Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiMuhammadiyahNasionalOpini

Islam Berkemajuan ; Islam Inklusif

×

Islam Berkemajuan ; Islam Inklusif

Share this article

Oleh : Asran Salam

Secara etimologi kata inklusif berasal dari bahasa inggris “inclusive” memiliki makna “termasuk di dalamnya”.Dalam hal ini, inklusivisme merupakan sikap yang berpandangan bahwa di luar agama yang dipeluknya juga terdapat kebenaran dan jalan keselamatan, meskipun tidak seutuh atau sesempurna agama yang di anutnya. Inklusuvisme sebagai ciri kedua Islam Berkemajuan, dapat ditemukan dalam pernyataan pemikiran Muhammadiyah bahwa Islam Berkemajuan “…Islam yang secara positif melahirkan keutamaan yang memayungi kemajemukan…” PP. Muhammadiyah, (2010).

Spirit inklusivisme Islam Berkemajuan memiliki pijakan pada semangat rasionalismenya. Manifestasi rasionalisme dalam tubuh Muhammadiyah yakni ijtihad. Menurut PP. Muhammadiyah dalam Berita Resmi Muhammadiyah (2010) hal ini disebutkan bahwa:

Dalam pandangan Islam atas realitas zaman itu dikembangkan ijtihad dengan penggunaan akal pikiran (rasio—pen) dan ilmu pengetahuan sebagai instrument kemajuan sehingga Islam benar-benar menjadi agama bagi kehidupan bersifat kontekstual tanpa kehilangan pijakannnya yang autentik pada sumber ajaran.”

Islam Berkemajuan merupakan Islam inklusif dalam pengertian bahwa agama-agama lain di dunia ini dapat memberi keselamatan bagi penganutnya. Di samping itu, Islam inklusif tidak semata-semata hanya menerima kemajemukan akan tetapi terlibat aktif dalam kemajemukan tersebut. Teologi yang mendasari Islam inklusif (inklusivisme) adalah bahwa Islam adalah agama  rahmatan lil alamin—agama yang membawa rahmat ke seluruh alam semesta.

Teologi inklusif yang dikandung dalam ajaran Islam Berkemajuan menganut prinsip-prinsip moderat. Dalam menegakkan kebenaran, dilakukan dengan jalan kebenaran pula. Sebuah jalan tanpa kekerasan. Dengan demikian menghormati agama lain adalah perwujudan dari sikap moderat. Sikap moderat sejatinya tidak berarti bahwa kita tidak konsisten terhadap agama, melainkan penghormatan terhadap penganut agama lain.

Semangat inklusif yakni mencari kebenaran dan mendialogkannya. Pantang menggunakan kekerasan dalam menegakkan kebenaran. Karena itu, Muhammadiyah dalam pernyataannya abad kedua memberikan kejelasan terkait dengan inkluisivisme bahwa Islam Berkemajuan memiliki benih-benih kebenaran dan juga menggelorakan misi anti perang, terorisme, kekerasan, penindasan, keterbelakangan, dan anti terhadap segala pengerusakan di muka bumi yang sifatnya menghacurkan kehidupan.( PP. Muhammadiyah, 2010)

Sejalan dengan semangat tajdid—pembaharuan Muhammadiyah, inklusivisme menjadikan pembaharuan dalam agama sebagai salah ciri yang mendasar. Pembaharuan ini menjadi keniscayaan untuk mengantarkan Islam mampu menjawab konteks. Selain pembaharuan dalam ajaran agama, ciri lain dari inklusivisme bahwa ajaran agama harus berlandaskan pada pijakan rasional atau akal. Pada ciri inklusivisme ini, sejalan dengan Muhammadiyah bahwa dalam memahami ajaran Islam dengan akal pikiran yang suci.

Semangat Inklusivisme dalam gagasan Islam Berkemajuan adalah respon terhadap realitas Islam yang subur oleh gerakan eksklusivisme. Dengan demikian, inklusivisme merupakan antitesa dari eksklusivisme. Eklusivisme dalam leksikon inggris berarti tidak termasuk di dalamnya. Eklusivisme melihat bahwa tidak ada kebenaran dan keselamatan pada ajaran agama yang lain. Truth claim—klaim akan pemilik kebenaran satu-satunya menjadi doktrin dalam Islam Eksklusivisme.

Menurut Philips, beberapa ciri-ciri ekskulisvisme dalam Islam. Pertama, pehaman akan teks-teks dasar dalam Islam, yakni al-Quran dan Hadis dipelajari diterapkan secara harfiah—tekstual. Kedua, memiliki pandangan bahwa penyelamatan hanya bisa dicapai melalui ajaran Islam. Islam adalah agama terakhir yang datang untuk meyempurnakan agama sebelumnya. Dengan demikian, kitab-kitab suci dari agama lain ditolak. Ketiga, memiliki pemahaman bahwa antara negara dan Islam tidaklah terpisah.Semua aspek hidup haruslah diatur dengan syariat Islam (hukum Islam) termasuk dalam bernegara. Dengan itu, berdirinya negara Islam menjadi cita-cita.

Berdeda dengan prinsip-prinsip eksklusivisme, Philips, kemudian melihat beberapa ciri-ciri inklusivisme dalam dunia Islam. Pertama, menganggap Islam sebagai sebuah agama yang berkembang dalam menerapkan pembacaan kontekstual atas Quran dan Hadis. Dengan itu, ijtihad menjadi penting dalam inklusivisme. Kedua, percaya bahwa Islam adalah agama yang terbaik. Akan tetapi pada agama lain tetap punya keselamatan. Sebab penyelamatan Allah universal. Ketiga, memisahkan Islam dan negara.

Berdasarkan dari temuan Philips, ihwal prinsip atau ciri inklusisvisme ini, khususnya pada prinsip pertama menjadikan Islam Berkemajuan Muhammadiyah memiliki kesamaan. Bentuk lain gagasan inklusivisme adalah pluralisme. Dalam perkembangan pluralisme, terkadang dimaknai salah. Adanya mispersepsi terhadap pluralisme tersebut melahirkan gelombang penolakan.

Alwi Shihab, meluruskan makna pluralisme tersebut. Pertama, bahwa pluralisme, bukan saja mengakui kemajemukan, akan tetapi sikap untuk terlibat aktif dalam kemajemukan secara positif. Kedua, pluralisme memiliki perbedaan dengan kosmopolitanisme (sikap acuh terhadap kemajemukan).Ketiga, berbeda dengan relativisme (bahwa semua agama sama). Keempat, pluralisme bukanlah sinkretisme dalam artian memadukan semua unsur agama kemudian menjadi satu ajaran agama baru.

Watak gagasan inklusif—pluralisme Islam Berkemajuan ini, menemukan bentuk parktisnya yang kemudian dinamai sebagai sikap toleran. Kata toleran dalam bahasa Yunani disebut “sophrosyne” yang berarti “moderasi” atau “mengambil jalan tengah”. Sedangkan dalam bahasa latin toleransi—tolerantia—berarti “menahan”. Sehingga toleransi memiliki pengertian sikap menahan diri untuk melakukan hal-hal yang dinilai negatif.

Adapun dalam bahasa Arab disebut “tasamuh”Artinya sama-sama berlaku baik, lemah lembut dan saling menghargai. Toleransi adalah sikap menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang negatif. Jika dikaitkan dengan perbedaan pendapat dan keyakinan, maka toleransi bisa diartikan sikap menahan diri untuk untuk tidak menggunkan cara-cara negatif pendapat dan keyakinan yang berbeda. Toleransi juga bisa berarti sikap lemah lembut terhadap orang-orang yang berbeda dengan kita. Pengertian toleransi yang lain yakni sikap menerima perbedaan dengan sama-sama melakukan kebaikan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UNISMUH MAKASSAR

Leave a Reply