Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Agar Kuat Mengurusi Muhammadiyah, Salat Lail Tak Boleh Putus

×

Agar Kuat Mengurusi Muhammadiyah, Salat Lail Tak Boleh Putus

Share this article
Ketua PDM Gowa, Ardan Ilyas menyampaikan pidato milad Muhammadiyah ke-112 di Masjid Agung Syekh Yusuf Gowa. (Ist.)

KHITTAH.CO, GOWA – Abdullah Said adalah sosok sepuh Muhammadiyah di Sulawesi Selatan (Sulsel) yang dikenal dengan kegigihannya dalam mendakwahkan Islam. Mental Amar Makruf dan Nahi Munkarnya sangatlah kuat.

Pada tahun 1972, ia mengganyang salah satu tempat perjudian di Kota Makassar, yang mengakibatkan dirinya diusir oleh aparat penegak hukum.

Kisah itu diceritakan oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gowa, Ardan Ilyas saat menyampaikan pidato Milad Muhammadiyah ke-112 tingkat Gowa, di Masjid Agung Syekh Yusuf Gowa, Ahad, 12 Januari 2025.

“Muhammadiyah bertahan karena memiliki indikator yang kita kenal dengan spiritual. Saya masih ingat almarhum guru kita yang diusir dari Makassar karena mengganyang Lotto (lotre) pada tahun 1972, lalu meninggalkan Makassar menuju Kalimantan dan mengubah nama, lalu membangun pesantren besar di Kalimantan,” kisah Ardan.

Salah satu pesan penting Abdullah Said yang masih terngiang-ngiang di kepala Ardan ialah mengurus dakwah di Muhammadiyah harus dilandasi dengan pondasi yang kuat, salah satunya adalah salat lail yang berkesinambungan.

“Anjuran beliau, kalau orang mengurus dakwah, tidak boleh meninggalkan salat tahajud, salat lail. Karena itu adalah spiritual yang menguatkan kepribadian kita. Tak main-main, saat Abdullah Said masih hidup, beliau menganjurkan kita salat lail dari pukul 24.00 hingga masuk waktu subuh,” ujar dia.

Alasan lain yang membuat Muhammadiyah tetap eksis hingga kini, khususnya di Gowa, warga Persyarikatan tak gampang menyampaikan tudingan miring terhadap sesama muslim.

“Tidak langsung menunjuk kafir, musyrik dan bid’ah. Tapi harus melalui kajian dan metode tertentu, khusus. Muhammadiyah memiliki manhaj tarjih, sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai hamba Allah,” tutur Ardan.

Disamping itu, klaim organisasi moderat oleh Muhammadiyah tak sekadar omongan belaka. Pembagian jenis ibadah oleh Muhammadiyah menunjukkan keluwesan bagi manusia dalam menjalani hidup sehari-hari.

“Muhammadiyah membagi ibadah menjadi dua bagian, pertama ibadah khusus, yaitu ibadah yang telah ditentukan oleh Allah soal ukuran dan waktunya, tidak bisa diprotes. Kedua, ibadah umum, itu yang kita jadikan paham sampai sekarang,” kata Ardan.

“Di masa nabi, dikenal pengobatan yang namanya bekam, yaitu mengeluarkan darah kotor dari tubuh agar menyehatkan badan. Tapi sekarang ini ada yang namanya donor darah, yaitu mengeluarkan dara segar untuk diberikan kepada saudara kita yang membutuhkan. Itu ibadah ammah, tidak ada perintah dan larangannya, tapi karena mengandung unsur manfaat, maka kita laksanakan. Jadi tidak semua hal baru itu bid’ah, bahkan donor darah itu termasuk ibadah, satu tetes darah bisa menyelamatkan orang,” imbuh dia.

Soal identitas warga Persyarikatan, Ardan menegaskan Muhammadiyah tak pernah meminta kadernya agar menampakkan ciri yang sama, termasuk dalam hal berpakaian.

“Tidak ada instruksi kepada kader untuk memiliki ciri tertentu, misal harus pakai pirang, atau harus berjenggot, atau ingin menggunakan sorban, bebas, yang penting menggunakan pakaian yang menutup aurat,” tandas Ardan.

Diketahui, Resepsi Milad Muhammadiyah Gowa mengusung tema ‘Menghadirkan Kemakmuran Untuk Gowa. Tema itu adalah turunan dari tema Milad Muhammadiyah ke-112 tahun, yaitu ‘Menghadirkan Kemakmuran Untuk Semua’.

Selain itu, sebagai wujud komitmen Muhammadiyah untuk berkontribusi di segala aspek kehidupan, termasuk kesehatan, panitia menyiapkan satu stan khusus donor darah. Sejumlah warga Muhammadiyah tampak sumringah saat mendonorkan darah mereka.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply