Oleh: Muh Syainal Nur Ketua Umum PD IPM Kota Palopo.
KHITTAH.CO, KOTA PALOPO – Sejak 11 Maret 2020 oleh WHO Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi, Coronavirus menyerang hampir seluruh negara dibelahan dunia tidak terkecuali Indonesia. Hingga menimbulkan kepanikan dan trauma ditengah masyarakat, 19 April 2020.
Jika merujuk surat edaran dari BNPB yang menetapkan status darurat covid-19 di Indonesia sampai tanggal 29 mei 2020, Jumlah korban semakin bertambah tiap hari.
Social distancing, physical distancing dan work from home (WFH) dan usaha pencegahan lain gencar dilakukan seluruh pemerintah daerah. Sebagai bentuk implementasinya sekolah atau kampus diliburkan, kegiatan keramaian tidak diberikan, pelayanan pemerintahan dilakukan sesuai prosedur covid-19. Tentu saja kebijakan ini sangat memberatkan dan menghambat aktivitas semua kalangan, tidak terkecuali Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Sulawesi Selatan.
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) sebagai salah satu organisasi di Sulawesi Selatan yang fokus pada gerakan dakwah dengan basis pelajar, ditengah pandemi tentu saja membuat IPM di Sul-Sel berada pada posisi yang sulit, aktivitas organisasi mandek dan kegiatan-kegiatan harus ditunda hingga masa pandemi berakhir. Keadaan ini membuat redup eksistensi sebagai organisasi dakwah dikalangan pelajar, diperlukan critical thinking untuk membaca substansi masalah dan kreativitas PW IPM Sulsel untuk mencari penawar atau solusi gerakan.
Sebagai pimpinan ditingkat wilayah Sulawesi Selatan, wajar jika kita berharap banyak dari PW IPM SUL-SEL, apalagi jika melihat komposisi yang ada dalam struktural. Namun, Sampai hari ini bulan kedua pandemi, narasi-narasi edukasi dan metodologi yang kita harapkan untuk menghadapi kegagapan tak kunjung dihadirkan untuk menjawab problem ditengah pelajar Sulawesi Selatan.
Padahal sebagai organisasi pelajar dan terpelajar, menjadi tanggung jawab moril PW IPM Sul-Sel menyediakan narasi-narasi edukasi kepada pelajar sulawesi selatan mengenai covid-19 sebagai upaya pencegahan dan memutus rantai penyebaran dikalangan pelajar sulaweai selatan serta memberi saran metodologi kepada pimpinan daerah dan kader yang kemudian akan di ejawantahkan dalam bentuk aksi di daerahnya.
Jika dibandingkan dengan Pimpinan Daerah IPM di Sulawesi Selatan, Masing-masing PD melakukan proses kemandirian dalam mencari pengetahuan yang diperolah dari ketekunan belajar, semangat dan motivasi yang besar untuk tetap menebar kebermanfaatan ditengah masyarakat khususnya pelajar di daerah, Inovasi atas inisatif sendiri dengan kapabilitas yang jauh dibandingkan dengan PW IPM SULSEL.
Selaian itu PD Se Sulawesi Selatan Sangat massif melakukan kegiatan sosial menggalang bantuan untuk masyarakat terdampak covid-19. Disisi lain Meskipun diskusi daring juga beberapa kali dilakukan oleh PW IPM SULSEL, menurut saya secara pribadi jika hanya melakukan diskusi daring tetap saja ini masih jauh dari harapan mengingat otoritas pimpinan, kualitas dan kapabilitas yang lebih memadai dibandingkan pimpinan daerah.
Lagi-lagi harapan kita yang berlebihan hanya dibalas sebuah surat intruksi yang kosong nilai dan baliho digital personil pimpinan untuk stay home, tidak salah jika saya menyimpulkan bahwa PW IPM hanya berupaya untuk mendulang popularitas dan reputasi. pandemi menyerang organ paling vital dalam tubuh struktural PW IPM SULSEL sehinggga membuatnya surplus informasi tapi fakir metodologi.
Tentu saja ini akan menjadi raport merah bagi PW IPM SULSEL ditengah pandemi, Terlebih yang harus paling disoroti adalah Ikhwan Aulia sebagai Ketua Umum tidak betul-betul memainkan perannya. Kegagapan ini tentu tidak tanpa sebab, salah satunya ditenggarai ketua PW tidak fasih mengkomunikasikan dengan bidang-bidang untuk bekerja secara kolektif, dan dengan cepat berhenti. Seirama dengan itu sikap acuh personil Pimpinan Wilayah yang lain membuat situasi semakin memburuk, Sehingga yang muncul adalah egosentris dan bekerja sendiri-sendiri mengejar pengakuan dan popularitas.
Awal maret 2020 PW IPM SULSEL melaksanakan rapat pleno di Bantaeng untuk merefresh personil ditubuh struktural, akhir maret SK personil PW IPM sulsel baru didistribusi ke seluruh pimpinan daerah. Sayangnya pleno hanya mengupgrade personil bukan substansi dari struktural pimpinan.
Sedang Beberpa hari sebelum pleno, surat protes dan tidak percaya ketua umum Pimpinan wilayah dari PD IPM Palopo yang ditujukan kepada PW IPM SULSEL, sampai sekarang tidak juga pernah ditanggapi. Ini menambah sikap tidak respect apalagi melihat dan menilai apa yang dilakukan PW IPM SULSEL ditengah pandemi covid-19 di Sulawesi selatan.
Pandemi covid-19 tentu saja tidak akan mudah dan cepat berakhir jika tidak melibatkan semua kalangan, mengedepan kolektif dan kemanusian.
Tentu saja tulisan ini tidak hanya ditujukan untuk PW IPM SULSEL. Namun kepada seluruh Pimpinan organisasi yang memiliki kapabilitas untuk bisa memberi, terlebih kepada diri sendiri.
“Menerima amanah hukumnya sunnah, menjalankan amanah hukumnya wajib”. (*)