Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Asa Menggiatkan Seni, Budaya, dan Olahraga Muhammadiyah Sulsel

×

Asa Menggiatkan Seni, Budaya, dan Olahraga Muhammadiyah Sulsel

Share this article
Ketua LSBO PWM Sulsel, Andi Baetal Muqaddas (sumber foto: zh)

KHITTAH.CO, MAKASSAR– Paling tidak, sejak 2003, Persyarikatan Muhammadiyah menegaskan diri tidak alergi terhadap kesenian. Demikian pula dengan praktik-praktik kebudayaan. Asal tidak melanggar syariat.

Hasil Tanwir Muhammadiyah 2002 di Denpasar, Bali, menegaskan Muhammadiyah meyakini Quran dan Sunah Nabi ditambah gagasan pembaharuan KH Ahmad Dahlan telah menunjukkan pendekatan kultural dalam dakwah.

Hasil Tanwir yang bertajuk Dakwah Kultural Muhammadiyah itu menyebut, proses turunnya Quran yang mengambil waktu selama 23 tahun adalah untuk merespons masalah aktual yang dihadapi Rasulullah dan umatnya saat itu.

Karena itulah, Risalah Rasulullah dapat dikatakan sebagai aksi kebudayaan dan kemanusiaan.

Quran juga tidak menegasikan seluruh kultur yang sudah berkembang maupun yang sedang berkembang.

Bahkan dalam beberapa hal, Quran memberikan afirmasi, melegitimasi, dan menspiritualisasi dengan nilai-nilai Islami. Demikian pula Sunah Rasul yang lahir dari proses dialogis dan refleksi atas tradisi dan kehidupan masyarakat saat itu.

Kultur masyarakat, baik masyarakat tani, nelayan, dan pedesaan, masyarakat perkotaan, serta metropolitan semuanya tidak dapat dilepaskan dari kesenian.

Muhammadiyah meyakini, beragama Islam tidak harus jauh dari dunia seni dan bersikap anti kesenian. Jika beragama Islam merupakan fitrah manusia, maka berkesenian pun adalah naluri manusia.

Persyarikatan merumuskan tiga strategi pengembangan seni. Pertama, pendekatan tekstual terhadap teks-teks keagamaan, baik Quran, Sunah, maupun fikih kebudayaan atau fikih kesenian yang melihat entitas seni sebagai keniscayaan (wad’i).

Kedua, pendekatan kontekstual terhadap fenomena kultural, termasuk kesenian. Ketiga, pendekatan esoterik untuk menyingkap rahasia di balik tabir ekspresi Lahir iyah seni dan menemukan perjumpaan estetik untuk peningkatan rohani manusia.

Dari pendekatan esoterik itulah kita dapat memahami dari dalam keberadaan seniman, komunitas seniman dengan penuh empati dan simpati.

Bagaimana dengan Gerakan SBO Sulsel?

Berkaca dari kondisi Lembaga Seni, Budaya, dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel periode lalu, kita tidak bisa memampang wajah riang.

Pasalnya, pendirian LSBO di sejumlah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) bisa dihitung hanya dengan jari, itu pun satu tangan.

Ketua LSBO PWM Sulsel, Andi Baetal Muqaddas mengiyakan itu. “Jadi, bukan tidak ada. Ada beberapa PDM yang membentuk LSBO, tapi memang tidak aktif,” kata dia.

Ia mensinyalir masih banyak pengurus Persyarikatan yang masih takut berkesenian. Masih ada mubalig Muhammadiyah yang bersikap keras terhadap tari-tarian dan musik. Demikian pula apresiasi terhadap budaya lokal.

Pasifnya LSBO PDM juga karena mereka memandang sebelah mata lembaga tersebut. Tidak dapat dimungkiri, masih ada anggapan kuat bahwa lembaga tidak perlu didirikan, berbeda dengan majelis.

Hal itu ia sampaikan saat dijumpai di sela-sela acara Pengukuhan dan Peneguhan Ideologi Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Se-Sulsel, di Hotel Aryaduta Makassar, pada Sabtu, 8 Juli 2023 lalu.

Meski demikian, Ia merajut erat optimisme atas LSBO PPWM Sulsel Periode 2022–2027. Terlebih, pada periode ini, sejumlah seniman, budayawan, dan akademisi dari UNHAS, UNM, UIN Alauddin, dan Unismuh Makassar melibatkan diri.

Ia meyakini hal itu karena pada saat menggelar rapat perdana, para pengurus baru LSBO itu hadir maksimal.

Rapat itu merupakan serah terima dan konsolidasi antara pengurus lama dan pengurus baru LSBO PWM Sulsel. Rapat dihelat di rumah pengurus LSBO periode sebelumnya, Usman Lonta.

Tidak hanya itu, saat pengukuhan pengurus majelis/lembaga, pengurus LSBO hadir lengkap, sehingga didapuk sebagai pengurus delegasi terbanyak.

Gerakan SBO Kekinian

Ketua LSBO PWM Sulsel menegaskan, bahwa Muhammadiyah sebenarnya merupakan rahim yang melahirkan sejumlah sastrawan, seniman, dan budayawan. Demikian pula atlet olahraga.

Sayangnya, kata dia, mereka tidak terorganisasi dalam Persyarikatan dengan baik. Karena itulah, pihaknya berkomitmen untuk mewadahi para kader dan warga Muhammadiyah yang memiliki bakat-minat dalam bidang seni, budaya, dan olahraga.

LSBO PWM Sulsel sedang merancang program seni, budaya, dan olahraga kekinian yang menyasar kader muda Persyarikatan.

Itu merupakan strategi untuk menggeliatkan aktivitas SBO Muhammadiyah Sulsel. “Yang pasti kami tidak mau vakum seperti kemarin. Karena itu, kami melakukan pemetaan wilayah seni, budaya, dan olahraga untuk membuat event tahunan,” tegas dia.

Ia menyebut, paling tidak, pihaknya akan merutinkan perhelatan dialog kebudayaan dan kesenian. “Ini untuk mengedukasi, bagaimana seni dalam Muhammadiyah,” kata Etal.

Tidak hanya dialog, LSBO PWM Sulsel juga merancang perhelatan kesenian, bahkan festival. “Ini akan kita bawa ke rapat pimpinan, rapat kerja,” kata dia.

Pihaknya juga akan mendesak PDM se-Sulsel untuk mendirikan LSBO. “Meski benar, lembaga memang berdasarkan kebutuhan, tapi seni, budaya, olahraga ini suatu keniscayaan dalam Muhammadiyah, dan itulah yang menjadi dakwah kultural. Jadi LSBO itu harus ada,” kata Etal.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply