KHITTAH.CO, MAKASSAR – PSSI resmi memberhentikan pelatih kepala Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY), pada Senin, 6 Januari 2025. Bukan tanpa alasan, PSSI mengganti STY dengan harapan Timnas dapat memenuhi target lolos ke Piala Dunia 2026. Saat ini beredar luas informasi bahwa kandidat kuat pengganti STY adalah Patrick Kluivert.
Sebagaimana diketahui, STY yang memimpin sejak 2019, telah membawa Timnas Indonesia ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dan mencetak sejarah dengan lolos ke Piala Asia setelah 16 tahun absen. Sementara itu, Patrick Kluivert, legenda sepak bola Belanda, dikenal sebagai pemain hebat, meski karier kepelatihannya masih terbatas.
Pengamat sepakbola Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Syahban Nur menyampaikan analisis perbandingan dan dampak dari perubahan pelatih ini saat dihubungi Selasa, 7 Januari 2025.
Perbandingan Pengalaman Internasional
“Shin Tae-yong memiliki rekam jejak panjang dalam melatih tim nasional, termasuk pengalaman di Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019. Sementara Kluivert lebih banyak berperan sebagai asisten pelatih, termasuk di tim nasional Belanda, serta sempat melatih Kurasao,” jelas Syahban.
Menurutnya, pengalaman STY yang kaya di turnamen besar memberi keuntungan dalam membangun strategi bertahan dan memperkuat tim. Di sisi lain, Kluivert diharapkan membawa filosofi permainan menyerang yang inovatif.
“Shin Tae-yong cenderung fokus pada strategi bertahan dengan formasi 4-2-3-1 atau 4-1-4-1, yang mengandalkan kecepatan pemain sayap. Sementara Kluivert kemungkinan besar akan menerapkan 4-3-3 dengan menonjolkan kreativitas pemain tengah,” ungkap dia.
Perbedaan filosofi ini, menurut Syahban, bisa menghasilkan gaya permainan baru untuk Timnas Indonesia. “Namun, transisi dari gaya bertahan ke permainan menyerang bisa jadi tantangan, terutama dalam waktu singkat,” tutur dia.
Syahban juga menyoroti pentingnya kemampuan pelatih dalam beradaptasi dengan budaya lokal. “Shin Tae-yong menunjukkan kemampuan komunikasi yang baik dengan pemain Indonesia. Bagi Kluivert, ini akan menjadi ujian besar, mengingat perbedaan kultur sepak bola Eropa dan Asia.”
Pergantian ini, kata Syahban, berpotensi membawa dampak positif maupun negatif. “Di satu sisi, perubahan strategi bisa menyegarkan tim. Di sisi lain, adaptasi dengan gaya baru membutuhkan waktu dan bisa menghambat target jangka pendek,” ujar Syahban.
Mampukah Kluivert Mewujudkan Target Piala Dunia 2026?
Ketika ditanya tentang peluang Kluivert untuk membawa Indonesia ke Piala Dunia, Syahban menjawab diplomatis. “Terlalu dini untuk menilai. Kluivert memiliki nama besar, tetapi sepak bola adalah tentang implementasi taktik, bukan hanya reputasi,” tegas dia.
Termasuk, kata Syahban, sukses tidak hanya bergantung pada pelatih, tetapi juga dukungan infrastruktur, manajemen, dan komitmen pemain.
“Ini adalah momen penting. PSSI harus memastikan transisi ini berjalan mulus agar tidak mengorbankan momentum yang telah dibangun oleh Shin Tae-yong,” tutup Syahban. (Rls)