Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Dunia Membutuhkan Perempuan yang Memancarkan Cahaya Harapan

×

Dunia Membutuhkan Perempuan yang Memancarkan Cahaya Harapan

Share this article

Oleh: Juwandariah Jubir (Kader IMM)

KHITTAH. CO – Hari Kartini diperingati setiap tanggal 21 April, disambut meriah di seluruh penjuru nusantara. Momen sakral yang menjadi napak tilas perjuangan sosok perempuan hebat yang berani bermimpi melampaui batas zaman untuk melawan ketidakadilan dan penindasan yang dialami perempuan. Di tengah kungkungan budaya patriarki, Kartini hadir sebagai suara yang menggugat. Melalui pena, ia membuka mata dunia terhadap realitas yang dialami perempuan pribumi: terkungkung, dibatasi, dan dibungkam.

Di tengah perkembangan zaman, deras arus tantangan pun juga mengalir menghampiri, terutama bagi perempuan. Saat ini jika membahas tentang perjuangan, tantangannya bukan lagi tentang hak untuk belajar atau tuntuan tentang kesetaraan, ataukah hak untuk diberi tempat dalam tiap ruang-ruang publik. Bagaimana perempuan hari ini bisa menolak dikotomi lama, membangun jati dirinya, dan hadir sebagai sosok yang utuh apa pun bentuk pilihannya.

Pertanyaannya adalah apakah masih ada darah juang kartini yang melekat dalam tubuh setiap permpuan hari ini? Jika Kartini kemarin adalah ia yang memperjuangkan hak dan mencari ruang untuk didengarkan. Lantas mengapa Kartini hari ini, yang telah mendapatkan ruang dan kesempatan tidak mengambil peran?

Perempuan sejatinya, perlu mengambil ruang. Bukan hanya ruang secara fisik, tetapi juga ruang dalam pikiran, ruang dalam percakapan, ruang dalam keputusan, dan ruang dalan peran sosial yang strategis. Tumbuh dan berkarya untuk berdampak, bukan hanya untuk dirinya, tetapi untuk lingkungan di sekitarnya.

Berkarya bukan semata untuk dikenal, tapi untuk memberi dampak yang nyata. Menjadi suara bagi yang bisu, menjadi tangan bagi yang tak mampu menjangkau, dan menjadi cahaya bagi yang masih tertutup oleh gelapnya keterbatasan. Perempuan tidak harus menunggu untuk dipanggil, perempuan harus menciptakan panggungnya sendiri. Menjadi pendobrak batas-batas yang masih tersisa, baik dalam bentuk budaya, stigma sosial, atau bahkan ketakutan dalam diri.

Perempuan adalah kekuatan yang hidup, ia bisa melahirkan kehidupan, memelihara harapan, dan membangun peradaban. Maka, biarkan ia bertumbuh di tanah yang dulu tandus, mekar di ruang yang dulu gelap, berdiri di panggung yang dulu tak disediakan untuknya. Ruangnya akan utuh menjadi tempat bertaburnya warna keadilan, kemanusian, dan cinta.

Hari Kartini bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi tentang membangun masa depan. Tentang bagaimana semangat juang itu diwariskan, dihidupkan, dan diwujudkan dalam tindakan nyata. Bukan untuk menjadi sempurna, tapi untuk terus belajar, bertumbuh, dan memberi makna. Sebab, semangat Kartini tidak akan pernah habis dimakan zaman-ia hidup di setiap langka perempuan yang memilih untuk tidak diam. Dunia butuh lebih banyak perempuan yang tidak hanya hadir, tapi juga menghidupkan harapan.

Menariknya, berdasarkan data BPS partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, yaitu mencapai 55,33%. Ini adalah sinyal positif bahwa perempuan semakin berani mengambil peran aktif dalam dunia kerja dan pembangunan nasional. . Namun, angka ini juga menjadi pengingat bahwa masih ada 44% perempuan usia produktif yang belum terlibat dalam sektor formal. Selain itu, menurut survei yang dilakukan oleh World Economic Forum tahun 2024, Indonesia masih berada di peringkat ke-87 dari 146 negara dalam indeks kesenjangan gender. Artinya, masih ada jarak yang perlu dijembatani, khususnya dalam hal partisipasi politik, kepemimpinan, dan akses ekonomi.

Teladan yang memberi contoh, pencapaian tidak sekadar membawanya duduk nyaman melainkan keberanian untuk bertanya, menggugat, dan bergerak. Maka, perempuan harus mempunyai keberanian yang sama untuk menantang batas-batas baru, untuk tidak puas pada pencapaian semata, tetapi harus mencari cara agar kontribusinya membawa dampak yang lebih luas.

Perempuan yang kuat bukan berarti ia tak pernah rapuh. Justru kekuatan perempuan terletak pada kemampuan bangkit, menyembuhkan, dan tetap memberi meski dalam keterbatasan. Perjuangan yang hakiki adalah ketika perempuan saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan.

Hari Kartini bukan hanya perayaan satu hari, melainkan pengingat sepanjang tahun. Pengingat bahwa dalam setiap perempuan ada pelita perjuangan yang tak boleh padam. Kita adalah bagian dari kisah Panjang, kisah tentang harapan, perubahan, dan cinta yang tak pernah selesai ditulis. Hari Kartini menjadi pengingat bahwa kita hidup di masa dengan peluang terbuka, tapi juga tantangan yang kompleks. Dunia digital, misalnya, telah menjadi medan baru. Dalam dunia yang begitu cepat, perempuan hari ini harus cakap teknologi, berdaya secara ekonomi, dan tetap memengang teguh nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya.

Selamat hari Kartini, untuk setiap perempuan-perempuan hebat yang berani untuk keluar dari zona nyamannya. Untuk yang sedang bertumbuh dalam keterbatasan, dan untuk yang tak pernah berhenti bermimpi-kamu adalah nyala kecil dari api besar perjuangan Kartini.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply