Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Mengintip Prasangka Baik

×

Mengintip Prasangka Baik

Share this article

Oleh: Budi Winarto*

KHITTAH. CO – Suatu hari ketika kami jalan-jalan bersama keluarga, ada obrolan sederhana namun sarat makna. Obrolan itu diawali dari beberapa kali kami melihat fenomena nyata. Mulai dari seseorang yang ada dalam kondisi kurang beruntung, merasakan kesedihan, banyak teman dan kolega yang sedianya menemani, tetapi suasana hati tetap sama.

Qodarullah, tatkala ada seseorang lainnya mendekati, ngobrol-ngobrol sebentar dan berlalulah kesedihan orang tersebut. Ada pula pedagang, tukang potong rambut, bengkel, pada waktu mereka sepi kemudian ada satu pembeli atau pelanggan, selanjutnya pelanggan lain berdatangan mengantri.

Fenomena-feomena seperti itu mungkin pernah juga Anda temui. Lantas apa yang menyebabkan semua terjadi? Apakah itu kebetulan? Atau memang ada energi yang membawa keberuntungan?

Meskipun tidak ada satu teori yang bisa menjelaskan semua kasus di atas, namun setidaknya ada beberapa teori sebagai pemantik penjelasannya. Teori-teori tersebut seperti teori efek domino, teori energi positif, teori psikologi sosial, bahkan teori kebetulan.

Teori efek domino adalah fenomena di mana satu peristiwa kecil dapat memicu serangkaian peristiwa lainnya. Dalam kasus ini, kedatangan satu pelanggan dapat memicu kedatangan pelanggan lainnya, sehingga menciptakan efek domino yang positif.

Kedua bisa juga dengan pendekatan teori energi positif. Energi porsitif dapat memainkan peran dalam fenomena itu. Ketika ada orang bersedih misalnya, kemudian ada seseorang yang memiliki energi positif datang, maka energinya akan bisa memengaruhi orang lain merasa lebih tenang dan nyaman. Usaha yang sepi pun, satu konsumen yang memiliki energi positif akan dapat memengaruhi orang lain untuk datang dan meramaikan dagangan atau usahanya.

Hal itu disebabkan oleh faktor suasana hati dan interaksi sosial. Faktor suasana hati yang positif dapat memengaruhi orang lain lebih nyaman. Sedangkan interaksi sosial yang positif juga bisa meningkatkan energi positif dan membuat orang lain ingin datang dan bergabung.

Teori berikutnya adalah teori psikologi sosial. Psikologi sosial dapat menjelaskan fenomena ini melalui beberapa konsep seperti: Pengaruh sosial yang dapat memengaruhi perilaku orang lain. Ketika ada satu pelanggan datang, mereka dapat memengaruhi orang lain untuk datang juga. Ada pula konsep psikologi sosial yang lain seperti konformitas, yaitu sebuah kecenderungan seseorang untuk mengikuti perilaku orang lain. Ketika satu pelanggan datang, orang lain bisa merasa lebih nyaman untuk datang juga.

Dan yang tearakhir adalah teori kebetulan. Sesuatu yang kebetulan itu juga bisa memainkan peran dalam fenomena ini. Kadang-kadang, kedatangan satu pelanggan bisa menjadi kebetulan yang beruntung, dan tidak ada hubungan langsung dengan energi positif atau pengaruh sosial.

Tetapi yang jelas, begitu sempurnanya Allah dalam mengatur sirkulai fenomena terhadap hambanya. Melalui jalan dan cara apa pun terasa semua sangat sempurna. Mengalir lembut bahkan tidak terasa bahwa Dia-lah yang menggerakkan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Meskipun beberapa teori hanya sebagai pelantarnya saja.

Ada pun kita selaku hamba wajib untuk selalu berprasangka baik atas apa pun yang diberikan Tuhan kepada kita. Baik sesuatu itu sesuai harapan atau tidak. Karena apa pun yang Allah takdirkan itu adalah pelengkap kesempurnaan hidup kita. Ada kalanya Allah memberikan sesuatu sesuai apa yang menjadi keinginan kita. Dan, adakalanya sesuatu yang diberikan Allah itu bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan. Namun, ketika kita memiliki prasangka baik, kita akan mendapatkan ujung maksud yang sudah digariskan.

Prasangka baik seorang hamba tentu akan menentukan bagaimana Dia berkehendak. Karena prasangka itulah yang nantinya menuntun setiap apa yang tidak disangka menjadi nyata.

Saya teringat saat mengikuti diskusi. Ada salah satu pemantik yang menyampaikan bahwa malaikat Jibril pernah memberikan wejangan kepada Nabi Muhammad. “Kamu boleh berbuat apa saja yang kamu mau, tapi ingatlah suatu hari nanti kamu akan menghadapi kematian. Kamu juga boleh berbuat apa saja sekehendak kamu, namun ingatlah perbuatanmu nanti akan dimintai pertanggungjawaban. Dan kamu boleh mencintai sesuatu semaumu, tetapi ingat suatu saat kamu akan ditinggalkan atau meninggalkannya. Dan kalau kamu ingin mulia, kurangi ketergantungan kepada manusia.”

Wejangan ini tentu bisa menjadi pembelajaran dan perenungan bagi kita. Minimal, ketika wejangan itu juga menancap dalam hati dan tindakan kita, maka kita akan selalu berhati-hati dalam menjalani hidup karena adanya batasan. Adapun selain batasan-batasan itu alangkah lebih sempurnanya ketika kita juga memiliki prasangka baik. Fungsi dari prasangka baik adalah untuk menyeimbangkan apapun yang kita kerjakan, tidak lebih dan tidak kurang. Dan, puncak dari prasangka baik itu adalah totalitas ketergantungan dan pengabdian kita kepada Allah tanpa syarat (baca: taat).

Karena barang siapa yang bergantung pada hartanya, maka dia akan kekurangan. Barang siapa yang bergantung pada kekuasaannya, maka dia menjadi hina. Barang siapa yang bergantung pada akalnya, maka dia akan kebingungan. Barang siapa yang bergantung pada ilmunya, maka dia akan tersesat. Barang siapa yang bergantung pada manusia, maka dia akan bosan. Dan barang siapa yang bergantung pada Allah, maka dia tidak akan kekurangan, tidak akan hina, tidak akan kebingungan, tidak akan tersesat dan tidak akan bosan. Demikian Syaikh Abdul Hamid Kisyk berkata.

Oleh karenanya mari kita berprasangka baik pada harta kita. Mari kita berprasangka baik pada kekuasaan yang kita miliki. Mari kita berprasangka baik atas akal dan ilmu kita. Mari kita berprasangka baik kepada sesama manusia. Sehingga, semua prasangka baik itulah yang nantinya akan menjadi batasan atas apa pun yang melekat pada diri kita dengan panduan ajaran agama. Dan, panduan ajaran agama sebagai pembatasnya, akan menjadikan prasangka Allah rida kepada hamba-Nya, sehingga kita pun akan diselamatkan oleh nafsu dunia yang menyesatkan.

Wallahu a’lam bishawab

*Penulis kelahiran Malang yang sekarang tinggal di Mojokerto-Jawa Timur

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply