Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

‘Aisyiyah Tawarkan Rumah Gizi, Solusi Penurunan Angka Stunting

×

‘Aisyiyah Tawarkan Rumah Gizi, Solusi Penurunan Angka Stunting

Share this article
Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah saat meluncurkan Rumah Gizi di Cianjur, Sabtu, 1 Januari 2019 (sumber: Tim Media Muktamar 48)

KHITTAH.CO, Surakarta- Penurunan stunting menjadi salah satu di antara sepuluh isu strategis dalam Muktamar 48 ‘Aisyiyah.

Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, isu ini menjadi penting karena Indonesia masih dihadapkan pada masalah terkait tingginya angka stunting.

Berdasarkan hasil riset studi status gizi balita, prevalensi stunting di Indonesia masih 27,67 persen. Angka tersebut masih di atas ambang batas standar WHO yaitu 20%.

Padahal, pemerintah telah menetapkan target penurunan angka stunting pada tahun 2024 mencapai 14%.

“Target penurunan stunting yang harus dicapai dua tahun lagi ini tentu memerlukan kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, baik itu pemerintah termasuk organisasi masyarakat, seperti ‘Aisyiyah,” ujar Noordjannah.

Ia mengingatkan, cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045. Menurut Noordjannah, pencegahan stunting harus menjadi prioritas agar harapan tersebut bisa terealisasi.

Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menginisiasi program Rumah Gizi untuk mengupayakan penurunan stunting.

Ia menjelaskan, Rumah Gizi merupakan upaya penurunan stunting berbasis komunitas. “Pendekatan berbasis komunitas sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bersifat komunal,” ujar Tri.

Lebih lanjut, Tri Hastuti, mengungkapkan terdapat tujuh program dalam Rumah Gizi, 1) edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun remaja perempuan; 2) konseling gizi maupun menyusui; dan 3) pengolahan makanan bergizi;

Untuk program selanjutnya, yaitu 4) pemberian makanan bergizi; 5) lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi kebutuhan sumber gizi) 6) sanitasi dan PHBS; dan 7) dukungan keluarga maupun tokoh agama dan masyarakat.

Dukungan keluarga, baik itu suami maupun nenek atau pengasuh, jelas Tri, sangatlah penting untuk mencegah stunting.

Itu dapat dilakukan dengan memberikan edukasi tentang pencegahan stunting bagi suami maupun anggota keluarga yang terlibat dalam pengasuhan.

Suami pun, tambah Tri, dapat dilatih melakukan pijat oksitosin bagi istrinya agar memperlancar proses menyusui.

Apa yang dilakukan ‘Aisyiyah melalui Rumah Gizi ini, ungkap Tri, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada 5 pilar penurunan stunting sebagaimana menjadi bagian dari strategi percepatan penurunan stunting.

Tri menyampaikan, kelima pilar tersebut meliputi komitmen dan visi pimpinan; kampanye dan perubahan perilaku; komitmen politik dan akuntabilitas; konvergensi, koordinasi, konsolidasi program; ketahanan pangan, dan pemantauan evaluasi.

Dalam hal ini, secara khusus Rumah Gizi akan berkontribusi pada pilar kampanye dan perubahan perilaku serta ketahanan pangan.

Tri melihat, stunting disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat penyebab langsung, seperti kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi, problem akses layanan kesehatan, sanitasi, hingga pola asuh.

Hasil temuan ‘Aisyiyah misalnya, ungkap Tri, tidak sedikit warga miskin dengan anggota keluarga stunting yang belum menjadi peserta program perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pangannya.

Namun demikian, Tri mengingatkan terkait penyebab tidak langsung dan menjadi akar masalah dari masalah stunting, seperti problem kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender.

“Budaya juga memegang peranan yang kuat seperti budaya yang menomorsatukan laki-laki termasuk dalam hal konsumsi makanan sehari-hari. Belum lagi masih minimnya pembagian peran antara suami dan istri dalam rumah tangga, sehingga perempuan mengalami beban berlebih dan menghambat pencegahan stunting,” ungkap Tri.

Lantaran kompleksnya penyebab stunting, jelas Tri, ‘Aisyiyah menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dan menyentuh pula akar masalah.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply