Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM PendidikanBerita

Andai Kualitas dan Syiar Sekolah Muhammadiyah Bagus, “Polemik PPDB” Bukan Masalah

×

Andai Kualitas dan Syiar Sekolah Muhammadiyah Bagus, “Polemik PPDB” Bukan Masalah

Share this article

KHITTAH.CO, MAKASSAR- Polemik Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan eksistensi sekolah atau Madrasah Muhammadiyah memang sudah seharusnya dibincang mendalam, sebagai panggilan jiwa. Terlebih, sebagai kader Muhammadiyah yang bergelut di bidang pendidikan.

Terlebih, sekolah Muhammadiyah yang ada di Sulawesi Selatan, ditemukan, rata-rata tergolong dalam kategori mengkhawatirkan. Hal itu dikatakan oleh M Natsir, Wakil Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Makassar.

Ia beranggapan seperti itu berdasarkan pengalamannya lebih dari 10 tahun menjadi kepala sekolah Muhammadiyah dan assesor.

Kondisi memprihatinkan sekolah Muhammadiyah semakin besar, setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan terkait PPDB.

“Kita tahu, hampir di seluruh daerah di Sulawesi Selatan, dibangun banyak sekolah-sekolah negeri baru, ada juga yang menambah kelas-kelas baru, terutama untuk sekolah tingkat menengah, dan itu terkesan sangat dipaksakan, menurut saya,” ungkap dia.

Menurut Natsir, kebijakan itu dampaknya akan memojokkan dan menyulitkan sekolah-sekolah swasta, termasuk lembaga pendidikan Muhammadiyah.

Kondisi itu merupakan tantangan besar bagi sekolah Muhammadiyah. Pasalnya, keberlangsungan sekolah Muhammadiyah sangat bergantung pada penerimaan peserta didik baru.

Karena itulah, Natsir menekankan, kekurangan sekolah Muhammadiyah yaitu syiar, harus menjadi perhatian serius. “Kita harus upayakan segala program sekolah kita, prestasinya, syiarnya tersebar sampai keluar,” kata dia.

Hal itu ia sampaikan dalam Bincang-Bincang Pendidikan Muhammadiyah, pada Selasa, 11 Juli 2023 malam secara daring.

Forum diskusi itu mengangkat tema “Eksistensi Sekolah/ Madrasah Muhammadiyah di Tengah Polemik PPDB”.

Wakil Ketua PWM Sulsel, Pantja Nur Wahidin, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Sulsel Erwin Akib, dan Wakil Direktur Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara, Muh Natsir menjadi pembicara dalam forum itu.

Natsir membagi pengalamannya, saat masih menjabat Kepala SMK Muhammadiyah Bontoala. Ketika dirinya pertama kali menangani sekolah itu, siswanya hanya 11 orang. Ketika periodenya selesai, ia meninggalkan 1042 siswa pada 2015.

“Pencapaian itu karena seluruh aktivitas dan prestasi SMK Muhammadiyah Bontoala kita pertontonkan kepada seluruh warga Kota Makassar, sehingga akhirnya, masyarakat kita yang mencari sekolah kita. Ini yang hilang sekarang,” ungkap dia.

Karena itulah, menurut dia, kelemahan terkait syiar itu harus diatasi oleh seluruh pengelola sekolah.

Seandainya sejak awal syiar terkait sekolah dan perbaikan kualitas itu dilakukan, maka sekolah Muhammadiyah tidak akan terancam terkait kebijakan PPDB itu.

Menjawab Kebutuhan

Selain itu, kata Natsir, sekolah Muhammadiyah sudah harus mempelajari kelebihan-kelebihan sekolah pesaingnya.

“Pernahkah kita menggali, siapa pesaing-pesaing kita? Mampukah kita bersaing dengan mereka, dengan sekolah yang dibangun pemerintah? Jangan sampai, sesama sekolah swasta, kita sudah tidak mampu bersaing,” kata dia.

Ia juga menekankan, Majelis Dikdasmen dan kepala sekolah Muhammadiyah sudah harus memetakan tindakan yang harus dilakukan sebagai upaya menjawab tantangan dan masalah yang dihadapi.

“Kita juga mesti merefleksi diri, apakah sekolah kita ini memang masih dibutuhkan oleh masyarakat. Kita ini pelayan kepada masyarakat, ibaratnya punya pabrik yang menghasilkan sesuatu, tapi apakah yang kita hasilkan ini memang dibutuhkan masyarakat yang ada sekitar kita? Pernahkah kita memikirkan begitu?”

Jangan sampai, lanjut Natsir, masyarakat tidak membutuhkan sekolah Muhammadiyah. “Apa yang dibutuhkan masyarakat dari sekolah kita? Jangan sampai kita memberikan sesuatu yang tidak dibutuhkan? Jika kita tidak memberikan yang masyarakat butuhkan, tentu kita akan tertolak,” kata dia.

Natsir juga mencontohkan, Pondok Pesantren Darul Arqam Gombara yang kini jumlah peminatnya semakin meningkat.

Hal itu karena pesantren itu mengikuti tren yang menjawab keinginan masyarakat, seperti tahfidz dan pengetahuan keagamaan yang mendalam.

“Dengan kita mengubah, melakukan inovasi dengan sistem, selama tiga bulan tanpa pelajaran lain, ternyata ini yang dibutuhkan, dicari masyarakat. Sehingga kini, 30 Mei kita sudah tutup PPDB, sampai tadi pagi masih ada yang menelepon mau mendaftar, tandas dia.

Sekolah kejuruan juga harus demikian. Ia menegaskan, orang yang masuk ke sekolah vokasi, itu karena menginginkan keterampilan, bukan pengetahuan umum.

“Kalau mau anaknya terampil, kita perbanyak praktik. Itu terjadi kalau guru praktik tersedia, sarana praktik tersedia, sehingga skill-nya tercapai,” tegas dia.

Menanggapi pemaparan Natsir, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Sulsel, Erwin Akib mengatakan, pihaknya memang mendamba sekolah Muhammadiyah yang bisa lebih kreatif.

Ia mengungkapkan, untuk mencapai dampak yang jauh lebih positif memang harus melakukan perubahan dengan keluar dari zona nyaman.

Termasuk, lanjut dia, terkait pemilihan kepala sekolah. “Jangan sampai karena ada A, B, C, kita menyampingkan orang yang benar-benar profesional, yang bisa menjadi aktor utama dalam memotori pembelajaran di sekolah-sekolah Muhammadiyah,” kata dia.

Erwin juga mengungkapkan, Majelis Dikdasmen PWM Sulsel akan lebih sering menghelat diskusi terbuka terkait pendidikan Muhammadiyah, tidak hanya terkait PPDB.

Hal itu untuk mengurai permasalahan-permasalahan yang dihadapi sekolah Muhammadiyah di lapangan dan berupaya untuk merembukkan jalan keluarnya.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply