Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaTokoh

Dahlan Lamabawa Mengenang Ibu Rabihah Siddik yang Wafat Hari Ini

×

Dahlan Lamabawa Mengenang Ibu Rabihah Siddik yang Wafat Hari Ini

Share this article

KHITTAH.co, Makassar- Innalilaahi wa inna ilaihi raaji’un. Muhammadiyah Sulawesi Selatan kembali berduka.

Kali ini, istri alm. K.H. Djamaluddin Amien, St. Rabihah Siddik, mengembuskan napas terakhirnya. Dikabarkan, beliau meninggal dunia pukul 23.50 WITA di kediamannya, Jalan Tallasalapang Nomor 34 Makassar.

Atas wafatnya Ibu Rabihah, Ketua Majelis Tabllig Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Dr Dahlan Lamabawa memaparkan kenangannya. Berikut ini, paparan Mudir Pondok Pesantren Darul Falah Bissoloro, binaan Unismuh Makassar ini.

Saya mengenal almarhumah, ibu Hj.Rabihah, istri allahuyarham KH Djamaluddin Amien, yang wafat 12 Juni 2022 (tadi malam), sejak tahun 1992 saat masih MABA Unismuh Makassar pada Fakultas Ushuluddin (sebelum melebur menjadi FAI Prodi KPI 1994).

Saat itu, untuk pertama kalinya saya mengenal almarhumah ketika mengantar seorang teman MABA asal Bali yang hendak masuk Islam di rumah Pak Kyai bilangan Jl Sultan Alauddin, samping MAN Model sekarang.

Di antara 800 MABA kala itu, ada Iwayan Sulastri, MABA yang mendaftar di Fakultas Tarbiyah tapi masih beragama Hindu saat ikut OPSPEK di Kampus II Mappaoddang. Ia berniat untuk masuk Islam.

Karena bertetangga kost di Jalan Kumala, maka saya diminta temani ke rumah Pak Kyai yang saat itu menjabat Rektor Unismuh Makassar, selanjutnya Pak Membimbing Iwayan masuk Islam di Masjid Raya Makassar.

Seiring waktu, saya mengenal lebih dekat dan akrab dengan almarhumah, setelah suatu pagi di hari Selasa tahun 2006, pak Kyai (Ketua BPH) bersama Pak Ali Hakka (sekretaris BPH) menjemput saya di rumah kontrakan kami di Minasa Upa Blok K No.14 untuk ke Bissoloro.

Beliau menjemput saya untuk melihat lahan 75 hektar yang baru saja dibeli Unismuh. Setiba di lokasi, kami observasi lahan, bertemu, dan berbincang dengan seorang pengembala kambing usia SD.

Anak itu diajak berdialog oleh Pak Kiai. “Sekolah di mana, mengaji di mana, apa agamamu?” Semua pertanyaan itu dijawab dengan satu jawaban dalam bahasa Makassar ‘tena’ artinya tidak ada.

Usai Dialog itu, Pak Kyai langsung menyatakan niatnya kepada Pak Ali Hakka. “Baiknya, kita dirikan pesantren di sini dan Dahlan tolong siapkan Proposal Pendirian Pesantren untuk membina SMP!”

Hal ini selanjutnya dieksekusi oleh Rektor Unismuh kala itu, Prof Dr Irwan Akib dengan menetapkan pesantren ini sebagai Lab School Unismuh Makassar di Bissoloro.

Sejak itulah, hampir setiap pekan sesudah Salat Subuh, saya ke rumah Pak Kiai datang untuk berkonsultasi dan penandatanganan surat perihal Pesantren Unismuh di Bissoloro.

Pada kesempatan itulah saya selalu bertemu dengan almarhumah Ibu Rabihah di Jalan Tala’salapang.

Dari pertemuan ke pertemuan hingga pak Kiai wafat tahun 2016, kesan yang sangat kuat dan melekat dari almarhumah antara lain:

Keramahan khas orang pendiam. Keramahan almarhumah dapat dilihat dari sikap perhatian dan penuh riang pada tamunya yang tergambar dari gestur tubuhnya, seraya mempersilahkan masuk rumah dan membukakan pintu.

Posisi gelas saat Beliau menyuguhkan teh hangat, dengan memperhatikan posisi gelas dengan posisi duduk saya, memberi kesan, almarhumah tidak mau menyulitkan orang.

Ini terasa sekali, karena tempat pegangan gelas pun diputarnya hingga persis di posisi tangan kanan saya, dan tentu ini berlaku untuk tamu pak Kiai yang lainnya.

Almarhumah juga saya kenal sebagai orang yang pemurah dan penyayang. Setiap kali pamit, biasanya almarhumah bertanya, “Mauki ke Bissoloro?”

Apabila jawaban “iye”, maka dengan segera almarhumah memasukkan roti dari gerai jualannya ke dalam kantongan untuk diberikan kepada santri-santri di Bissoloro yang umumnya yatim dan dhuafa. Ini juga merupakan kebiasaan yang sama apabila saya bersama Pak Kiai ke Pondok. Selalu ada pemberiannya.

“Demikian antara lain kesan yang mendalam dari kebaikan almarhumah, teriring do’a: Allahunmaghfirlaha warhamha wa’afihi wa’fuanha,” tutup Dahlan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply