Oleh: Hamdan Hamidin, S.Pd (Guru Honorer Madrasah Muhammadiyah)
KHITTAH. CO – Saat petikan gitar pertama terdengar, suasana kelas yang hening lalu berubah. Satu persatu siswa mulai memperhatikan jemari yang menari-nari pada senar gitar yang saya bawa dari luar kelas. Bukan ketidaksengajaan, melainkan suatu percobaan sederhana untuk menjawab tanda tanya. “Apakah boleh menggabungkan musik dan pembelajaran?”
Aku adalah seorang pendidik yang mengajarkan mata pelajaran agama di sekolah madrasah Muhammadiyah yang punya kecintaan besar terhadap hal yang berkaitan tentang kesenian. Jika pepatah agama mengatakan hidup tanpa iman itu bagaikan mayat yang berjalan, maka saya mengatakan hidup tanpa seni itu bagaikan jasad tak berpenghuni. Seni itu indah dan manusia memiliki kecenderungan alami untuk mencintai sesuatu yang indah bahkan sampai mendekati kodrat manusia.
Saya tegaskan bahwa musik ini digunakan sebagai alat penyampai rasa. Mulai dari kebiasaan bermain alat musik hingga membuat karya karya dari musik. Mungkin, kita jarang menemukan di luar sana guru agama yang senang bermusik. melainkan lebih kepada guru agama dengan kebiasaannya dalam hal-hal keagamaan seperti ceramah dan melantunkan lafadz-lafadz Allah dengan indah. Namun, jangan berprasangka dulu, di luar dari kecintaan saya terhadap musik, sebagai guru agama tentunya tidak mengesampingkan hal hal yang berbau agamis. Hanya saja menjadikan musik sebagai alat ikhtiar untuk menyampaikan pesan pesan keagamaan.
Mungkinkah musik bisa di jadikan media yang akan memudahkan proses pembelajaran di sekolah apalagi soal keagaaman? Sebagian orang akan menganggap ini hanyalah cara untuk bersenang-senang saja, Namun, di satu sisi, kita akan menemukan orang yang mulai penasaran tentang musik dan pendidikan. Apakah para pembaca termasuk? Mari menyimak seperti apa kebiasaan guru agama seperti penulis ini dalam memadukan antara musik dan pembelajaran.
Kiai Ahmad Dahlan, selain dikenal sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah, beliau juga dikenal karena pendekatannya yang inovatif dalam pendidikan dengan memadukan unsur musik dan pembelajaran. Ia menggunakan musik, termasuk alat musik seperti harmonium, biola, dan gramofon, untuk mengajarkan nilai-nilai agama dan menanamkan rasa ketuhanan pada murid-muridnya. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan mudah diterima oleh murid-muridnya.
Dari kisah sejarah singkat Kiai Ahmad Dahlan, saya berani untuk mengadopsi inovasi strategi mengajar yang unik dan luar biasa. Bukan karena saya adalah kader biologis dari rahim Muhammadiyah itu sendiri, tetapi strategi ini sudah saya coba dan merasakan sendiri bagaimana hasil yang luar biasa di dalam proses pembelajaran. Bahkan, jika Seandainya saya bukan anak dari Muhammadiyah, saya akan tetap mengikuti gaya beliau dalam proses menginternalisasi nilai-nilai keagamaan kepada siswa siswi yang saya ajar. Semangat kreatif dan humanis Kiai Dahlan cukup memengaruhi pandangan saya dalam mengajar saya sebagai guru agama dan sebagai pecinta seni.
Penting bagi para pendidik untuk menerapkan pendidikan holistik yang tidak hanya fokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter, moral, dan keterampilan sosial. Secara singkat, saya ingin menceritakan bagaimana kebiasaanku ini dimulai. Apalagi, saya cukup bersemangat dan penuh kepercayaan menenteng gitar dan disambut oleh keceriaan para siswa-siswi yang menanti di dalam kelas.
Banyak kritikan pedas dari beberapa rekan seprofesi, dianggap tidak sesuai bahkan menganggap menodai kesakralan agama. Tanpa menyalahkan mereka, saya anggap bahwa ia tak senang dengan musik atau belum pernah mencoba dan merasakan atau bahkan belum mengenal Kiai Ahmad Dahlan yang dikenal sebagai salah satu tokoh pendidikan Indonesia.
Kita perlu mengetahui bersama bahwa di dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan yang namanya inovasi pembelajaran. Bukan untuk menghilangkan nilai utama pembelajaran, melainkan hanya akses untuk sampai pada tujuan utama. Sama halnya, saya sebagai guru agama juga memiliki tujuan dan keinginan agar para pelajar bisa khusyuk menerima pembelajaran. Musik hanyalah media untuk mengiringi jiwa pelajar untuk sampai kepada rasa dan makna.
Syukur dan rasa terima kasih kepada Kiai Ahmad Dahlan yang telah menjadi guru berharga saya dalam menempuh proses sebagai seorang pendidik. Bukan pelajar tak mengenal agama, hanya saja rasa dan karsa yang belum mereka sempurnakan. Aku, Musik, dan Ahmad Dahlan.