KHITTAH.CO, YOGYAKARTA — Para pengampu komunikasi dan kehumasan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah–‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia berkumpul di Yogyakarta pada 5–7 Desember 2025 dalam gelaran Forum Humas PTMA.
Pertemuan tahunan ini menjadi ajang bertukar strategi, memperkuat jejaring, sekaligus merumuskan arah komunikasi perguruan tinggi di tengah dinamika informasi yang semakin cepat. Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR) turut hadir sebagai peserta aktif.
Selama tiga hari kegiatan, forum dibuka dengan dialog strategis mengenai peran humas di tengah lanskap media yang terus berubah. Para peserta diajak merefleksikan kembali posisi humas sebagai “arsitek komunikasi”, pilar yang memastikan pesan institusi tidak hanya tersampaikan, tetapi juga dipahami dan relevan bagi publik.
Pada sesi pembukaan, para narasumber menekankan urgensi kolaborasi antar-PTMA dalam memperkuat citra pendidikan Muhammadiyah. Pendekatan jejaring dinilai semakin penting dalam menghadapi tantangan komunikasi digital, keterbukaan informasi, hingga tuntutan transparansi publik.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Irwan Akib, dalam amanahnya di hadapan 123 humas PTMA, menegaskan bahwa fungsi humas di perguruan tinggi tidak lagi sekadar menyebarkan informasi kegiatan. Di tengah persaingan rekrutmen mahasiswa dan derasnya arus komunikasi digital, humas memegang peran strategis dalam membentuk persepsi publik.
Ia mendorong humas kampus untuk memperkuat pemberitaan berbasis prestasi dan tidak mudah terpancing merespons isu negatif secara terbuka.
“Kalau ada berita kurang bagus, responlah dengan syiar prestasi. Perdebatan di ruang publik atas isu negatif justru berpotensi memperpanjang siklus pemberitaan” ujar Prof. Irwan.
Ia menambahkan bahwa informasi terverifikasi terkait capaian akademik, layanan, dan inovasi kampus dapat menjadi penyangga reputasi institusi dan mengalihkan perhatian publik pada hal-hal yang substantif.
Prof. Irwan juga menekankan pentingnya disiplin komunikasi internal. Ia mengibaratkan PTMA sebagai “satu kapal besar” yang dapat terguncang bila terdapat “kebocoran” informasi terkait persoalan internal.
“Tidak semua masalah internal layak dikonsumsi publik,” tegasnya.
Selain sesi strategis, forum juga menghadirkan berbagai praktik baik dari perguruan tinggi peserta. Perwakilan UMPAR, Sekretaris Universitas Ridwan Syam, memaparkan pengalaman kampusnya dalam mengembangkan pola komunikasi berbasis kedekatan komunitas. Ia juga menjelaskan bagaimana pemanfaatan media sosial dapat memperluas jangkauan pesan kampus tanpa meninggalkan karakter keislaman dan kemuhammadiyahan.
Pembahasan berlanjut pada tema-tema teknis seperti pengelolaan krisis, penguatan branding, serta literasi media bagi sivitas akademika. Para peserta menyepakati bahwa humas perguruan tinggi kini memiliki peran lebih luas, bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi membangun dan menjaga kepercayaan publik di tengah maraknya disinformasi.
Rangkaian kegiatan ditutup dengan penyusunan rekomendasi kerja sama komunikasi antar-PTMA. Forum ini diharapkan menjadi fondasi penguatan reputasi akademik dan kontribusi sosial perguruan tinggi Muhammadiyah–‘Aisyiyah di seluruh Indonesia.
Bagi UMPAR, keikutsertaan dalam forum ini menjadi momentum penting untuk memperluas jaringan, memperkaya wawasan, dan mempertegas komitmen dalam meningkatkan kualitas komunikasi publik. Para peserta pulang dengan gagasan baru, jejaring baru, dan optimisme terhadap masa depan komunikasi PTMA yang semakin kolaboratif, modern, dan berdaya saing.





















