Oleh: Dzanur Roin*
Ghibah adalah perbuatan yang membicarakan keburukan, kejelekan, dan aib orang lain. Dalam Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 12, Allah mengumpamakan orang yang ghibah itu seperti makan daging saudaranya yang sudah meninggal. “Dan janganlah sebagian kalian ghibah (menggunjing) sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kalian akan merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan maha peyayang”
Setiap orang punya masa lalu, apakah masa lalu itu penuh dengan kebaikan atau keburukan. Masa lalu yang penuh dengan keburukan bukan berarti kita tidak punya masa depan. Sebaliknya masa lalu yang penuh dengan kebaikan bukan jaminan kita bisa mendapatkan masa depan yang gemilang. Kita tidak bisa menghakimi seseorang dengan masa lalu yang kelam karena semua orang berhak mendapatkan masa depan yang cerah.
Dalam kehidupan bermasyarakat kita sebagai makhluk sosial antara yang satu dengan yang lainya saling membutuhkan. Dalam bersosialisai terkadang kita tidak sadar membicarakan kejelakkan teman, sahabat, saudara kita. Meskipun kita membicarakannya sebagai lelucon atau bahan candaan. Ataupun bisa juga kita membicarakan kisah keberhasialannya tapi dalam hati kita di dasari rasa iri dan dengki. Hal ini yang tidak boleh.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Muslim, Dari Abu Hurairah radhiyallhu anhu bahwasanya Rasulullah saw bersabda “Tahukah kalian ap aitu ghibah? Lalu sabahat berkata : Allah dan Rasulnya yang lebih tahu. Rasulullah bersabda: engkau menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci. Beliau ditanya: Bagaimana pendapatmu jika apa yang aku katakan benar tentang saudaraku? Rasulullah bersabda: Jika engkau menyebutkan tentang kebenaran saudaramu maka sungguh engkau telah ghibah tentang saudaramu dan jika yang engkau katakan yang sebaliknya maka engkau telah menyebutkan kedustaan tentang saudaramu”.
Sungguh ghibah itu perbuatan yang sangat tercela akibat dari perbuatan ini bisa memutus tali silaturahmi. Ghibah adalah salah satu penyakit hati yang para pelakunya tidak menyadari akan perbuatannya bahkan terlena saat membicarakannya. Itulah ghibah cara setan menjerumuskan manusia dengan cara yang sangat halus sehingga kita tidak merasakannya.
Di era modern seperti ini ghibah tidak hanya bentuk lisan seperti kita membicarakanya tetapi juga bisa bentuk tulisan. Apa yang kita ucapkan dan apa yang ditulis kalau itu tentang kejelekkan, keburukan dan aib maka itu termasuk ghibah. Bahkan kalau berbentuk tulisan jangkauannya akan semakin luas. Tidak terbatas waktu dan tempat, bisa kapan pun dan dimana pun. Berbeda dengan ucapan, apa yang kita bicarakan terbatas pada tempat, waktu dan obyek atau teman yang menjadi lawan bicara kita.
Semoga kita semua terhindar dari sifat ghibah ini, Semuanya tidak ingin kejelekkannya dibicarakan tapi kenapa kita suka membicarakan kejelekkan orang lain. Kita sudahi membicarakan kejelekkan orang lain, ganti dengan membicarakan sesuatu yang baik dan bermanfaat bagi diri kita sendiri maupun dengan orang lain, bergaulah dengan orang-orang yang sholeh, yang tutur kata dan sikap serta perbuatanya baik, maka kita akan menjadi oarng baik karena berada di golongan orang-orang yang baik.
Menjaga ucapan setidaknya sebelum kita berkata, pikirkanlah dulu apa yang harus kita ucapakan, sudah benarkah berkata begini dan begitu, atau pun kita lebih baik diam ketika pembicaraan sudah mengarah kepada ghibah. Selalu merasa diri kurang baik dari orang yang kita bicarakan. Sehingga kita lebih sibuk memperbaiki diri sendiri daripada orang membicarakan kejelekkan orang lain. Intropeksi diri itu perlu sebelum kita menilai orang lain, dan yang terakhir kita selalu ber-husnuzan. Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang pandai bermuhasabah dijauhkan dari segala penyakit hati.
* Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya (SDM dubes)