Khittah.co, Makassar— Dialog Budaya menjadi salah satu sesi utama dalam rangkaian kegiatan Culture Fest 2025 yang digelar di Gedung LPTQ Provinsi Sulawesi Selatan. Ahad 20 Juli 2025. Mengusung tema “Mewarisi Tradisi, Merajut Kreasi; Revitalisasi Budaya untuk Generasi Muda”, dialog ini menghadirkan tiga narasumber dari latar belakang berbeda, namun berpadu dalam semangat yang sama: menjaga dan menghidupkan kebudayaan di tengah arus zaman.
Ketua Umum Pikom IMM FEB Unismuh Makassar, Safira Almey Tiara, menjadi pembicara pembuka. Ia menekankan pentingnya ruang kreatif seperti Culture Fest bagi generasi muda, khususnya Gen Z, agar lebih dekat dan sadar akan nilai budaya yang mulai tergerus.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membuka ruang bagi generasi muda untuk menuangkan kreativitas mereka dalam konteks kebudayaan. Sebagian Gen Z mungkin mulai melupakan budayanya sendiri. Di sinilah peran kami untuk menghadirkan kembali kesadaran budaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX, Sinatriyo Danuhadiningrat, S.S., menjelaskan bahwa budaya bersifat dinamis dan bisa menjadi sumber nilai ekonomi. Ia menekankan peran pemerintah melalui Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) dalam pelestarian kebudayaan.
“Budaya bukan hanya warisan, tetapi juga investasi masa depan. Kami di BPK menjalankan berbagai program mulai dari pendataan, dokumentasi, konservasi situs bersejarah, hingga edukasi budaya. Kami juga membangun kolaborasi dengan komunitas, sekolah, dan pemerintah daerah,” jelas Sinatriyo.
Ia menambahkan bahwa pelestarian tidak hanya menyasar benda fisik seperti bangunan dan artefak, tetapi juga tradisi lisan, tarian daerah, dan ekspresi budaya non-fisik lainnya yang menjadi bagian dari identitas bangsa.
Pemateri ketiga, Muh. Rizaldi, S.Ak., demisioner Ketua Bidang Seni Budaya dan Olahraga Pikom IMM FEB Unismuh, memaparkan pendekatan budaya dalam perspektif Islam. Ia menyoroti bahwa budaya dapat menjadi medium dakwah yang relevan jika dikelola secara arif.
“Islam dan budaya tidak saling bertentangan. Justru Islam memberikan ruang untuk verifikasi, relevansi, dan adaptasi budaya. Seni dalam Islam bukan hanya keindahan, tetapi juga media dakwah yang menyatu dengan nilai-nilai spiritual,” tutur Rizaldi.
Ia menekankan bahwa seni dan budaya dalam Islam harus menyatu dengan etika dan tauhid. Karya seni yang Islami tidak hanya menyenangkan secara visual, tetapi juga memberi makna dan mengingatkan pada Sang Pencipta.
Melalui dialog budaya ini, Culture Fest 2025 tidak hanya menjadi ajang pertunjukan dan kreativitas, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran lintas generasi tentang makna dan pentingnya merawat kebudayaan sebagai warisan dan jati diri bangsa.