu atau dua jam.

“Sepertinya materi ini khusus untuk kandidat doktoral, bisa kah itu ustadz penjelasanta disederhanakan?. Maksud saya, paparannya menarik, tapi yang paham hanya sedikit,” tanya Kaharuddin.

Abbas berseloroh jika materi yang baru saja ia paparkan sudah menggunakan penjelasan yang mudah. Namun ia tak menampik jika belajar manhaj tarjih seharusnya berjenjang.

“Penjelasan ini sudah yang paling mudah, namun belajar manhaj tarjih memang ada kelasnya. Hari ini, kita bahas manhaj tarjih dari a sampai z hanya dalam satu jam. Tapi saya kira ini memang pengantar karena waktu membatasi pertemuan kita,” respons Abbas.

Karena itu, Abbas menyampaikan bahwa kelas belajar manhaj tarjih telah disediakan secara khusus. Setelah sosialisasi manhaj tarjih terlaksana di semua PDM se-Sulawesi Selatan, Abbas bakal menggiatkan pembelajaran intens itu.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply