KHITTAH.CO, Jakarta – MAARIF Institute kembali menyelenggarakan Jambore Pelajar Teladan Bangsa.
Kegiatan yang terhenti selama 2 tahun, pada 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19 ini berlangsung selama 4 hari, pada Selasa—Jumat, 27 – 30 Desember 2022 di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Dalam sambutan, Muhadjir Effendy selaku Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia mengingatkan para pelajar yang terpilih untuk menjaga semangat persatuan dan kebinekaan.
“Saya mendukung penuh kegiatan jambore pelajar ini sebagai upaya untuk membangun karakter bangsa. Ini sesuai dengan ideologi Pancasila. Pelajar disibukkan oleh ragam aktivitas yang positif,” ungkap Muhadjir.
Pada kesempatan itu, ia menyinggung berbagai ancaman yang membahayakan persatuan bangsa.
“Radikalisme dan intoleransi yang menyebar di media sosial dapat memecah kita. Oleh sebab itu, nilai-nilai yang diusung MAARIF Institute ini harus diterapkan segera. Berakhlak mulia, berpikir secara lokal-nasional-global, gotong royong, mandiri, kritis, dan kreatif, sejalan dengan apa yang digariskan oleh Kemenko PMK,” jelas Muhadjir.
Sementara itu, Abd. Rohim Ghazali selaku Direktur Eksekutif MAARIF Institute mengungkapkan bahwa kegiatan bertujuan untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan yang moderat, toleran, dan inklusif di kalangan pelajar.
“Tentu ini bukan hal yang mudah bagi peserta jambore untuk tinggal jauh dari orang tua. Mereka dituntut untuk mandiri dan mampu mengurus kebutuhannya sendiri. Harus mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan dan menyelesaikan tugas-tugas,” kata Rohim.
Ia menambahkan bahwa Jambore Pelajar Teladan Bangsa IX ini memiliki sisi positif dalam membangun karakter pelajar.
“Metode yang kami gunakan, yaitu model pembelajaran dalam dan luar ruangan serta memadukan model kompilasi teori dan praktik di lapangan. Harapan kami, dengan itu, akan memberikan konteks pada teks yang disajikan,” jelas Rohim.
Di sisi lain, Pipit Aidul Fitriya selaku Koordinator kegiatan Jambore Pelajar menyatakan bahwa untuk memperkuat nilai-nilai toleransi, diadakan dialog dengan kunjungan lintas agama.
“Di dalam ruangan itu seperti ceramah, pemutaran dan diskusi film. Kemudian, di luar ruangan, seperti simulasi, bermain peran, permainan edukatif, dan kunjungan kepada komunitas lintas agama dan budaya. Cara seperti itu, akan membuat peserta menjadi lebih bersemangat dan termotivasi dalam pembelajaran. Perjumpaan dengan beda keyakinan akan memperkuat toleransi,” ucap Pipit.
Dalam hal ini, Pipit menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan jambore ini ditujukan bagi generasi penerus agar dapat mewarisi cita-cita dan pemikiran inklusif.
“Buya selama hidupnya tak pernah berhenti menyuarakan nilai-nilai toleransi, pluralisme, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Diharapkan kegiatan seperti ini menjadi bagian dari pemecah masalah, problem solver dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Pipit.
Ia berharap gagasan Buya Syafii dapat menjadi spirit bagi para pelajar.
“Jejaring intelektual muda akan terbentuk dari berbagai daerah dan pelosok di Indonesia. Ini sebagai jangkar penyemaian berbagai ide dan gagasan besar Buya Syafii,” tutup Pipit.
Diketahui, Kegiatan dengan tujuan membangun ketahanan komunitas berbasis sekolah untuk para pelajar ini diikuti oleh 100 peserta yang berasal dari 59 kota/kabupaten, dan 21 provinsi di Indonesia.
Para peserta berasal dari Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.
(Rls/Adim)