KHITTAH.co, Makassar– Dalam Rapat Koordinasi Lembaga Pengembangan Pondok Pesantren (LP2M) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel, dihelat Ahad, 19 September 2021 di Aula Asmadina Unismuh Makassar.
Ketua LP2M PP Muhammadiyah, Dr. K.H. Masykuri, menegaskan bahwa
kader-kader pesantren Muhammadiyah (PontrenMu) itu sangat khas dan tidak bisa diwakili oleh kader yang lainnya.
Hal ini karena kader-kader PontrenMu memang disiapkan sebagai kader ulama, zu’ama (pemimpin), dan pendidik. “Hal ini memang menjadi tujuan dari pondok pesantren Muhammadiyah,” ungkap Masykuri.
Karena itu, di hadapan sejumlah mudir Pontren-Mu se-Sulsel, Masykuri menguraikan hasil analisis SWOT-nya atas kondisi pesantren Muhammadiyah saat ini.
Menurut Masykuri, kekuatan PontrenMu adalah karena dimiliki Muhammadiyah. “PontrenMu itu bersistem dan memang yang dibangun adalah sistem. Karena Muhammadiyah sendiri juga punya sistem, bahkan Muhammadiyah itulah sistemnya,” terang Masykuri.
Kekuatan lain menurut Masykuri adalah prinsip kolektif kolegial. PontrenMu tidak berpatok pada satu sosok kharismatik dalam pondok.
“Banyak pesantren yang dimiliki perorangan, setelah tokoh kharismatiknya wafat, penggantinya tidak bisa menyamai, akhirnya pesantren itu ditinggalkan,” kata Masykuri.
Meski demikian, kekuatan tersebut juga sekaligus menjadi kelemahan. Ini karena akhirnya, tidak ada kiai yang menjadi figur sentral, sementara untuk memilih pesantren, masyarakat melihat figur sentral tersebut.
Kelemahan lainnya, lanjut Masykuri, yaitu pembina yang masih kurang dan cenderung belum profesional.
Secara garis besar, permasalahan utama PontrenMu menurut Masykuri adalah penyebaran yang belum merata di seluruh daerah serta SDM (ustaz, ustazah, dan musyrif) yang masih kurang secara kuantitas dan kualitas.
“Ini terlihat ketika kami di pusat , menerbitkan buku berbahasa Arab untuk disebar di PontrenMu, banyak pesantren yang belum siap untuk itu. Karena ustaznya tidak berasal dari prodi-prodi yang sesuai, yang bisa berbahasa Arab,” ungkap Musykari.
Lebih lanjut, jelas dia, karena pembina dan pendidiknya yang masih kurang secara kualitas, salah satu kelemahan PontrenMu adalah mutu alumni yang masih tidak sesuai harapan.
“Alhamdulillah, di Sulawesi Selatan, PUTM (Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah) dan Ma’had Al-Birr Unismhuh Makassar diterjunkan ke sejumlah PontrenMu sebagai upaya, solusi atas masalah ini,” kata Masykuri.
Masykuri mengingatkan, saat ini, pesantren telah diatur dengan undang-undang. Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh PontrenMu.
Tapi, Masykuri kembal menegaskan, pemenuhan rukun pesantren.
Ketua LP2M PP Muhammadiyah ini juga mengingatkan para Pemipin PontrenMu untuk terus mengaktualisasi data pesantren.
“Dari 28 PontrenMu yang ada di Sulsel, baru 14 yang punya NSPP. Kami di Pimpinan Pusat akan terus mendorong agar semua pesantren sudah punya NSPP dan kami akan terus memonitori itu,” ungkap Masykuri.
Aktualisasi data pesantren merupakan tantangan yang harus dijawab oleh PontrenMu. Tantangan yang harus terus dijawab juga, lanjut Musykari adalah semakin berkurang kader ulama di Persyarikatan.
“Kita harus menyadari bahwa yang harus dilakukan saat ini memang adalah pengembangan SDM. Kata pepatah, yang terpenting adalah ‘the manbehind the gun’. Secanggih apa pun senjatanya, yang tidak kalah penting adalah bagaimana orang yang mengoperasikan alat itu,” tutup Musykari.