KHITTAH.co, Makassar- Pengajian Ramadan 1443 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulsel membincang terkait konsep Darul Ahdi Wa syahadah. Materi ini dibahas oleh Prof. Dr. Irwan Akib dan Dr. Abd. Rakhim Nanda, Ahad, 10 April 2022 di Balai Sidang Muktamar Unismuh Makassar.
Sekteraris PWM Sulsel, Prof. Dr. Irwan Akib mengungkapkan, Muhammadiyah adalah aktor utama lahirnya negara Republik Indonesia. Sejak awal berdiri, Muhammadiyah sudah memberdayakan umat melalui pendidikan dan gerakan sosial-keagamaan.
“Pemerintah sejak dahulu mengakui peran Kiai Dahlan dan Muhammadiyah dalam pencerahan bangsa dan negara ini. Karena itu, tidak boleh ada yang menampik peran Muhammadiyah di negeri ini,” tegas Prof. Irwan.
Mantan Rektor Unismuh Makassar ini mengingatkan peran Muhammadiyah dalam perumusan dasar negara ini melalui sumbangsih pemikiran Ki Bagus Hadikusumo.
Diketahui, Ki Bagus Hadikusumo merupakan Ketua Umum Muhammadiyah yang menjadi anggota BPUPKI dan PPKI. Peristiwa penghapusan tujuh kata pada sila pertama Pancasila sangat lekat dengan ulama Muhammadiyah ini, bersama Kasman Singodimedjo.
“Karena itu, Muhammadiyah bersaksi atas negara Pancasila dan berjuang menjadikan negara Pancasila menuju Indonesia Berkemajuan, sesuai kepribadiannya,” ungkap Prof. Irwan.
Ia mengingatkan, kepribadian Muhammadiyah selalu sejalan dengan dasar, asas, tujuan, cita-cita, dan konstitusi Indonesia. Ini terlihat jelas pada kepribadian Muhammadiyah yaitu (1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan; (2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah; (3) Lapang dada, luas pemandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
Kepribadian selanjutnya, (4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan; (5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah negara yang sah, dan (6) Amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik.
Kepribadian Muhammadiyah lainnya, (7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud islah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam; (8) Kerjasama dengan golongan Islam mana pun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, serta membela kepentingannya.
Selanjutnya, (9) Membantu Pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat yang Islam yang sebenarbenarnya; dan (10) Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.
Sementara itu, Dr. Rakhim Nanda mengungkapkan bahwa dengan diteguhkannya konsep Darul Ahdi Wasysyahadah pada Muktamar ke 47 pada 2015 di Makassar, merupakan bukti bahwa Persyarikatan Muhammadiyah bukanlah tamu di negeri ini.
Peranan Muhammadiyah untuk bangsa ini, lanjut Rakhim, berlandaskan pada kesadaran untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafuur. Karena itu, Muhammadiyah bekerja untuk menjadikan penduduk Indonesia beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Konsep Darul Ahdi Wa syahadah melahirkan komitmen bahwa Muhammadiyah harus selalu berjuang memproyeksikan Indonesia menjadi negara Pancasila yang maju, adil, makmur, bermartabat, berdaulat, dalam lindungan Allah.
“Jadi, ini tugas mulia sekaligus tugas berat yang diemban oleh kita semua pengurus Muhammadiyah. Kita harus mengambil porsi untuk bertanggung jawab,” ungkap Rakhim.
Wakil Rektor I Unismuh Makassar ini mengingatkan, Muhammadiyah menyadari bahwa Republik Indonesia yang merdeka pada 17 Agustus 1945 ini merupakan anugerah Allah Swt atas perjuangan seluruh rakyat.
“Ini termaktub dalam Pembukaan UUD Republik Indonesia di tiga alinea pertama dan juga sebangun dengan alinea pertama Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Kata kunci di pembukaan UUD itu merdeka sementara di Muqaddimah dikatakan sesungguhnya ke-Tuhanan itu adalah hak Allah Swt.” jelas Rakhim.
Rakhim menjelaskan, merdeka dalam konsep keber-Tuhanan adalah melepaskan kebergantungan kepada makhluk dan bergantung hanya kepada Allah.
“Jadi, senapas itu, bahasa Muhammadiyahnya, antara merdeka dan hak keber-Tuhanannya. Ini karena perumusnya memang sama, jadi sejiwa jalannya. Sekali lagi, ini bukti bahwa Muhammadiyah memang berperan penting dalam pembentukan republik ini,” tutup Rakhim (Fikar).