Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Sinergi Akademisi Unismuh dan Warga Bulu Cindea Pangkep: Pelatihan Eco-Enzyme Unismuh Dorong Desa Mandiri dan Ramah

×

Sinergi Akademisi Unismuh dan Warga Bulu Cindea Pangkep: Pelatihan Eco-Enzyme Unismuh Dorong Desa Mandiri dan Ramah

Share this article

Khittah.co, Pangkep – Tim Pengabdian dari Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Makassar kembali menunjukkan kiprah dan komitmennya dalam meningkatkan kapasitas masyarakat desa binaan melalui kegiatan pelatihan pembuatan Eco-Enzyme yang diperuntukkan bagi ibu-ibu rumah tangga di Desa Bulu Cindea, Kecamatan Bungoro, Kabupaten Pangkep, Jum’at 31 Oktober 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) yang telah berlangsung selama tiga tahun dan menjadi bentuk nyata implementasi tridharma perguruan tinggi khususnya bidang pengabdian masyarakat berbasis riset dan inovasi. Fokus kegiatan tahun 2025 ini adalah penguatan kapasitas warga dalam pengelolaan sumber daya berbasis ramah lingkungan, berorientasi ekonomi sirkular, serta mendukung visi pembangunan desa mandiri dan berkelanjutan.

Dari Sampah Dapur Menjadi Solusi Ekonomi Hijau Pelatihan yang berlangsung di aula BUMDes Amanah Mandiri ini diikuti oleh 25 ibu rumah tangga, yang selama ini berperan aktif dalam kegiatan sosial ekonomi desa. Mereka mendapatkan pelatihan langsung dari Dr. Andi Rahayu, SP., M.Si., seorang akademisi dan praktisi lingkungan dari Universitas Muhammadiyah Makassar yang berpengalaman dalam riset fermentasi bahan organik.

Dalam pemaparannya, Dr. Andi Rahayu menjelaskan bahwa Eco-Enzyme merupakan cairan organik hasil fermentasi dari bahan-bahan rumah tangga seperti kulit buah dan sayuran yang dicampur dengan gula merah (molases) dan air bersih. Proses fermentasi dilakukan dalam wadah tertutup selama minimal 90 hari tanpa paparan udara (anaerob), menghasilkan cairan berwarna cokelat tua dengan aroma segar yang khas.

“Eco-Enzyme bukan hanya sekadar pupuk organik, tetapi cairan multifungsi yang dapat digunakan sebagai pembersih rumah tangga alami, pestisida nabati, penjernih air, bahkan antiseptik alami. Dengan memanfaatkan sisa limbah dapur, masyarakat bisa menghemat pengeluaran rumah tangga sekaligus berkontribusi terhadap pengurangan sampah organik,” jelas

Dr. Andi Rahayu dengan antusias. Selain mengenalkan konsep dasar, peserta juga diajak langsung mempraktikkan tahapan pembuatan Eco-Enzyme dengan formulasi standar: 3 kg sisa buah dan sayuran, 1 kg gula merah/molases, dan 10 liter air bersih. Campuran tersebut kemudian difermentasi selama 90–100 hari, dijaga agar tidak terpapar sinar matahari langsung, serta tidak ada udara masuk ke wadah fermentasi.

Kegiatan ini diprakarsai oleh Dr. Ir. Rahmi, S.Pi., M.Si., IPU, Ketua Tim PDB yang juga dosen Program Studi Budidaya Perairan Universitas Muhammadiyah Makassar. Beliau memimpin tim lintas disiplin yang terdiri dari Juliani Ibrahim, Ph.D. (ahli kesehatan lingkungan), Asriyanti Syarif, SP., M.Si. (ahli agribisnis dan pemasaran), Dr. Nur Insana Salam, SPi., M.Si. (ahli perikanan), Farhanah Wahyu, SPi., M.Si., serta Fitri Indah Yani, SPi., M.Si. dari Universitas Muhammadiyah Parepare.

Dalam sambutannya, Dr. Rahmi menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi akademik yang memadukan penelitian, pendidikan, dan pengabdian dalam satu kesatuan. “Pelatihan Eco-Enzyme ini adalah wujud nyata implementasi tridharma perguruan tinggi. Kami ingin mengajak masyarakat, khususnya ibu rumah tangga, menjadi pelopor pengelolaan sampah berbasis lingkungan yang berorientasi ekonomi sirkular. Dari dapur, kita bisa membangun peradaban ramah lingkungan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Dr. Rahmi menambahkan bahwa kegiatan ini tidak hanya bertujuan mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga mengubah paradigma masyarakat dalam memandang limbah. Selama ini, sisa dapur sering dianggap tak berguna, padahal memiliki nilai ekonomi tinggi bila diolah dengan tepat. Eco-Enzyme menjadi contoh konkret bagaimana ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan menjadi inovasi sosial yang bermanfaat bagi masyarakat.

Pelatihan ini mendapat sambutan hangat dari Pemerintah Desa Bulu Cindea. Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Desa Bulu Cindea, Bapak Made Ali HB, SE, bersama Sekretaris Desa M. Syahril, dan Ketua BUMDes Amanah Mandiri, Ibu Widiya. Dalam sambutannya, Made Ali menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah desa untuk mempercepat kemajuan masyarakat. “Kami sangat berterima kasih kepada Unismuh Makassar atas perhatian dan pendampingannya kepada masyarakat kami.

Kegiatan seperti ini bukan hanya memberikan ilmu, tetapi membuka peluang usaha baru bagi warga desa, khususnya ibu-ibu rumah tangga,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa Desa Bulu Cindea saat ini sedang berupaya mengembangkan sektor ekonomi berbasis lingkungan melalui berbagai inisiatif yang sejalan dengan visi pembangunan hijau dan berkelanjutan. Kehadiran tim pengabdian LP3M Unismuh dinilai menjadi katalis penting dalam memperkuat kapasitas sumber daya manusia di tingkat lokal.

Dari Pengetahuan ke Produk Bernilai

Peserta pelatihan tidak hanya diajarkan teori dan praktik, tetapi juga diarahkan untuk memahami potensi ekonomi dari produk Eco-Enzyme. Cairan hasil fermentasi ini dapat dikemas dan dijual sebagai pupuk organik cair, pembersih alami, atau pestisida nabati. Produk ini memiliki pasar yang terus tumbuh, terutama di kalangan petani organik dan masyarakat perkotaan yang mulai sadar lingkungan. Menurut Asriyanti Syarif, M.Si., kegiatan ini menjadi sarana efektif mengajarkan prinsip-prinsip green entrepreneurship bagi masyarakat desa. “Kami ingin para peserta melihat limbah bukan sebagai beban, tetapi sebagai sumber daya.

Jika dikelola dengan baik, Eco-Enzyme dapat menjadi produk unggulan desa yang memiliki nilai jual tinggi,” jelasnya. Sementara itu, Juliani Ibrahim, Ph.D. menambahkan bahwa dari sisi kesehatan lingkungan, penggunaan Eco-Enzyme juga berkontribusi pada pengurangan polusi air dan tanah. Produk ini tidak meninggalkan residu kimia dan aman digunakan dalam kegiatan rumah tangga sehari-hari. “Setiap tetes Eco-Enzyme adalah hasil kerja ilmiah yang berpihak pada keberlanjutan lingkungan dan kesehatan keluarga,” ujarnya. *Penguatan Peran

Kegiatan pelatihan ini tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kelanjutan dari rangkaian program PDB Desa Bulu Cindea yang sebelumnya berfokus pada pengembangan sentra garam industri rakyat dan peningkatan pendapatan alternatif petambak. Sejak tahun 2023, program ini telah memperluas dampaknya ke sektor lingkungan melalui edukasi pengelolaan sampah, pendirian bank sampah, serta pelatihan kesehatan lingkungan berbasis masyarakat. Melalui pendekatan research-based community service, LP3M Unismuh mengintegrasikan hasil riset dosen dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Program ini juga melibatkan mahasiswa, di mana mereka memperoleh pengalaman lapangan langsung sebagai bagian dari konversi SKS. “Pendekatan ilmiah menjadi landasan semua kegiatan kami. Setiap program pelatihan dirancang berdasarkan hasil penelitian dosen, kemudian diimplementasikan secara aplikatif di lapangan agar ilmu benar-benar menjadi solusi,” tutur Dr. Rahmi.

Dalam konteks akademik, kegiatan ini juga mendukung capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya pada aspek keterlibatan dosen dan mahasiswa di luar kampus serta penerapan hasil riset untuk kesejahteraan masyarakat. Eco-Enzyme dan Agenda Pembangunan Berkelanjutan Secara global, pelatihan ini sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama tujuan ke-11 (Sustainable Cities and Communities), ke-12 (Responsible Consumption and Production), dan ke-13 (Climate Action). Dengan mengolah sampah organik menjadi produk ramah lingkungan, masyarakat desa turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon dan pengelolaan limbah berkelanjutan.

Selain itu, kegiatan ini juga mendukung misi Asta Cita Nasional dalam mewujudkan Indonesia hijau dan lestari, serta berperan dalam penerapan nilai-nilai Islam berkemajuan yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. “Ilmu yang tidak memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat hanyalah pengetahuan yang kering. Melalui Eco-Enzyme, kami mengajarkan nilai ilmu yang hidup, yang menumbuhkan kesadaran ekologis sekaligus meningkatkan kesejahteraan,” pungkas Dr. Rahmi.

Sinergi Perguruan Tinggi dan Desa

Kegiatan pelatihan Eco-Enzyme di Desa Bulu Cindea menjadi contoh baik sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah desa, dan masyarakat. Hasil kegiatan ini tidak hanya berupa peningkatan pengetahuan, tetapi juga perubahan perilaku sosial. Ibu-ibu rumah tangga kini mulai memilah sampah organik dari dapur, menyimpannya untuk proses fermentasi, dan merasakan manfaat langsung dari produk yang mereka hasilkan. Selain itu, BUMDes Amanah Mandiri telah merencanakan pengembangan unit usaha baru berbasis Eco-Enzyme dengan melibatkan kelompok perempuan desa sebagai pelaksana utama. Hal ini diharapkan menjadi langkah awal menuju ekonomi hijau desa, di mana kegiatan ekonomi berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan. *Ilmu yang

Sebagai penutup, Dr. Rahmi menegaskan bahwa pengabdian seperti ini adalah perwujudan nyata dari nilai “ilmu yang membumi dan amal yang menyentuh”, sesuai dengan semangat Universitas Muhammadiyah Makassar untuk menjadi kampus “Unggul, Islami, dan Berkemajuan.” “Kegiatan pengabdian seperti ini adalah manifestasi dari semangat Islam berkemajuan. Kami ingin menjadikan ilmu pengetahuan bukan hanya untuk ruang kelas, tetapi hadir di tengah masyarakat, menyembuhkan, menguatkan, dan menumbuhkan kemandirian,” tutupnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply