KHITTAH.CO, MAKASSAR – Dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-112 tahun, Ikatan Mahasiswa Tarjih Muhammadiyah (IMTM) PUT Unismuh Makassar melaksanakan Dialog Kemuhammadiyahan di Pelataran Asrama Pesantren Mahasiswa KH Djamaluddin Amien (Pesmadina), Ahad, 1 Desember 2024.
Dialog itu mengangkat tema tentang Peluang dan Tantangan Dakwah Muhammadiyah. Salah satu pokok pokok pembahasannya adalah pendekatan yang tepat dalam mendakwahi generasi Z (generasi yang lahir antara tahun 1997-2012).
Sebelum dialog, Sekretaris PUT Unismuh Makassar, Dahlan Lama Bawa membuka acara itu. Dahlan yang juga Wakil Ketua PWM Sulsel, mengapresiasi kegiatan IMTM. Menurut dia, dialog itu adalah modal transformasi dakwah IMTM yang sesuai dengan kebutuhan zaman.
“Jika di awal berdirinya Muhammadiyah menghadapi tantangan seperti takhayul, bid’ah dan khurafat, maka di abad kedua ini, Muhammadiyah sedang menghadapi tantangan Dakwah berupa paham Radikalisme dan paham ikutannya. Itulah sebabnya Negara Hadir dengan Konsep Moderasi Beragama dan Muhammadiyah hadir dengan konsep Darul Ahdi wa Syahadah, sehingga masyarakat Indonesia khususnya Mahasiswa PUT tidak ekstrim kiri dan tidak ekstrim kanan, akan tetapi tetapi berada pada barisan wasyathiyah (tengahan),” ujar Dahlan.
Setelah Dahlan membuka acara, kegiatan dilanjutkan dengan dialog interaktif. Dialog itu menghadirkan tiga ‘Kiai Muda’ jebolan PUT Unismuh Makassar, yakni Syamsul Hidayat, Herlin dan Andi Ilham Patangai.
Pendekatan Dakwah Islam untuk Gen-Z
Syamsul Hidayat memaparkan sejumlah metode dakwah yang bisa digunakan oleh IMTM dalam melakukan dakwah untuk Gen-Z. Salah satunya adalah pemanfaatan sosial media (YouTube, Instagram, Facebook, TikTok, dll) sebagai sarana dakwah.
Caranya, kata Syamsul, para dai PUT Unismuh Makassar bisa membagikan postingan berupa video Islami. Catatannya, video atau konten itu durasinya tidak lama. Hal pentingnya adalah, isi konten adalah hal baru, inspiratif dan gampang dicerna.
Kedua, dakwah yang mengedepankan dialog dan membuka pikiran. Menurut dia, Gen-Z yang punya sejumput pertanyaan, mesti dilayani dengan pendekatan dialogis, yang berarti tidak menggurui.
Termasuk, pertanyaan mereka harus dijawab berdasarkan ilmu pengetahuan dan hikmah agama.
“Menggunakan pendekatan rasional dan ilmiah dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan agama, misalnya hubungan antara agama dan sains,” tulis Syamsul pada materi yang ia paparkan kepada peserta.
Ketiga, pendekatan yang adaptif dan relevan. Artinya, IMTM mesti jeli melihat kondisi. Sehingga, Islam menjadi solusi bagi permasalahan saat ini.
“Misalnya, bicara tentang lingkungan, keadilan sosial, atau hak asasi manusia menggunakan perspektif Islam,” kata dia.
Selanjutnya, IMTM mesti mengedepankan kebebasan berpendapat dan menghormati perbedaan. Dengan begitu, IMTM telah menunjukkan Islam dengan wajah ramah, toleran dan mengajak kepada perdamaian.
Keempat, memberikan teladan melalui praktik kehidupan sehari-hari. Menurut Syamsul, selain berdiskusi, IMTM harus menjadi role model dalam hal-hal baik. “Menunjukkan aplikasi ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bekerja, berinteraksi, dan menjaga moral,” tutur Syamsul.
Acara itu berlangsung meriah, hadir seluruh Mahasantri PUT Putra dan Putri. (Rls)