KHITTAH.CO, Makassar — Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar menyelenggarakan pameran seni rupa internasional bertajuk “Kawali” di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh, Sabtu–Ahad, 26-27 Juli 2025.
Pameran ini menghadirkan karya-karya dari seniman dalam negeri dan 15 negara sahabat, serta menjadi momentum awal menuju internasionalisasi program studi usai meraih akreditasi unggul.
Mengangkat tema “Weaving Futuristic Islamic Aesthetics into Contemporary Visual Narratives”, pameran ini menawarkan pembacaan ulang terhadap warisan budaya Bugis-Makassar, khususnya simbol Kawali (badik), dalam perspektif seni masa kini dan masa depan berbasis nilai-nilai Islam.
Komitmen Menuju Internasionalisasi
Wakil Dekan III FKIP Unismuh, Dr. Muhammad Nawir, M.Pd., menyebut kegiatan ini sebagai langkah strategis untuk mendorong prodi unggul agar dapat bersaing secara global.
“Akreditasi unggul harus menjadi pendorong untuk mencapai akreditasi internasional. Kegiatan seperti ini adalah wujud nyatanya,” katanya saat membuka acara.
Kepala UPT Museum Kota Makassar, Nurul Salsabila Sultan Pawi, yang hadir mewakili Kepala Dinas Kebudayaan, menyatakan kesiapan pihaknya untuk berkolaborasi dalam berbagai kegiatan seni, termasuk program Museum Malam yang akan digagas.
“Kami membuka ruang bagi komunitas seni untuk tampil setiap pekan. Harapannya kegiatan seperti ini tidak berhenti di kampus, tetapi berlanjut pada kerja sama antarbangsa,” ujarnya.
Prodi Seni Rupa Bangun Dialog Budaya Lintas Bangsa
Ketua Prodi Pendidikan Seni Rupa FKIP, Meizar Ashari M.Sn., menjelaskan bahwa pameran Kawali tidak hanya menjadi ajang pertunjukan seni semata, tetapi dirancang sebagai ruang edukatif dan dialog antarbudaya.
“Pameran Seni Rupa Antar Bangsa diselenggarakan sebagai wujud apresiasi terhadap keragaman ekspresi seni, yang tidak hanya menjadi ajang unjuk karya, tetapi juga sarana edukatif bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Rupa Unismuh Makassar secara khusus, serta masyarakat umum secara luas,” katanya.
Ia menambahkan, kegiatan ini membuka ruang perjumpaan kreatif yang memperluas cakrawala estetika, didukung penuh oleh komunitas Lsabs Parewabessi—jaringan kolektif mahasiswa dan alumni yang berkomitmen pada pelestarian seni dan kearifan lokal. Komunitas ini turut menjadi penggerak teknis sekaligus penjaga nilai edukatif, kolaboratif, dan transformatif dari pameran.
“Pameran ini adalah representasi semangat budaya Kawali—simbol kehormatan, ketajaman gagasan, dan keberanian berekspresi yang masih relevan di tengah dinamika global. Kami ingin menghidupkan semangat itu dalam setiap karya, garis, warna, dan rupa yang ditampilkan,” ujar Meizar.
Seni sebagai Warisan dan Senjata Peradaban
Kurator pameran, H. Irsan Kadir, S.Pd., M.Pd., dalam kurasi bertajuk “Kawali: Menjalin Estetika Islam Futuristik ke dalam Narasi Visual Kontemporer”, menyebut bahwa pameran ini adalah ruang refleksi atas pertanyaan-pertanyaan masa depan: siapa panre bessi (pandai besi) masa depan? Di mana letak siri’ (kehormatan) di era digital? Ketajaman seperti apa yang relevan di tengah krisis iklim dan kecerdasan buatan?
Melalui karya-karya yang ditampilkan, seniman tidak hanya merepresentasikan objek budaya, melainkan menenun ulang nilai-nilai spiritual, etika, dan imajinasi masa depan yang berakar pada kearifan lokal.
“Warisan tanpa visi hanya menjadi artefak mati. Sebaliknya, visi tanpa akar akan kehilangan jiwanya,” kata Irsan.
Kawali menjadi penanda penting bahwa seni rupa Unismuh tidak hanya berpijak pada nilai-nilai lokal, tetapi juga membuka diri terhadap wacana global. Seni diposisikan sebagai senjata peradaban yang membelah batas dan menyatukan kemanusiaan. Sebuah langkah kecil dari Makassar, dengan gema lintas dunia.