Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Di Musywil ke 40 Muhammadiyah Sulsel, Jangan Lupa Minum Kopi yang Disalahpahami Ini!

×

Di Musywil ke 40 Muhammadiyah Sulsel, Jangan Lupa Minum Kopi yang Disalahpahami Ini!

Share this article
Kopi kalosi (sumber: bearita/ google)

KHITTAH.CO, Enrekang- Musyawarah Wilayah (Musywil) ke 40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan tinggal menghitung hari.

Musywil tersebut akan dihelat di Enrekang, Jumat–Ahad, 3–5 Maret 2023 di Bumi Massenrempulu, Enrekang.

Nah, ada hal yang spesial dari Bumi Massenrempulu, yaitu biji kopinya yang sudah masyhur seantero jagad raya. Karena itu, jika Anda ke Enrekang dalam rangka Musywil nanti, pastikan Anda sempat menikmati kopi ini.

Terlebih, anggota, peserta, dan penggembira Musywil ke 40 akan disambut dengan suguhan kopi kalosi yang diracik oleh barista terbaik.

Barista tersebut memang sengaja didatangkan untuk memberikan suguhan kopi ternikmat kepada para hadirin Musywil.

Hal itu terungkap dalam rapat koordinasi Panitia Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan pada Selasa, 10 Januari 2023 di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Bupati Enrekang.

Baba selaku Ketua Panitia Penerima Musywil ke 40 Muhammadiyah-‘Aisyiyah Sulsel mengungkapkan, pihaknya memang dipesan oleh Bupati Enrekang, Muslimin Bando untuk memberikan layanan terbaik, termasuk menyuguhkan khas Bumi Massenrempulu.

Kali ini, Khittah akan mengulas singkat terkait produk unggulan Enrekang yang dikenal dengan nama Kopi Kalosi.

Kesalahpahaman yang “Abadi”

Bersumber dari laman Republika, kopi kalosi ternyata bukanlah nama sebenarnya. Hal itu berdasarkan penjelasan Ketua Koperasi Petani Kopi Benteng Alla, Patola.

Menurut dia, keliru penamaan kopi itu bermula sejak masa kolonial. “Dulu kopi asal Enrekang dipasarkan oleh Belanda (kolonial) ke Eropa dengan nama Kalosi,” ujar Patola sebagaimana tertulis di Republika.

Padahal, sebagaimana kita ketahui,  Kalosi merupakan nama pasar tradisional pada masa kolonial. Saat itu, Kalosi menjadi titik pertemuan para pedagang dan petani kopi untuk menjajakan hasil buminya.

“Sebenarnya kopi-kopi itu asalnya dari gunung-gunung yang ada wilayah Sulsel, hanya karena area pasar tradisional ada di Kalosi, nama itu melekat jadi nama Kalosi, terlebih kemudian Belanda menjadikan Kalosi sebagai merk dagang untuk di luar negeri,” jelas Patola.

Berdasarkan penjelasan Patola, ternyata kopi di Enrekang disebut khawa. Kata dia, nama itu diambil dari bahasa Arab ‘Qahwa’.

Patola menambahkan versi lain terkait sejarah kopi tersebut. Kata dia, pada masa kolonial Belanda, kopi yang ditanam yaitu jenis Typica.

Sebenarnya, kata dia, jenis tersebut memang umumnya ditanam pada masa itu di hampir seluruh wilayah Nusantara.

“Memang paling enak itu Typica, tapi setelah Belanda pergi, varietas ini dinilai kurang menguntungkan dari sisi ekonomis, sehingga kemudian diganti oleh varietas Linie S,” jelas dia sebagaimana dilansir dari Republika.

Begitulah. Meski penamaan tersebut keliru, namun orang Enrekang tetap mempertahankan nama kopi kalosi. Hal itu karena sudah telanjur ter-branding secara umum di khalayak.

Soal Rasa Kopi Kalosi

Masih dari Republika, kopi Enrekang itu dinilai memiliki note rasa coklat yang dominan. Bagusnya, tingkat keasaman kopi itu cukup rendah, sehingga dianggap aman untuk lambung.

Meski demikian, kopi Kalosi tetap memiliki rasa manis yang cukup tinggi dengan body yang tebal. Selain itu, kopi Kalosi dikenal dengan khas rasa “rempah” atau agak pedas (spicy).

Sementara itu, bersumber dari laman Tempo, kopi Kalosi disebutkan berasal dari jenis Coffea arabica L. Kopi tersebut lantas menjadi salah satu yang terbaik di dunia.

Tidak mengherankan, kopi dengan tingkat keasaman terbaik, lembut, dan rasa yang manis-spicy ini bahkan digemari oleh orang-orang di Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman.

Nah, itulah tadi secuil ulasan terkait kopi Kalosi yang merupakan minuman andalan khas Enrekang. Di Musywil ke 40 Muhammadiyah-‘Aisyiyah nanti, pastikan Anda sempat untuk menikmatinya!

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply