Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Pendidikan Keimanan di Era Digital: Menjaga Hati di Tengah Arus Informasi

×

Pendidikan Keimanan di Era Digital: Menjaga Hati di Tengah Arus Informasi

Share this article

Oleh: Risa Satifa

KHITTAH. CO – Di tengah arus kemajuan teknologi yang semakin pesat, dunia pendidikan menghadapi tantangan besar terkhusus pada pendidikan keimanan. Perkembangan teknologi digital mengubah banyak aspek dalam tatanan kehidupan manusia, termasuk cara berfikir, berinteraksi, dan belajar.

Di satu sisi, kemajuan ini membawa berbagai kemudahan dan manfaat yang luar biasa. Namun, di sisi lain, kemajuan era digital juga menjadi tantangan bagi kehidupan spiritual, terutama bagi generasi muda. Arus informasi yang begitu cepat kerap menyajikan nilai-nilai yang bertentangan dengan norma agama, ajaran keimanan dan moralitas. Di sinilah pentingnya pendidikan keimanan sebagai penuntun hati, pelindung jiwa, pengasah rasa, dan pengelola emosi agar tidak hanyut dalam derasnya pengaruh dunia digital.

Pendidikan keimanan tidak hanya terbatas pada aspek ritual ibadah, tetapi mencakup pembentukan sikap, akhlak, dan kesadaran spiritual seseorang. Di era digital, tantangan terhadap keimanan semakin kompleks. Konten negatif, normalisasi perilaku amoral, budaya instan, serta pergeseran nilai kebenaran menjadi hal yang sangat mudah ditemui di media sosial dan di berbagai platform online. Generasi muda bisa dengan mudah terpapar hal-hal yang melemahkan keimanan jika tanpa filter dan pendampingan yang kuat.

Banyak kasus korupsi berasal dari kalangan berpendidikan tinggi. Ini menunjukkan bahwa pendidikan akademik tidak selalu diiringi dengan pendidikan keimanan dan moral. Contohnya kasus suap dan korupsi yang melibatkan oknum pegawai pemerintah, dosen hingga aparat hukum yang seharusnya menjadi teladan masyarakat.

Anak muda Indonesia sangat aktif di media sosial, namun tidak sedikit dari  mereka yang menyalahgunakannya untuk menyebarkan hoaks, fitnah, body shaming, atau saling menghina. Ini menandakan lemahnya kontrol diri, empati, dan kesadaran spiritual yang seharusnya ditanamkan dalam pendidikan keimanan.

Di perkotaan, pergaulan bebas dan narkoba menjadi ancaman nyata bagi generasi muda. Ini terjadi karena lemahnya pegangan nilai spiritual dan kurangnya keteladanan dalam membina karakter berbasis iman. Begitu pun sebagian kelompok masyarakat mudah melakukan provokasi atau terprovokasi agama atau politik. Ini memperlihatkan bahwa keimanan belum disertai dengan pemahaman agama yang mendalam.

Banyak kasus mahasiswa yang menyontek, membeli skripsi, atau melakukan plagiarisme karena hanya mengejar nilai tanpa memahami nilai kejujuran sebagai bagian dari keimanan. Ini menunjukkan lemahnya internalisasi nilai jujur dan amanah yang semestinya tertanam melalui pendidikan keimanan. Contohnya, laporan kampus-kampus besar di Indonesia pernah mencatat tingginya angka plagiarisme, bahkan di tingkat pasca sarjana.

Beberapa kasus kekerasan, perundungan dan praktik pelecehan yang dilakukan oleh senior kepada junior mencerminkan hilangnya rasa takut kepada Tuhan dan empati terhadap sesama. Contohnya, kasus pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan kampus dan asrama seringkali melibatkan mahasiswa aktif organisasi dan terlihat “berprestasi” namun minim kontrol moral spiritual.

Banyak pelajar SMP dan SMA yang terlibat tawuran, geng motor hingga membuat konten Tiktok/Instagram yang vulgar. Contohnya, beberapa video viral memperlihatkan siswa berseragam sekolah merokok, berjoget vurlgar, bahkan menghina guru. Ini mencerminkan kekosongan pembinaan akhlak dan keimanan, kurang dibekali nilai keimanan, kasih sayang dan tanggung jawab sosial.

Fenomena Living Together di Kalangan Mahasiswa

Maraknya praktik pasangan muda (laki-laki dan perempuan) yang tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan di beberapa kota besar, terutama di lingkungan kampus atau tempat kos yang longgar pengawasannya. Fenomena ini mencerminkan krisis nilai dan lemahnya pendidikan keimanan di lingkungan mahasiswa. Dunia kampus semestinya tidak hanya menjadi tempat belajar akademik, tetapi juga arena pembentukan moral dan spiritual.

Di tengan kondisi tersebut, pendidikan keimanan hadir sebagai solusi yang tidak tergantikan. Ia bukan hanya mengajarkan manusia tentang hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi juga membentuk kesadaran etis dalam menjalani kehidupan sosial. Keimanan yang kuat akan menumbuhkan rasa tanggung jawab, kejujuran, empati, dan keteguhan dalam memilih kebaikan meski hidup dalam lingkungan yang penuh godaan.

Pendidikan keimanan juga membentuk kesadaran akan pengawasan Tuhan yang membuat seseorang tetap terjaga integritasnya meskipun tidak diawasi oleh manusia. Pendidikan keimanan adalah cahaya yang membimbing manusia melewati gelapnya zaman, penunjuk arah di tengah keraguan, dan penjaga hati agar tetap bersih dari kesombongan dan kehampaan. Di era digital ini, keimanan bukanlah sesuatu yang ketinggalan zaman, melainkan kekuatan sejati untuk terus bertahan dan bertumbuh di tengan kompleksitas kehidupan modern.

“Selamat Hari Pendidikan! Ilmu menuntun langkah, iman menerangi arah. Pendidikan sejati bukan hanya mencerdaskan akal, tapi juga menumbuhkan cahaya dalam hati.”

*Ketua Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan PC IMM Sinjai Periode 2025-2026

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply