KHITTAH.CO, Makassar- Musyawarah Wilayah ke 40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan siap menggunakan e-voting. Hal ini dipastikan usai pelaksanaan simulasi pemilihan dengan menggunakan sistem e-voting.
Simulasi dilaksanakan pada Kamis, 9 Februari 2023 di Balai Sidang Muktamar Kampus Unismuh Makassar. Tim IT dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah didatangkan khusus dalam simulasi tersebut.
Simulasi tersebut memastikan kesiapan perangkat, sistem, dan operator. Sejumlah relawan IT mengikuti simulasi untuk memastikan kesiapan mereka dalam Musywil ke 40 di Enrekang.
Tim IT PP Muhammadiyah, Arif Nur Kholis mengungkapkan, pihaknya sudah memeriksa lima unit komputer yang digunakan dalam simulasi tersebut.
Komputer itu berisi paket aplikasi pemilihan. Demikian pula alat lainnya. Untuk diketahui, terdapat 20 unit komputer, scanner , dan printer sebagai perangkat e-voting yang akan digunakan di Musywil nanti.
Arif menyatakan bahwa perangkat, SDM, dan sinkronisasi aplikasi sudah terverifikasi dan dinyatakan telah siap. Termasuk aturan main dan alur pelaksanaannya.
“Mungkin catatannya tinggal menyesuaikan dengan lokasi real-nya. Di Enrekang, lokasi real-nya perlu diverifikasi lagi. Kalau rekomendasi kami, paling, sebaiknya dilakukan beberapa simulasi mandiri lagi,” ucap Arif.
Ia menekankan, simulasi di lokasi riil acara itu harus menggunakan seluruh alat dan diikuti oleh semua petugas yang menjadi operator dalam pelaksanaan e-voting.
“Jadi, tidak bisa petugasnya hingga hari H tidak pernah latihan. Alatnya harus alat yang dipakai hari H. Jangan pakai alat lain. Termasuk koneksi, dan lokasinya harus lokasi yang digunakan di hari H ,” tegas Arif.
Ia menambahkan bahwa simulasi e-voting tidak hanya berkutat pada urusan teknis, tapi juga hal-hal psikis, seperti saling memahami antaroperator. Bahkan, menurut dia, hal itu yang paling krusial.
“Siapa melakukan apa, di mana, itu kalau hanya dibincangkan, di ceritakan di rapat, itu biasanya tidak ketemu masalahnya. Itulah gunanya simulasi beberapa kali itu tadi,” ungkap dia.
“Itu rekomendasi kami berdasarkan pengalaman kami di Muktamar, dan musywil-musywil lainnya yang lebih dahulu menggunakan e-voting ini. Ya, Minimal satu kali lagi lah simulasi, beberapa hari sebelum hari H,” kata dia.
Meski demikian, Arif memastikan Tim Inti Bidang IT Musywil ke 40 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah Sulsel sudah siap dan memahami mekanisme alat e-voting tersebut. Pasalnya, mereka telah beberapa kali mengikuti sosialisasi dan simulasi online.
“Hanya saja memang baru hari ini ketemu dengan alat kita. Jadi memang harus beberapa kali simulasi. Apalagi, yang namanya IT itu kan, sesempurna-sempurnanya persiapan, kadang ada satu dua kendala. Karena human error sih biasanya. Karena kepanikan, bukan hal yang teknis banget, sih,” ujar Arif.
Ketika ditanyai apakah pihaknya akan hadir mengawal sistem e-voting dalam Musywil di Enrekang, dirinya memastikan akan terus memantau.
“Kedatangan kami di Musypim dan Musywil itu bergantung teman-teman panitia. Komitmen kami, kalau diminta datang, kami siap, kalau kami tidak dimintai datang, kami akan memantau secara online saja,” kata Arif.
Sementara itu, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Ambo Asse menyampaikan bahwa penggunaan e-voting dalam Musywil ke 40 karena pihaknya menyadari efektivitas dan efisiensi pemilihan pada Muktamar 48 yang lalu.
“Baik pada saat Tanwir maupun saat Muktamar, hasilnya tidak ada yang bias, semuanya meyakinkan, tidak ada juga suara yang batal. Karena itu, kami dari Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel juga menginginkan e-voting digunakan dalam Musywil,” kata dia.
E-voting ini akan digunakan dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) untuk memilih 39 nama calon tetap dan di Musywil untuk memilih 13 formatur.
Ambo menambahkan, penerapan dalam e-voting sudah diancang-ancang sejak PWM Sulsel melihat kecanggihan sistem itu dalam pelaksanaan Muktamar ke 48.
“Karena kita lihat pelaksanaannya sangat cepat, perhitungannya juga sangat cepat,” kata dia.
Ia bahkan menyarankan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden, gubernur, dan bupati juga menggunakan sistem e-voting.
“Kalau sistem seperti ini yang digunakan, saya pikir tidak ada lagi konflik-konflik di partai politik,” kata dia.
Lebih lanjut, Ambo Asse mendorong Pimpinan Daerah Muhammadiyah untuk turut menggunakan e-voting dalam pelaksanaan musyawarah daerah (musyawarah daerah).
“Kalau PDM-nya bisa melakukan, PDM mau menggunakan e-voting, boleh, silakan. Hanya saja, mungkin untuk teknis-teknisnya harus teknisi yang sudah berpengalaman turut membantu,” kata dia.
Pasalnya, perangkat IT dan operasi sistem untuk e-voting membutuhkan syarat khusus. “Tapi saya kira kalau PDM-PDM yang ada perguruan tingginya itu sudah bisa menggunakan e-voting ini. Daerah-daerah yang lain mungkin juga bisa, nanti kita bantu,” tutup Ambo.