Oleh: Muhammad Chirzin*
KHITTAH.CO, – Berkat nikmat Allah swt dan karunia-Nya kita dapat menjalani bulan Ramadhan dengan berpuasa, shalat tarawih, tadarus Al-Quran, i’tikaf, infaq, shadaqah dan kebajikan-kebajikan lain. Semoga shalawat dan salam terlimpah atas Rasulullah saw dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Idul Fitri tahun ini masih dalam bayang-bayang pandemi. Tetap setia menerapkan protokol kesehatan: mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas. Semoga kita tabah menghadapi ujian, dan Allah swt segera mengangkat pandemi dari negeri ini.
Allah swt mendidik manusia dengan puasa untuk memerdekakan dari penjajahan hawa nafsu. Siapa yang masih memperturutkan hawa nafsu, termasuk nafsu untuk terus berkuasa, berarti ia belum benar-benar berpuasa. Tolok ukur kemuliaan manusia di hadapan Allah swt adalah taqwa.
Hai manusia, Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya saling mengenal. Sungguh, orang yang paling mulia di antara kamu di hadapan Allah ialah yang paling bertakwa. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS Al-Hujurat/49:13).
Takwa mengandung nilai sabar, tawakal, ridha, dan berani karena Allah swt. Orang bertakwa memelihara diri dari dosa, maksiat kepada Allah, dan kepada makhluk-Nya, serta mampu menangkal kejahatan yang merusak diri sendiri dan orang lain.
Wahai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan takwa yang sesungguhnya, dan janganlah mati kecuali dalam Islam; dan berpegang teguhlah pada tali Allah dan jangan berpecah belah… (QS Ali Imran/3:102-103).
Orang bertakwa tabah dalam penderitaan, mensyukuri nikmat Allah, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram; memohon pertolongan kepada Allah, dan bertawakal kepada-Nya, menepati janji, jujur, satu kata dan perbuatan, mengajak kepada kebaikan, melarang berbuat mungkar, berlaku adil, memelihara hubungan baik antar sesama, dan berjuang di jalan Allah.
Orang bertakwa berani mengatakan yang benar adalah benar, dan yang salah adalah salah; mampu membedakan yang haq dan yang batil dengan pikiran, perkataan, dan perbuatan. Semua gerak gerik, kehidupan lahir dan batin tertuju kepada Allah semata. Tak ada yang lebih ia cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjuang pada jalan-Nya.
Katakanlah, “Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasangan hidupmu, keluargamu terdekat, kekayaan yang kamu peroleh, perdagangan yang kamu kuatirkan tidak laku, dan tempat kediaman yang kamu sukai – lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya, dan dari berjihad di jalan Allah;- maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Allah tidak membimbing orang yang menyepelekan ajaran-Nya (QS At-Taubah/9:24).
Allah Swt mengajarkan aneka kebajikan sebagai bentuk ketakwaan.
Kebaikan itu bukan menghadapkan muka ke timur atau ke barat; tetapi kebaikan ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, para malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintai kepada para kerabat, anak-anak yatim, fakir-miskin, orang dalam perjalanan, dan orang yang meminta-minta, serta untuk memerdekakan hamba sahaya; mendirikan shalat dan menunaikan zakat; memenuhi janji bila berjanji, dan sabar dalam penderitaan, kesengsaraan, dan dalam suasana kacau. Mereka itulah orang yang benar; dan mereka itulah orang yang bertakwa. (Al-Baqarah/2:177)
Rasulullah saw bersabda,
“Apabila amanah sudah disia-siakan, tunggulah datangnya kiamat.” Ada yang bertanya, “Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw menjawab, “Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, tunggulah kiamat – kehancuran akan terjadi.” (HR Bukhari).
“Pemimpin adalah perisai rakyat dalam menghadapi musuh, dan pelindung mereka. Jika mengajak kepada ketakwaan dan bersikap adil, pemimpin itu bermanfaat bagi rakyat, tetapi jika memerintahkan selain itu, ia musibah bagi rakyatnya.” (HR Muslim).
“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai, dan mereka pun mencintai kalian; mereka mendoakan kalian, dan kalian pun mendoakan mereka; sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian benci, dan mereka pun membenci kalian; kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian.” (Dari ‘Auf bin Malik RA).
“Ya Allah, siapa yang memegang urusan umatku lalu mempersulit mereka, maka persulitlah urusannya, dan siapa yang memegangi urusan umatku lalu mempermudah mereka, maka permudahlah urusannya.” (HR Muslim).
“Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar, dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaknya.” (HR Bukhari).
“Sungguh akan datang pada hari kiamat seorang laki-laki besar dan gemuk, di hadapan Allah ia tidak sampai seberat timbangan sayap nyamuk. Jika kau mau bacalah ayat: falaa nuqiimu lahum yaumal qiyamati waznaa – dan amal mereka pada hari kiamat tidak Kami hargai.” (HR Bukhari).
“Siapa yang melepaskan muslim dari kesusahan dunia, niscaya Allah melepaskannya dari kesusahan hari kiamat; siapa memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah swt memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan siapa menutupi aib muslim, niscaya Allah swt menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah swt senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR Muslim).
Umar bin Khaththab berkata, “Penguasa paling celaka adalah yang membuat rakyatnya sengsara.”
“Muslim yang tidak pedulikan politik akan dipimpin oleh politikus yang tidak pedulikan orang Islam.” (Necmettin Erbakan)
“Yang berbudi baik akan selamat, dan yang keji akan hancur berkeping-keping.” (Jalaluddin Rumi)
Rasulullah saw berpesan, “Gunakan yang lima sebelum yang lima: muda sebelum tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum miskin, luang sebelum sibuk, hidup sebelum mati.”
Allah swt berfirman, … Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah, dan apa yang dilarang tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah; sungguh Allah sangat dahsyat hukumannya. (QS Al-Hasyr/59:7)
Tak ada baiknya ucapan tanpa pengamalan,
Pengetahuan tanpa ketakwaan,
Sedekah tanpa ketulusan,
Kekayaan tanpa kedermawanan.
Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tak akan bahagia.
Keadilan, kebenaran, dan kebebasan, itulah pangkal kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah keharmonisan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Berbahagialah atas apa yang kaudapat hari ini, dan berusaha serta mohonlah kepada Allah swt untuk kebaikan hari esok.
Siapa yang bertakwa dilindungi Allah,
Siapa yang bertawakal dicukupkan kebutuhannya,
Siapa yang bersyukur ditambah rezekinya,
Siapa yang bersedekah dilipatgandakan balasannya.
*Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga, Dosen Program S3 Psikologi Pendidikan Islam UMY, dan Kajian Kitab Tarsir Fakultas Agama Islam UAD, anggota Tim Penyusun Tafsir Al-Quran Tematik dan Revisi Al-Quran dan Terjemahnya Kementerian Agama RI, penulis trilogi Kamus Pintar Al-Quran, Kearifan Al-Quran, dan Nur ‘Ala Nur: Sepuluh Temua Utama Al-Quran (Jakarta: Gramedia, cetak ulang 20219), dan 60an buku lainnya.