KHITTAH.CO, MAKASSAR – Selamat! umat Islam kini telah memasuki tahun baru 1446 Hijriah. Banyak keinginan yang diharapkan oleh umat Islam agar tercapai di tahun ini.
Tak ketinggalan, ketua PW Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Ambo Asse mengajak seluruh umat muslim agar mengakhiri perbedaan dalam menetapkan bulan Kamariah.
“Muhammadiyah mengajak kepada segenap umat Muslim untuk beralih menggunakan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sebagai awal peradaban baru,” tutur Ambo, Ahad, 7 Juli 2024.
Ia memimpikan umat Muslim bersatu dalam payung KHGT. Tujuannya adalah untuk menyatukan persepsi dalam menetapkan waktu pelaksanaan ibadah terkait bulan Kamariah dan bermuamalah duniawiyah (bertransaksi dan berjanji tepat waktu). Termasuk penetapan waktu ibadah puasa yang kerap kali berbeda setiap tahunnya.
“Penetapan kalender hijriah merupakan sunnatullah, dengan memanfaatkan gerak benda-benda langit (bulan mengelilingi bumi, dan bumi mengelilingi matahari),” ujar dia.
Ambo lalu menjelaskan tentang mekanisme gerak bulan yang menjadi acuan dalam penetapan bulan Kamariah.
“Bulan berawal dengan hilal yang tipis, setiap hari bertambah tebal sampai bulat sempurna, kemudian berubah kembali menjadi tipis dan kembali menjadi gelap sempurna untuk kembali menjadi bulan baru. Berlangsung terus tanpa henti sesuai ketentuan Allah yang telah menetapkan perjalanannya yang perlu diketahui menurut ilmunya,” papar dia.
Dia lalu menegaskan agar awal tahun baru 1446 H dijadikan sebagai momen untuk saling mendekatkan antarsesama untuk mewujudkan masyarakat Islam.
“Selamat Memasuki Tahun Baru Hijriah dengan meneguhkan sikap beragama yang bersinergi dan berkolaborasi dengan sesama muslim yang istiqomah pada prinsip tauhid dan berittiba’ kepada Rasulullah. Kita harus berdamai dengan umat manusia secara umum untuk mewujudkan kehidupan Islam yang rahmatan lil ‘alamin untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dalam kehidupan,” tandas Ambo.
Penting diketahui, dalam ilmu falak (ilmu yang mempelajari lintasan benda langit) hisab berarti perhitungan posisi geometris bulan dan matahari. Hisab sendiri tak ada hubungannya dengan penampakan atau perhitungan awal bulan dengan melihat benda-benda langit menggunakan teropong dan sejenisnya.
Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Rahmadi Wibowo menyebut semangat yang ditunjukkan Al-Qur’an dalam menentukan awal bulan adalah penggunaan metode hisab, bukan rukyat.
Ia lalu menyitir salah satu ayat Al-Qur’an surat Ar Rahman ayat 5 yang mengandung isyarat yang jelas kepada hisab. Pada ayat lain, kata dia, tepatnya pada surat Yunus ayat 5 berisi penegasan tentang perhitungan gerak matahari dan bulan berguna untuk mengetahui bilangan dan perhitungan waktu.
Hal mendukung lainnya berupa hadis-hadis Nabi Muhammad SAW tentang perintah menggunakan rukyat adalah perintah berillat. Seperti diketahui, illat adalah alasan dibalik penetapan suatu hukum.
Dalam hal hadis tentang penentuan awal hijriah, illatnya adalah kondisi umat pada saat itu yang belum mengenal baca tulis dan hisab (ummi). Sehingga Nabi Muhammad SAW memerintahkan sarana yang tersedia kala itu, yakni rukyat.
Lagi pula, kata dia, rukyat bukan bagian dari ibadah mahda, melainkan sarana untuk menentukan waktu. Sebagai alat, rukyat dapat diubah dengan model penghitungan secara eksak demi tercapainya suatu tujuan.
Keterangan lainnya, hadis Nabi SAW tentang penentuan awal bulan, termasuk Ramadhan yang menjadi ibadah mahda adalah puasa, bukan rukyat.
“Saya kira persoalan ini banyak sekali ditulis para ulama kontemporer seperti syaikh Yusuf Al Qaradawi dan Prof Syamsul Anwar bahwa rukyat bukan ibadah mahda. Artinya ia hanya sarana. Sehingga tidak melakukan rukyat berarti tidak melanggar syariat,” ujar Rahmadi dalam Pengajian Tarjih beberapa waktu lalu.
Karena itu, Muhammadiyah bersama 16 anggota negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) akan menggunakan KHGT mulai 1446 H.