Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Buah Sebuah Keikhlasan

×

Buah Sebuah Keikhlasan

Share this article

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

Tulisan ini mencoba mengelaborasi kisah Kiai Dahlan ketika sekolah yang didirikannya kehabisan biaya, sehingga guru-guru tidak lagi menerima gaji. Kisah ini digambarkan paling tidak ada tiga versi, yang boleh jadi ketiga versi tersebut memiliki kebenaran dengan atau memiliki irisan, yang pada intinya menggambarkan keikhlasan Kiai Dahlan dalam mempersiapkan generasi masa depan melalui Lembaga Pendidikan.

Sekolah Muhammadiyah saat itu mulai mengalami perkembangan, di samping harus menambah kelas juga diperlukan guru profesional dalam hal ini mumpuni dan memiliki kewenangan mengajar sesuai aturan saat itu. Namun, dalam perjalanannya terjadi kekurangan belanja untuk menggaji guru tersebut, sehingga terjadi penunggakan pembayaran selama satu tahun, bila dikalkulasi terdapat kekuarangan sekitar f 300 sampai f 400.

Keadaan ini membuat Kiai Dahlan tidak sampai hati menangguhkan lagi pembayaran gaji terhadap guru-guru. Untuk mengatasi hal tersebut, Kiai Dahlan berencana melelang barang-barang yang ada di rumahnya, termasuk pakaian yang beliau miliki. Metode lelang dan cara mendatangkan orang ini kemudian terdapat tiga versi, ada versi gentongan seperti digambarkan dalam film sang pencerah, versi pemanggilan orang kikir ke rumah Kiai Dahlan, dan versi yang disampaikan oleh kiai Syuja, murid Kiai Dahlan dalam buku Islam Berkemajuan: Kisah Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah Masa Awal.

Kiai Syuja menggambarkan, bahwa Kiai Dahlan mengundang kawan pengurus Muhammadiyah untuk mendaftar barang alat rumah tangga Kiai Dahlan, mulai dari barang yang kecil-kecil, barang rumah tangga, meja, kursi, bangku, kaca tembok, jam tembok, kapstok, dan lain-lain. Dari barang-barang pakaian mulai trompah, karsanah, kain sarung plekat, jubah, dan surban-surban kecuali satu surban, satu jas, dua baju dalam, dan dua sarung lama. Seolah-olah Kiai Dahlan bertelanjang diri dan bertelanjang rumah sampai bulat. Hanya Kiai Dahlan berjanji seberapa dapat f 60 buat beliau, untuk membayar utang dan lain.

Setelah proses lelang selesai, barang-barang milik Kiai Dahlan yang dilelang telah habis terjual menurut catatan Kiai Syuja, hasil penjualan terkumpul uang sebanyak f 4000 lebih sedikit, padahal menurut taksiran, diperkirakan barang-barang tersebut seluruh hanya senilai f 400 – f 500. Dan, sesuai janjinya Kiai Dahlan hanya mengambil f 60 buat membayar utang dan lain-lain, selebihnya semua diserahkan dan menjadi milik Muhammadiyah.

Versi lain terkait lelang barang-barang milik Kiai Dahlan terkait cara Kiai Dahlan mendatangkan orang, diceritakan, bahwa Kiai Dahlan meminta kepada muridnya mengundang orang-orang kikir yang ada di sekitar Kauman. Mereka diundang ke rumah Kiai Dahlan pada malam hari, hari pertama mereka datang dan disajikan makanan untuk makan malam, tanpa ada pesan apa-apa dari Kiai Dahlan kemudian disuruh pulang, demikian juga malam kedua.

Pada malam ketiga, setelah selesai makan, salah seorang dari mereka bertanya ke Kiai Dahlan, apa maksud pak Kiai mengundang kami ke sini, setelah disajikan makanan lalu kami diminta untuk pulang. Pada saat itulah Kiai Dahlan menyampaikan maksudnya, yaitu untuk melelang barang-barangnya untuk membayar gaji guru dan keperluan sekolah lainnya.

Kedua versi tersebut, memkili kesamaan dalam hal barang-barang hasil jualan yang kemudian oleh mereka dikembalikan ke Kiai Dahlan untuk tetap dipergunakan dan uang hasil penjualan tetap menjadi milik Muhammadiyah. Dari sini dapat diambil pelajaran, bahwa ketulusan Kiai Dahlan untuk mengorbankan hartanya demi memajukan pendidikan dan masa depan generasi. Kiai Dahlan yakin, bahwa pendidikan memiliki makna penting bagi masa depan generasi muda dan pengembangan dakwah Islam.

Dari kedua versi kisah tersebut, kalau dari sanadnya tentu versi kiai Syuja lebih valid walau mungkin versi kedua juga tidak salah, bisa jadi kiai Dahlan sengaja mendatangkan orang-orang kikir tersebut untuk memberi kesadaran pentingnya berbagi. Namun, terlepas dari cara pemanggilan orang dari versi yang berbeda, ada hal yang perlu kita jadikan pelajaran berharga dalam mengemban dakwah Islam khususnya melalui persyarikatan Muhammadiyah, tentu kita tidak perlu melelang barang-barang yang kita miliki layaknya Kiai Dahlan, tetapi bagaimana menjadikan harta yang ditipkan kepada kita untuk bermanfaat di jalan Allah, bagaimana kita tidak menjadi orang yang disindir Allah dalam Al-Quran, yaitu orang-orang yang suka mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.

Pelajaran lain yang dapat dipetik, bahwa pendidikan harus menjadi tangung jawab bersama antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Bahwa untuk mendakwahkan Islam membutuhkan pengorbanan harta demi kemajuan umat, Kiai Dahlan pernah mengatakan kurang lebih seperti ini “tidak perlu kamu berteriak rela mati demi membela Islam, karena tanpa kalian berteriak mau mati demi Islam pada saatnya juga akan mati, tetapi beranilah berkorban harta demi memajukan Agama Islam”.

Ketulusan Kiai Dahlan untuk melelang semua yang dia miliki untuk kemajuan pendidikan dan syiar Islam telah mengundang ketulusan-ketulusan berikutnya. Hal ini dapat dicermati ketika para warga yang telah membeli barang-barang milik Kiai Dahlan, lalu memgembalikan barang tersebut ke Kiai Dahlan untuk digunakan kembali, tanpa merasa rugi telah mengeluarkan uang. Demikian juga Kiai Dahlan yang hanya mengambil hasil penjualannya sebesar f 60 untuk membayar utang dan kebutuhan lain, sementara selebihnya sekitar f 3940 diserahkan ke Muhammadiyah dan menjadi milik Muhammadiyah, yang tentu digunakan untuk kepentingan kelanjuan pendidikan dan dakwah Islam melalui Persyarikatan Muhammadiyah

Ketulusan Kiai Dahlan dalam memajukan Pendidikan Muhammadiyah dan syiar agama Islam membuat Muhammadiyah hingga hari ini masih tetap eksis. Oleh karena itu, kita bisa katakan, bahwa Muhammadiyah bisa bertahan hingga lebih dari satu abad dengan berbagai amal usahanya, karena adanya orang-orang tulus yang mengurus Muhammadiyah dan Muhammadiyah bergerak dengan sistem yang tertata dengan rapi dengan manajemen modern.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply