
KHITTAH.CO, MAKASSAR – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel) Ambo Asse secara resmi membuka acara Refreshing Muballigh dan Sosialisasi Ketarjihan besutan Majelis Tabligh (MT) berkolaborasi dengan Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) di Aula Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jumat, 21 Februari 2025. Dalam sambutannya, Ambo Asse bercerita tentang lika-liku dan tantangan dakwah yang dialami mubaligh Muhammadiyah, termasuk pengalamannya.
Suatu ketika, kisah Ambo, ia berkesempatan menyampaikan ceramah di masjid. Ketika hendak meninggalkan lokasi setelah ceramah, seseorang mengikuti dan menepuk pundaknya.
“Pernah ada yang bilang ‘janganki lurus-lurus’. Saya jawab harus lurus kalau ceramah, kita menyampaikan yang benar, tidak bisa bengkok. Lalu ada dari belakang ‘ustad, lurus-lurus sekali’. Sepertinya tersinggung dengan ceramah yang saya sampaikan. Tapi ada juga orang kedua yang mendatangi saya, ‘jangan dibati-bati (diladeni) ustad’. Dalam hati, saya bilang tidak pernah ada yang mengucapkan larangan begini kepada saya, kenapa nanti saya Professor,” papar Ambo.
“Jadi begitulah para Mubaligh Muhammadiyah, banyak tantangannya,” imbuh dia.
Pengalaman seperti itu tak membuatnya berubah. Komitmen dan konsistensinya dalam berdakwah justru semakin kuat.
Ambo percaya bahwa setiap langkah dan penuturannya adalah menjalankan perintah Allah.
“Orang-orang yang berjihad, kata Allah, saya tunjuki jalanku. Kita mencari ridha dan karunia Allah, maka Allah akan memberikan petunjuk. Kita harus meyakini petunjuk Allah akan selalu menyertai kita. Jadi jalan yang sedang kita tempuh saat ini adalah Siratal Mustaqim. Bersyahadat itu artinya kita naik di Siratal Mustaqim, menyatakan keIslaman itu Siratal Mustaqim. Tetapi ketika mencuri, bohong, berkhianat dan munafik maka jatuh dari Shiratal Mustaqim,” tegas Ambo.
“Makanya Dinul Islam adalah sistem kehidupan, yang mengatur kehidupan kita dari tidur hingga bangun, lahir hingga wafat, jadi itulah kehidupan Islam,” tambah dia.
Bermuhammadiyah Dengan Benar!
Menjadi mubaligh Muhammadiyah, bagi Ambo adalah jalan yang sangat mulia. Namun jalan dakwah itu harus relevan dengan gerakan Muhammadiyah kontemporer.
Maka dari itu, Ambo meminta mubaligh Muhammadiyah mempelajari dan memahami semua pedoman Persyarikatan.
“Para mubaligh Muhammadiyah betul-betul harus memegang prinsip Persyarikatan, maka bacalah semua pedoman resmi Muhammadiyah, ada Kepribadian Muhammadiyah, MKCHM, Pedoman Hidup Muhammadiyah, Risalah Islam Berkemajuan. Sehingga jelas tujuan kita bermuhammadiyah apa, sehingga kita berujung pada kesimpulan bahwa tak lain dan tak bukan adalah agar kita selamat dunia dan akhirat, karena pedomannya adalah Al-Qur’an dan sunnah,” tutur Ambo.
Tak kalah penting, kata Ambo, mubaligh Muhammadiyah harus kuat dan menguatkan. Carannya, kata Ambo, mubaligh Muhammadiyah harus memperbanyak dakwah yang dilakukan secara bersama-sama.
Ia lalu menyitir ayat Al-Qur’an surat As-saff ayat 4 tentang komitmen kecintaan Allah kepada hambanya yang melakukan kebaikan-kebaikan secara berjamaah.
“Maka kita semua harus bersinergi, Allah mencintai orang yang berjuang di jalannya dalam kondisi barisan yang kokoh,” tandas Ambo.
Sebelumnya, acara itu dirangkaikan dengan Pengukuhan Muballigh Muhammadiyah yang berjumlah puluhan. Mereka yang dikukuhkan merupakan alumni Sekolah Tabligh yang terselenggara beberapa waktu lalu.
Setelah mereka dikukuhkan, Ambo Asse tampak sumringah dan berbahagia menyelemati mereka satu persatu. Nantinya, para mubaligh yang baru dikukuhkan itu berperan menyampaikan ilmu agama dan hukum Islam, mulai dari masjid, sekolah hingga pondok pesantren.