Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

‘Aisyiyah Membangun Indonesia dari Desa

×

‘Aisyiyah Membangun Indonesia dari Desa

Share this article
Kasmawati, Komisioner KPU Bantaeng

KHITTAH.co- Menelusuri jejak sejarah organisasi perempuan ‘Aisyiyah yang berdiri sejak 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 hingga kini 19 Mei 2021 telah memasuki abad kedua. Aisyiyah dalam berkiprah senantiasa menjadi mercusuar, uswah dan sumber inspirasi bagi kaum perempuan dalam menelusuri setiap episode kehidupannya yang  terus bergerak maju.

Sejak abad pertama perjalanannya sampai saat ini aisyiyah telah memberikan kontribusi nyata melalui pemikiran, program dan kegiatan. Yang bermuara pada pembangunan kehidupan bangsa dan negara.

Sebagaimana tema milad yang ke 104 Aisyiyah kali ini yang didalamnya mengandung frasa “Menebar Kebaikan” maka saya menemukan spirit tersebut, meskipun program MAMPU (Maju Perempuan Untuk Penanggulangan Kemiskinan Indonesia) telah berakhir sejak tahun 2020, tetapi best practice yang ada dalam program tersebut terus direplikasi dengan sprit Al-Ma’un. Selain itu didorong oleh etos altruisme dan kolaborasi lintas sektor yang tujuan dan indicator keberhasilannya sama.

Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah dalam menebarkan kebaikan dan spirit melintasi batas bukan hanya spektrum Pimpinan Pusat semata tetapi menggeliat sampai ke Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah bahkan ke akar rumput.

Gerakan berkemajuan itu tidak hanya memberikan dampak terhadap Aisyiyah secara struktural dalam lingkup organisasinya sendiri. Melampaui dari itu memberikan manfaat dan kontribusi besar bagi kehidupan masyarakat dalam lingkup terkecil yaitu adanya wadah berkumpulnya perempuan di tingkat desa yang disebut Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA).

Balai Sakinah Aisyiyah (BSA) merupakan wadah yang dijadikan ruang diskusi, ruang berbagi ilmu pengetahuan yang membahas segala aspek, baik itu tentang agama, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan Sosial yang tujuan utamanya adalah bagaimana membentuk kader-kadernya menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik, penggerak, dan bisa membangun keluarga sakinah.

Terkhusus pada Balai Sakinah ‘Aisyiyah Sipakalabbiri Desa Bonto Jai—Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan—yang dibentuk oleh Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Bantaeng pada bulan Desember 2017 yang merupakan best practice sekaligus merupakan replikasi program MAMPU, telah memberikan perubahan yang cukup besar bagi kelompok perempuan yang tergabung didalamnya. Perubahan signipikan tersebut juga mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan desa.

Balai Sakinah Aisyiyah Desa Bonto Jai, diberi nama Sipakalabbiri yang berasal dari bahasa Bugis-Makassar dan mengandung arti sifat saling menghargai antara sesama tanpa membedakan sikap terhadap suatu kelompok tertentu, seperti adanya perbedaan strata sosial, khususnya terhadap perbedaan kaya-miskin, tingkat pendidikan, jabatan, silsilah keturunan dan terhadap kaum disabilitas.

Berbagai kegiatan rutin yang telah dilakukan oleh Balai Saikinah Aisyiyah (BSA) yakni: pengajian rutin, penyuluhan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi perempuan, deteksi dini kanker leher Rahim dengan Test IVA, pemeriksaan payu dara klinis, pemanfaatan pekrangan rumah dengan kebun gizi yang saat ini telah disupport oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bantaeng, serta lahirnya “Peraturan Desa tentang Kesehatan Reproduksi dan Gizi” oleh pemerintah desa Bonto Jai yang merupakan inisiatif dan didorong oleh kader ‘Aisyiyah yang tergabung dalam BSA Sipakalabbiri.

Selain itu para anggota BSA dan kader juga aktif dalam berbagai kegiatan didesa, seperti Posyandu, hadir dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MUSYRENBANGDES), bahkan beberapa anggota dan kader BSA telah terlibat aktif dalam berbagai lembaga ditingkat desa. Antara lain menjadi kader posyandu, kader kesehatan masyarakat, Tim Penggerak PKK, hingga menjadi anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

Capaian tersebut adalah kontribusi nyata Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Bantaeng yang senantiasa memberikan penguatan kepimimpinan terhadap kader BSA dan anggota BSA Sipakalabbiri desa Bonto Jai, dimana mereka sebelumnya adalah kelompok mustad’afin yang jarang terlibat dan melibatkan diri kedalam setiap kegiatan dan forum-forum pengambilan kebijakan dalam pemerintahan desa.

Jargon “Merekat Persatuan” dan “menebar Kebaikan” bukan hanya selogan tetapi paradigma yang telah bertranspormasi menjadi etos bagi ‘Aisyiyah secara umum, Pimpinan dan kader-kadernya secara khusus, sehingga organisasi perempuan Muhammadiyah ini akan senantiasa tampil sebagai garda terdepan, corong dalam membangun kehidupan bangsa dan negara Indonesia yang berkemajuan.

Kasmawati
Mantan Ketua PD Nasyiatul ‘Aisyiyah Bantaeng. Komisioner KPU Bantaeng

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply