Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Dengki

×

Dengki

Share this article

Oleh: Dzanur Roin*

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dengki artinya menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain. Misal, dalam kehidupan sehari-hari ketika ada tetangga kita bisa membeli sepeda motor baru kita tidak senang. Bahkan, kita menuduhnya uang itu hasil hutang sana, hutang sini. Itu tandanya dalam hati kita ada penyakit dengki.

Orang yang terkena penyakit hasad tidak akan merasa dirinya mengidap penyakit tersebut. Karena ini penyakit hati tidak nampak dan tidak dapat dilihat. Akan tetapi dampaknya adalah terhadap orang-orang sekitar kita yang merasakan sedangkan dirinya sendiri tidak merasa. Ke sana kemari hanya membicarakan orang lain, bukan membicarakan kebaiakannya melainkan mencari kejelekannya.

Lalu apa dampak dari perbuatan dengki tersebut. Pada kehidupan sosial masyarakat akan menyebabkan satu dengan yang lain akan saling bermusuhan, satu dengan yang lainya tidak akan percaya, antar tetangga tidak akan saling sapa menyapa. Ketika ini terjadi, kehidupan akan saling curiga tidak ada lagi tolong menolong.

Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud “ Dari Abu Hurairah bahwa nabi Muhammad saw bersabda  Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”

Dengki merupakan salah satu dari  penyakit hati yang berbahaya, bisa menyebabkan segala amal kebaikan yang telah kita lakukan hilang, musnah laksana kayu dimakan api. Jadi amal yang telah kita lakukan menjadi sia-sia, tidak mendapat pahala, sebaliknya kita mendapat dosa. Orang yang terjangkiti penyakit hati ini akan merasa gelisah ketika orang lain mendapatkan kebahagaian. Dengki  merupakan salah satu penyakit tertua dalam sejarah hidup manusia. Sebagaimana yang dikisahkan dalam sejarah kisah tentang Qobil dan Habil putra nabi Adam. Qobil rela membunuh saudaranya karena rasa dengki.

Orang yang diliputi rasa dengki hatinya akan terasa sempit karena selalu menderita saat teman-temannya bahagia. Ke mana pun dan di mana pun akan merasa gelisa tidak bisa menerima dengan nikmat-nikmat yang diperoleh orang lain. Selalu membandingkan nikmat yang diperoleh orang lain lebih besar dari pada nikmat yang didapatkannya sendiri. Inilah yang menyebabkan kita tidak bisa bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah swt.

Lalu bagaimana agar kita tidak memendam rasa dengki dalam diri  kita, marilah kita perbanyak rasa syukur dengan cara tidak membanding-bandingkan apa yang kita peroleh dengan apa yang diperoleh orang lain. Kalau mau membandingkan, bandingkanlah dengan orang-orang yang berada di bawah kita jangan kepada orang-orang yang berada di atas kita. Terlalu capek kalau kita melihat ke atas terus menerus, sesekali lihatlah yang berada di bawah kita kemudian menatap lurus fokus dengan tujuan kita.

Nikmati yang apa yang sudah kita dapatkan tidak usah dikeluhkesahkan. Sedikit mengeluh banyak bersyukur. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang pandai bersyukur. Bukankah syukur adalah pangkal Bahagia. Dengan bersyukur Allah akan menambah nikmat-nikmat yang lainnya  sebaliknya ketika kita kufur ingatlah adzab Allah sangat pedih.

Dengan bersyukur akan bahagia, jangan menunggu bahagia baru bersyukur karena kebahagiaan satu dengan yang lainya tidak sama. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari sifat dengki dan mendekatkan kita kepada rasa syukur yang tak terukur. Dalam surat An-Nisa ayat 32 Allah swt berfirman “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagiaan yang lain”

* Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya (SDM dubes)

Sumber Ilustrasi: edukasi.kompas.com

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply