Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaMuhammadiyah

Ambo Asse Kenang Muallimin Makassar Sekolah Pertama Muhammadiyah di Sulsel

×

Ambo Asse Kenang Muallimin Makassar Sekolah Pertama Muhammadiyah di Sulsel

Share this article
Ketua PWM Sulsel saat pengajian Majelis Tabligh. (Sumber foto: AHZ)

KHITTAH.CO, MAKASSAR – Majelis Tabligh PWM Sulsel kembali menggelar Pengajian Bulanan di Masjid Pusat Dakwah Muhammadiyah Sulsel, Rabu, 20 November 2024. Seperti diketahui, November adalah bulan kelahiran Persyarikatan Muhammadiyah.

Tahun ini, November 2024, Muhammadiyah telah genap berusia 112 tahun. Bukan usia muda bagi sebuah organisasi.

Karena itu, Majelis Tabligh PWM Sulsel secara spesifik mengangkat tema tentang refleksi keumatan dan kebangsaan di usia 112 Muhammadiyah. Dengan mendapuk Ketua PWM Sulsel, Ambo Asse sebagai pembicara.

Ambo Asse mengawali pembicaraan dengan penegasan tugas Muhammadiyah sebagai organisasi yang mencerahkan dan mencerdaskan generasi.

Karena itu, Kiai Ahmad Dahlan sepulang berhaji pada awal abad 19, langsung mengajak orang-orang di sekitarnya untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni. Sebab kala itu, Kiai Dahlan kerap menjumpai amalan masyarakat yang telah bercampur antara ajaran Islam dan kebudayaan lokal yang mengandung kesyirikan.

“Seperti Kiai Ahmad Dahlan saat kembali dari Makkah, berdakwah dari kampung ke kampung, dan dari masjid ke masjid,” kata Ambo mengenang kisah Kiai Dahlan. Menurut Ambo, Dahlan mengedukasi masyarakat dengan model pengajian.

Salah satu caranya adalah mengajarkan Surat Al-‘Ashr dalam tempo delapan bulan. Dahlan menggunakan waktu hampir setahun dengan keyakinan bahwa surat itu tidak hanya untuk dihafal, melainkan diamalkan secara nyata.

Namun, kata Ambo, Dahlan menyadari metode dakwah itu mesti dikembangkan. Akhirnya, berselang beberapa waktu, Dahlan mulai membangun institusi pendidikan.

“Makanya pada tahun 1911, tepatnya 1 Desember mendirikan Madrasah, murid pertama enam orang,” kata dia.

Menurut Ambo, sosok Ahmad Dahlan tak pernah lelah berpikir. Setelah sukses mendirikan madrasah, ia harus memikirkan lagi cara agar institusi itu bertahan lama.

“Karena itu teman-temannya menyarankan untuk mendirikan Muhammadiyah,” kata Ambo. Sekolah yang dinaungi oleh organisasi cenderung bertahan lebih lama, dan Muhammadiyah membuktikan itu.

“Tapi bukan berarti tanpa tantangan, dahsyat sekali, mirip-mirip dengan apa yang dialami Nabi Muhammad saat berdakwah di masa awal. Kalau Kiai Dahlan sering disebut Kiai kafir, kalau Nabi Muhammad biasa dikatain tukang sihir, macam-macam,” tutur Ambo.

Upaya Ahmad Dahlan membuahkan hasil. Muhammadiyah mulai tumbuh di beberapa daerah, termasuk di Kota Makassar, tepat 10 tahun setelah Muhammadiyah didirikan.

“1922 sudah masuk di Sumatera dan Makassar. 1923 sudah ada group Makassar, 1926 sudah jadi Cabang Makassar. Sekolah pertamanya adalah ‘Menyesal School’, diperuntukkan untuk ibu-ibu yang putus sekolah. Laki-laki juga dibuatkan ‘Tabligh School’, belakangan keduanya digabung menjadi Muallimin di Cabang Makassar itu, asal mulanya begitu,” Ambo mengisahkan.

Spirit itulah yang juga dijalankan Ambo Asse selama mengabdi untuk Muhammadiyah. Termasuk, saat menjabat Rektor Unismuh Makassar, ia berani membuka Prodi Hukum Bisnis.

“Ah serupa dengan Prodi Hukum Bisnis yang kita buka di Unismuh Makassar tahun lalu, langsung ada mahasiswanya delapan orang. Saya sangat senang, karena sudah mengalahkan Kiai Dahlan di awal mendirikan sekolah yang hanya punya enam murid. Sekarang sudah semakin berkembang dan bertambah mahasiswanya itu,” kata Ambo.

Ambo Ingatkan Pimpinan Muhammadiyah Giatkan Pengajian

Ambo mengingatkan warga Persyarikatan, khususnya para pimpinan agar bermuhammadiyah tidak sekadar mengurus organisasi, tetapi mesti ditopang dengan pengajian Islami secara rutin dan komprehensif.

Hal itu, menurut Ambo, membuka wawasan kader Muhammadiyah agar mengamalkan agama dengan tidak kaku dan keras, melainkan penuh kegembiraan.

“Pengajian di Muhammadiyah tidak boleh macet. Harus terus dilakukan, karena itu adalah gerakan yang pertama dilakukan oleh Kiai Dahlan, selain pencerahan, juga pencerdasan,” ujar Ambo.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply