KHITTAH.CO, JAKARTA ― Menyongsong bonus demografi Indonesia dalam dua sampai tiga dekade ke depan, mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo memperingatkan warga Muhammadiyah dan generasi mudanya untuk tetap optimis dan berfastabiqul khairat untuk Islam dan Indonesia.
“Ajak seluruh anak bangsa untuk berjuang dan bergotongroyong. Gunakan bonus demografi untuk persatuan, sebab dengan perkembangan digital seperti sekarang, negara ini punya potensi kehancuran yang lebih besar,” tegas Gatot di hadapan ratusan peserta Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di FKIP Uhamka Pasar Rebo Jakarta.
Memakai pendekatan krisis dan strategis kawasan dan politik global, Gatot menilai bahwa persatuan dan gotong royong adalah satu-satunya jalan keluar bagi Indonesia untuk selamat dalam krisis yang tidak terelakkan di masa depan.
Gatot memaparkan bahwa ledakan populasi total penduduk dunia yang saat ini mencapai 7 milyar jiwa manusia dari batas normal kemampuan bumi untuk menyediakan ketersediaan pangan dan energy, yakni 4 milyar jiwa manusia, dipastikan akan membawa konflik mendekati daerah-daerah yang memiliki sumber daya alam dan energi seperti Indonesia.
Membawakan data-data mutakhir hasil penelitian lembaga terkemuka asing seperti Varkey Foundation, Global Peace Index, pengamatan pada Winning Region di Indo-Pasifik hingga Jalur Sutra maritim dan Jalur Sutra darat Cina beserta diskusi yang telah Gatot lakukan mengenai tema yang sama di 64 universitas, Gatot memperingatkan bahaya politik adu domba (proxy war) yang ditengarai telah menghancurkan negara-negara pemilik sumberdaya kini mulai muncul di Indonesia.
“Kita sudah lihat negara-negara di Timur Tengah dan lainnya yang memiliki cadangan alam besar baik energi maupun air kini hancur. Dahulu kerajaan-kerajaan besar di Nusantara juga bubar. Bukan karena invasi, tetapi karena perpecahan di dalam tubuh sendiri. Ada adu domba, sebab asing tahu jika invasi darat kita tidak akan kalah. Orang Indonesia darahnya mengalir jiwa ksatria dan pemberani,” jelasnya.
“Sebetulnya Indonesia punya banyak kekuatan, potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh berbagai kelompok bangsa, tetapi sayangnya tidak digunakan untuk bersatu karena adanya egoisme, masih lebih suka memakai kata ‘Aku’ daripada ‘Kita’,” sesal Gatot.
Kendati demikian, anggota Kopassus tertua pada saat dilantik tersebut menaruh optimisme dan harapan besar pada umat Islam dan rasa cinta tanah air di Indonesia. Jalan utama menuju persatuan menurutnya adalah dialog dan jiwa gotong royong.
“Ingat, persatuan terjadi karena dialog tanpa henti dan kesadaran kuat untuk hidup bersama. Dialog dan terbuka, jangan bicara sedikit salah langsung ditangkap,” pungkas Gatot disambut tawa peserta Pengkajian Ramadhan Senin, 28 Mei 2018. (muhamamdiyah.or.id)