Oleh: Askarim*
Semua seakan merasa terbaik dan terindah jika kita ingin jujur pada diri sendiri, namun seakan buliran kata itu terpangkas dan terhempas di gersangnya Padang kehampaan kala target dan impian berbanding lurus dengan impian yang terpampang di beranda realitas. Tandusnya dan karamnya mimpi dan impian bukan semata karena bobot mimpi dan impian berkurang namun karena kita terlalu mengharap imaji hingga lupa kaki belum meretas alam kehidupan, terdepaknya kita dalam alunan realitas karena maksinalitas belum tertanam dengan baik.
Komunikasi yang terjalin hanya sebatas impian dan angan-angan yang dibalut dengan kata seandainya, barangkali dan banyak lagi lilitan kata yang mengiris sedikit demi sedikit ruang sadar kita bahkan mengebiri seluruh relung yang ada. Jangan cuma bermimpi tapi buktikan, bukankah cara terbaik meramalkan juntaian masa depan sehingga berbentuk nyata adalah dengan menciptakan masa depan itu sendiri.
Jangan terpaku pada manisnya mimpi tapi belum bisa melaju dengan move-on, kita adalah pencetak masa depan terbaik, namun untuk mencapai titik masa depan tentunya perlu aktualisasi dan tindakan dan perbuatan yang baik. Berapa banyak pembelajaran nyata dari beranda kehidupan kita namun kita abaikan karena kita lebih nyaman menyapa mereka yang berhasil ketimbang di sapa sebagai pribadi yang sukses. Kita lebih merasa bangga dengan menjadi bagian dari keberhasilan keluarga dan tetek bengek yang lainnya.
Dengan santainya dan angkuhnya terkadang kita merasa sebagai pribadi itu sendiri, dengan menempel asesories keberhasilan teman atau keluarga di depan kaca mobil atau didinding ruang tamu kita dan dengan enteng kita merasa akan selalu aman di bawah bayang kekuatan sanak famili kita. Jangan heran bila kita berhadapan dengan keluarga mereka yang terpandang lebih galak dari pemilik kuasa itu sendiri, karena kita nyaman berada dalam ketiak kekuasaan yang ada.
Padahal cara kita merawat keberhasilan yang salah, kita lebih nyaman bermain dengan ilusi, ketimbang kita berjuang dengan derasnya lelah yang mendera untuk sebuah masa depan yang lebih baik, sebab masa depan diraih bukan dengan mendekap kepasrahan sebagai baju penghangat atau cuma berdiam diri tampa melakukan apa. Coba kita belajar mendengar dan menyimak kisah keberhasilan orang-orang yang duduk di tampuk kuasa dan mereka yang memiliki benefit berlipat-lipat, mereka tidak mudah mencapai posisi tersebut, bahkan mereka harus rela menderita untuk sebuah masa depan yang lebih baik.
Namun sejauh ini tidak ada kata terlambat selama kita memiliki tekad yang kuat, bukan sebagai bayangan dan bukan sekedar pemipi unggul. Aktor yang dekat dengan kesuksesan adalah mereka yang mau mendisiplinkan dirinya dan mencintai pekerjaannya dengan tampilan yang total terhadap cita-cita yang ingin mereka raih, mereka pribadi pekerja keras dan selalu menabur kebaikan yang konsisten. Tetap produktif dalam meretas alam yang berisik.
* Penulis buku Fiksi, dan Non Fiksi. Guru SMA Negeri 3 Bantaeng